Garis Lucu vs Garis Keras
Hal ini benar-benar terjadi, dimana shalat Isya dan tarawih dipimpin yang katanya berasal dari provinsi garis keras, tapi sebenarnya tidak ada yang keras, justru semuanya lucu. (Ustadz Adia Putra W dan Ustadz Rizki Rinaldi, penceramah kultum di isi oleh ustadz GL Faqih Ma'arif).
Baca juga: Kolaborasi Duo Kandidat Doktor (bagian 1)
Garis lucu bercerita tentang riwayat pemuda muslim yang sedang menimba ilmu di luar negeri, ceritanya sangat serius, mirip garis keras, "Loh?", "horotoyoh?". Sementara garis keras memimpin Shalat dengan sangat khusyu'. Hingga semua jama'ah mengikuti gerakan shalatnya, sampai enggan untuk menolaknya. Ya iyalah, kan makmum mengikuti gerakan imam. hehehe...
"Lantas, apa yang terjadi?"
Pada akhirnya, shalat berjalan lancar, ayat yang dibacakan pun khas Garis Lucu. Ayat pendek dan menjadi favorit jamaah shalat Nusantara.
"Siapakah yang menang?"
Jika kualitas keimanan dan kemenangan diukur dengan sebuah kesabaran, maka sudah barang tentu penduduk Jakarta-lah yang paling beriman dan bersabar.
"Kemana Garis lucu dan Garis keras?"
Akhirnya mereka semua bahagia selama-lamanya, karena berpegang teguh menjaga kotak amal jamaah shalat. Mari kita kembali fitri, saling memaafkan.
Baca juga: Kolaborasi Duo Kandidat Doktor (bagian 2-habis)
"Kesimpulannya?"
Meskipun Garis keras, ternyata ada garis lucunya juga. Semakin keras, semakin lucu. tidak ada yang benar-benar keras, dan tidak ada yang benar-benar lucu. yang keras adalah yang lucu, dan yang lucu adalah yang keras. "Lalu, apakah ada garis keras?". Garis Keras juga mengambil tagline awal yang menyatakan bahwa :
"sampaikanlah kebenaran walaupun itu lucu"
Jadi, sebenarnya mereka tidak pernah ada, hanya fiksi dan imaji. Karena sejatinya kita saudara sebangsa dan setanah air, Indonesia.