Mohon tunggu...
Adi Arifin
Adi Arifin Mohon Tunggu... wiraswasta -

Keindahan Bali sebagai surga bagi pelancong sudah mendunia sejak berabad-abad yang lalu. Dari sejak jaman kolonial, sejumlah seniman mancanegara telah menggunakan Bali sebagai sumber inspirasi untuk menghasilkan karya-karya adiluhung yang tetap dikagumi sepanjang masa. Apakah keindahan Bali masih semurni dahulu ...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Bangsa Konsumen

25 Maret 2013   13:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:15 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua berita lansiran sebuah portal online pagi ini sungguh menggelitik pikiran saya. Nggak tahan rasanya kalau nggak berkomentar. Berita pertama adalah mengenai maskapai-maskapai penerbangan Indonesia yang selama tahun 2012 membelanjakan 35.2 triliun untuk membeli pesawat baru.

Berita ini tidak terlalu mengherankan dan sepertinya hanya pemanasan saja. Pemesanan pesawat dengan jumlah spektakuler yang dilakukan Lion Air yang ratusan unit pesanannya akan dikirim secara bertahap dalam beberapa tahun ke depan memastikan bahwa angka ini akan meningkat cukup tajam di tahun-tahun mendatang. Belum lagi maskapai-maskapai lain yang juga mencanangkan ekspansi armada besar-besaran plus armada-armada baru yang tentunya bukan maskapai kalau tidak memiliki armada dan demi efisiensi dan kemampuan bersaing, membeli merupakan pilihan satu-satunya.

Kalau kita hubungkan dengan film yang baru saja memukau banyak pemirsa, Habibie & Ainun, yang tidak hanya mengingatkan kita akan cinta sejati tetapi juga perjuangan Bangsa Indonesia membangun kemandirian dalam industri dirgantara. Kalau saja langkah N250 tidak terganjal, tentu ketika kebutuhan kita akan transportasi udara meledak, kita tidak akan tergantun dengan produsen-produsen asing seperti Boing dan Airbus, atau bahkan Bombardier dan Sukhoi.

Tapi biarlah, pesawat dibeli dengan perhitungan komersial dan dipergunakan secara fungsional untuk menunjang mobilitas masyarakat yang pada akhirnya mendorong putaran roda perekonomian lebih cepat lagi. Berita berikutnya justru lebih memcengangkan lagi, dalam kurun waktu yang sama, sepanjang tahun 2012, bangsa ini membelanjakan 25.2 triliun untuk mengimpor handphone.

Saya yakin seyakin-yakinnya bahwa kebanyakan masyarakat membeli handphone-hanphone terbaru dengan model aduhai dan fungsi-fungsi canggih hanya untuk gaya atau aktivitas yang tidak sungguh-sungguh produktif atau bahkan justru kontra-produktif seperti mantengin social media. Kalau bicara fungsi, fungsi bicara, SMS, email, dan MMS, sudah dimiliki handphone yang beredar di pasaran bertahun-tahun yang lalu, tidak perlu kita berganti handphone dengan model-model terbaru.

Parahnya lagi, bukan hanya orang-orang berduit yang membuang-buang uangnya demi bergaya dengan gadget canggih, orang-orang setengah berduit pun rela ngutang demi bisa ber-facebook-ria sekaligus nampang dengan gadget canggih. Bayangkan kalau uang yang dipakai untuk mengganti handphone dengan model terbaru itu dipergunakan untuk hal-hal yang produktif, untuk membantu orang miskin, atau setidak-tidaknya ditabung di bank saja sehingga bisa dipergunakan untuk memutar roda perekonomian melalui kredit perbankan, betapa sejahtera dan majunya negara ini.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun