Mohon tunggu...
Adi Arifin
Adi Arifin Mohon Tunggu... wiraswasta -

Keindahan Bali sebagai surga bagi pelancong sudah mendunia sejak berabad-abad yang lalu. Dari sejak jaman kolonial, sejumlah seniman mancanegara telah menggunakan Bali sebagai sumber inspirasi untuk menghasilkan karya-karya adiluhung yang tetap dikagumi sepanjang masa. Apakah keindahan Bali masih semurni dahulu ...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Terima Kasih untuk Mahasiswa yang Berjuang Keras

29 Maret 2012   09:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:18 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya tidak kaya. Tapi saya cukup mampu untuk membeli dan wara-wiri dengan mobil pribadi yang saya beli tunai, nggak pake ngutang. Setiap minggu saya rata-rata mengisi bensin satu kali, biasanya sekitar 50 liter. Meskipun ada banyak himbauan untuk memakai Pertamax, karena saya melihat hampir semua mobil pribadi mengalir masuk jalur Premium, saya sama sekali tidak merasa punya alasan untuk tidak ikut masuk ke jalur itu.

Dulu waktu perbedaan Pertamax dan Premium tidak terlalu jauh, saya memilih Pertamax karena mobil terasa lebih nyaman dikendarai, dan katanya kan membuat mesin lebih awet. Katanya, karena untuk mobil-mobil yang baru berumur setahun dua tahun kan memang efeknya tentu belum akan terasa. Tapi dengan makin meroketnya harga Pertamax, saya mengalah sajalah. Sedikit agak "lemot" saat menginjak gas tak apa-apa lah. Terakhir saya memakai Pertamax ketika harganya 6,500 per liter.

Kembali ke pemakaian saya sehari-hari. Dengan 50 liter per minggu, katakanlah sebulan ada 4 minggu, saya menghabiskan 200 liter per bulan. Dari berita di koran kabarnya harga keekonomian Premium itu sekitar 9,000 yang artinya untuk setiap liter Premium yang saya pakai, pemerintah memberikan saya subsidi 4,500. Dengan konsumsi 200 liter per bulan, artinya setiap bulan pemerintah membayari bensin yang saya pakai sebesar 900,000. Kalau dijumlahkan dalam setahun menjadi 10,800,000.

Yang naik mobil itu paling banyak berdua, kebanyakan malah hanya sendiri, jadi sebetulnya naik sepeda motor saja sudah cukup. Tapi saya mampu membeli kenyamanan sebuah mobil ber-AC. Saya sanggup membeli mobil dengan tunai, membayar pajaknya setiap tahun, membiayai ongkos perawatannya, dan pemerintah memberi saya 2,160,000 tiap bulan. Kalau saya tidak memiliki dan menggunakan mobil, pemerintah tidak akan membayari saya sebanyak itu.

Saya seorang pengusaha, meskipun kecil-kecilan. Karyawan saya yang penghasilannya tentu jauh lebih kecil dari penghasilan saya, setiap hari menempuh jarak yang kurang lebih sama dengan sepeda motornya, hanya menghabiskan 4 liter seminggu, artinya 16 liter sebulan. Dengan demikian dia hanya mendapatkan subsidi 72,000 sebulan, jika dikalikan 12 bulan menjadi 864,000 setahun. Kurang dari sepersepuluh dari yang saya dapatkan.

Bukankan sebaiknya pemerintah menggunakan uang yang dipakainya untuk membayar kemewahan saya itu untuk membantu rakyat miskin, bagaimanapun caranya? Saya yakin orang-orang seperti saya banyak sekali. Lihat saya betapa banyaknya mobil-mobil berplat hitam keluyuran di jalan dan masuk jalur Premium ketika mengisi bensin.

Terima kasih mahasiswa, PDI perjuangan, buruh ... karena telah memperjuangkan supaya pemerintah tetap membayari sebagian dari biaya atas kemewahan yang saya nikmati. Mudah-mudahan kalian berhasil sehingga saya tidak harus kehilangan 10,800,000 setiap bulan yang diberikan pemerintah untuk membiayai gaya hidup saya.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun