Mohon tunggu...
Fany Ramadhanty Abrar
Fany Ramadhanty Abrar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Hobi : Menyanyi dan Menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengenal dan Membangun Konsep Diri yang Positif dan Negatif: Teori Hurlock

23 Desember 2024   15:55 Diperbarui: 23 Desember 2024   15:55 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar sekolah MAN 1 Bogor 

Konsep diri adalah cara seorang individu untuk mengenal atau mengevaluasi dirinya sendiri, bedasarkan pengalaman hidup, interaksi antarsesama, dan ini mencakup dalam segi sosial, emosional dan fisik. Menurut Hurlock (1999: 237) Konsep diri mencakup bagaimana seseorang menilai aspek fisik dan psikologis dirinya. Penampilan fisik yang menarik dapat memperkuat penerimaan sosial dan konsep diri yang positif. Sementara itu, rasa percaya diri dan harga diri dipengaruhi oleh keyakinan terhadap kemampuan diri. Perasaan mampu mendorong peningkatan harga diri, sedangkan ketidakmampuan cenderung menurunkannya. Setiap individu menjalani perjalanan hidup yang unik, dipenuhi dengan beragam tantangan, pencapaian, dan momen refleksi yang membentuk karakter serta arah hidup mereka. Kehidupan ibarat sebuah koin yang memiliki dua sisi: kegagalan dan keberhasilan, keduanya saling melengkapi sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran. Cara kita merespons setiap situasi, baik yang penuh kemenangan maupun yang diwarnai kekalahan, akan sangat menentukan langkah yang kita ambil, pilihan yang kita buat, serta arah perjalanan kita di masa depan. Sikap terhadap setiap pengalaman ini, apakah dihadapi dengan kebijaksanaan atau dengan kepasrahan, menjadi fondasi bagi pertumbuhan pribadi dan keberhasilan jangka panjang.

Untuk memahami lebih dalam apa itu konsep diri, mari kita melanjutkan pembahasan ini dengan menggali pandangan dari narasumber, yaitu siswa anak SMA. Melalui perspektif mereka, kita dapat memperoleh wawasan yang lebih relevan tentang bagaimana konsep diri berkembang pada masa remaja, hal ini sebuah fase penting dalam pembentukan jati diri.

Menjadi Diri Sendiri: Belajar dari Kegagalan dan Menghargai Proses

Dalam kehidupan, kegagalan dan keberhasilan adalah dua sisi yang tak terpisahkan. Cara kita merespons kedua hal tersebut akan sangat menentukan arah perjalanan kita ke depan. Bima, seorang siswa SMA, menceritakan pengalamannya dalam kompetisi futsal antar sekolah. “Jika saya gagal menjadi juara dalam sebuah pertandingan, di pertandingan selanjutnya saya akan mencoba strategi baru dan memberikan usaha yang lebih besar dari sebelumnya. Dari kegagalan itu, saya mendapatkan pengalaman yang sangat berharga,” ungkapnya.

Kekalahan bukanlah akhir, melainkan sebuah momen untuk introspeksi. Melalui kekalahan, kita dapat mempelajari kesalahan yang telah dibuat dan mempersiapkan diri dengan lebih baik. Dalam proses ini, kepercayaan diri menjadi kunci utama. Dengan kepercayaan diri, seseorang mampu bangkit dari kegagalan, memperbaiki diri, dan berkomitmen untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Kegagalan, ketika direspons dengan bijak, dapat menjadi pijakan menuju keberhasilan yang lebih besar.

Merasa Diterima dan Dihargai oleh Orang Lain

Perasaan diterima dan dihargai adalah kebutuhan mendasar bagi setiap manusia. Bima berbagi pengalamannya di lingkungan sekolah, di mana ia menjalankan peran sebagai pelatih futsal untuk membimbing adik-adik kelas. “Dalam peran ini, saya merasakan penghargaan dan rasa hormat yang tulus dari mereka, yang menjadi sumber motivasi sekaligus kebanggaan tersendiri bagi saya,” ungkapnya. Pengalaman ini menunjukkan bahwa hubungan yang didasarkan pada saling menghargai dalam sebuah komunitas memiliki dampak yang signifikan terhadap kesejahteraan emosional seseorang, sekaligus memperkuat rasa percaya diri dan semangat untuk terus memberikan yang terbaik.

Mengambil Kendali atas Kehidupannya Sendiri

Setiap individu memiliki hak dan kemampuan untuk mengambil keputusan terbaik bagi dirinya sendiri. Memiliki kendali atas hidup merupakan bentuk kebebasan yang esensial, meskipun kebebasan ini selalu disertai dengan tanggung jawab yang besar. Pada akhirnya, meskipun kita menerima masukan dari keluarga atau orang lain, keputusan akhir tetap berada di tangan kita.

Bima mengungkapkan, “Saya memiliki kemampuan untuk menjalani hidup sesuai dengan diri saya sendiri. Saya tidak diatur oleh siapapun, tetapi jika ada masukan dari orang tua atau kakak, saya akan menerimanya, terutama jika saya menyadari bahwa saya memang salah.”

Menjadi diri sendiri dan tidak mudah terpengaruh oleh orang lain adalah cerminan dari kepercayaan diri yang kuat. Namun, menghargai nasihat dari keluarga tetaplah penting, terutama ketika nasihat tersebut diberikan dengan niat baik untuk kebaikan dan perkembangan diri kita. Kombinasi antara kemandirian dan sikap terbuka terhadap masukan adalah kunci menjalani kehidupan yang seimbang dan bermakna.

Tetap Optimis dalam Menghadapi Tantangan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun