Mohon tunggu...
Fantastic Bali
Fantastic Bali Mohon Tunggu... -

Sejak berpuluh-puluh tahun Bali menjadi tempat tujuan wisata populer bukan hanya bagi wisatawan domestik tapi juga turis mancanegera. Sayangnya ada banyak daya tarik wisata Bali masih jarang diketahui sehingga kunjungan wisata terkonsentrasi hanya di beberapa tempat wisata tertentu saja.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pantai Ketewel, Kemilau Pada Sekarung Batu

8 Juli 2014   00:10 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:06 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jam sudah menunjukkan pukul 04.16 sore tapi Ibu Wayan belum juga beranjak dari tempatnya berjongkok sedari siang tadi. Wanita berusia 40an tahun itu masih tekun memilih batu dengan warna pekat berkilau yang terbawa arus laut hingga ke tepian. Berbekal sebuah besek (sejenis wadah dari anyaman bambu), Ibu Wayan mengumpulkan batu-batu berukuran kecil itu ke dalam sebuah karung yang nantinya akan dijual kepada pengepul.

[caption id="attachment_332473" align="aligncenter" width="600" caption="Batu-batu yang disortir menurut jenis dan ukurannya"][/caption]

Selain keindahannya pantai Ketewel juga memiliki keunikan lain. Sebut saja desa nelayan yang apik menyembunyikan pesona pantai ini. Serta muara sungai sebagai pembatas wilayah Kota Denpasar dan Kabupaten Gianyar yang sekaligus merupakan surga bagi anak-anak nelayan disitu ketika tiba waktunya bermain air. Aktifitas mengumpulkan batu laut untuk dijual juga salah satu keunikan lain yang dimiliki pantai Ketewel, sebuah pantai di pesisir timur Bali.

[caption id="" align="aligncenter" width="600" caption="Anak-anak bermain air di muara sungai"]

Anak-anak bermain air di muara sungai
Anak-anak bermain air di muara sungai
[/caption]

Ibu Wayan bukanlah satu-satunya orang yang mengumpulkan batu-batu di pantai itu. Ada beberapa warga lain yang ikut bersamanya mengumpulkan batu-batu itu yang rata-rata seusia Ibu Wayan. Satu atau dua diantaranya malah sudah berusia lanjut namun masih cukup kuat menekuni pekerjaan ini. Kalau Ibu Wayan hanya berbekal besek, warga yang lain ada yang membawa ember kecil dan sejenis alat untuk mengayak, untuk memisahkan batu-batu kecil dari yang besar dengan lebih cepat.

[caption id="attachment_332474" align="aligncenter" width="600" caption="Ayakan yang dipakai untuk "]

14047276161900702961
14047276161900702961
[/caption]

Mereka memulai aktifitas itu sejak pukul 6 atau 7 pagi, sebelum ombak mulai besar. Istirahat sebentar di siang hari lalu dilanjutkan dengan ‘sesi’ kedua sekitar pukul 2 siang – ketika ombak kembali bersahabat, hingga senja. Tak ada yang mengkoordinir secara khusus, kegiatan mengumpulkan batu ini mereka lakukan atas keinginan sendiri dengan harapan mendapat tambahan penghasilan sekedarnya. Sehingga belum tentu pekerjaan ini mereka lakukan rutin setiap hari, tergantung cuaca dan keras tidaknya ombak pantai Ketewel.

[caption id="attachment_332475" align="aligncenter" width="600" caption="Mengumpulkan batu, dilakukan Ibu Wayan rata-rata 10 jam setiap harinya, jika cuaca cukup mendukung."]

14047277031050379639
14047277031050379639
[/caption]

Batu-batu yang sudah terkumpul sekarung penuh kemudian dijual kepada pengepul dengan harga bervariasi menurut jenisnya, mulai dari 25,000 rupiah hingga ratusan ribu per karungnya. Semakin kecil, halus dan berukuran nyaris sama serta tanpa cacat akan semakin mahal harganya. Batu-batu ini nantinya akan dipakai sebagai pelengkap dekorasi taman, jalan setapak pengganti paving maupun hiasan pada dinding yang sering terlihat pada bangunan villa-villa pribadi.

Pantai Ketewel memang tak seramai pantai Lebih atau pantai Masceti dimana warga sekitar bisa mencari tambahan penghasilan dengan membuka warung-warung makanan atau minuman bagi pengunjung yang datang. Namun Ibu Wayan bersama warga lain yang bermukim di sekitar pantai ini bisa melihat peluang penghasilan lain dari mengumpulkan batu meskipun hasilnya tak menentu. Sisi baiknya, aktifitas ini tak sampai mengeksploitasi potensi yang ada di pantai Ketewel karena ini dilakukan atas keinginan sendiri tanpa interfensi pihak-pihak yang merasa berkepentingan. Sehingga kecantikan panorama pantai Ketewel tetap terjaga hingga sekarang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun