Penetapan tersangka dan sanksi terhadap perusahan pun, seperti diungkapkan oleh Badrodin Haiti tidak akan membawa pengaruh berarti jika pemerintah selaku regulator tidak memberi sanksi berat seperti blacklist terhadap perusahaan-perusahaan itu.
Cukup soal masalah asap, coba sekarang kita beralih sejenak ke kasus Salim ‘Kancil’ dan Tonas, dua orang aktivis (satunya aktivis murni, satunya seorang petani Lumajang) tambang Lumajang yang juga mencuat akhir-akhir ini.
Proses sebelum mereka akhirnya menjadi korban sungguh menyedihkan, awalnya para aktivis (yang kebanyakan juga berasal dari petani warga Lumajang sendiri) yang tergabung dalam Forum Komunikasi Masyarakat Peduli Desa Selok Awar Awar Kecamatan Pasirian Kabupaten Lumajang mengajukan protes kepada kepala desa atas aktivitas tambang di Lumajang yang meresahkan para petani, namun tidak mendapatkan respon sedikitpun. Mereka akhirnya mengajukan protes kepada banyak pihak, mulai dari kepolisian sampai aparat pemerintahan.
Tapi kepolisian bergerak lamban, bahkan ada dua terduga kepolisian Lumajang yang terindikasi suap, dan yang lebih parah saat para aktivis bergerak ke DPRD , para anggota DPRD justru tidak merespon dengan baik dan justru mengatakan bahwa mereka (para petani) toh tidak akan memilih mereka di pemilihan umum selanjutnya.
Setelah kematian Salim ‘Kancil’ dan Tonas, akhirnya polisi bergerak cepat dengan langsung menangkap banyak tersangka, hingga akhirnya ketahuan bahwa sang kepala desa sendiri lah salah satu dalang aktivitas tambang di Lumajang.
                                                                  ***
Sekarang, setelah melihat fakta diatas saya ulangi dulu pertanyaan saya diawal; Benarkah Indonesia darurat asap?
Jawabannya: Indonesia bukan darurat asap (atau lebih tepatnya bukan itu permasalahan utamanya), Indonesia darurat integritas. Banyaknya aparat atau para pejabat (dari sekelas pejabat tinggi sampai sekelas kepala desa) yang justru tidak peduli atau bahkan justru kongkalikong dengan para perusak alam tersebut.
Saya yakin tidak semua dari mereka orang-orang jahat, pasti ada orang-orang dari pejabat tinggi dan aparat yang benar-benar mencintai bangsanya, tapi itu percuma saja jika mereka kurang tanggap atau justru memilih diam.
Nah, sekarang giliran kita, apakah kita juga memilih diam dan melanjutkan darurat integritas ini?
Tidak semua dari kita adalah pejabat tinggi, kepolisian, atau bahkan hanya sekedar ketua RT. Banyak dari kita justru hanya orang biasa.