Aku dan orang-orang yang mengisi rumah ini, pada suatu malam menjelma menjadi sosok-sosok yang tak kukenal. Berada di sebuah ruang makan dan tak ada kursi yang tersisa. Namun bagiku sendiri, ruang ini tetap saja kosong. Benar-benar kosong. Seperti ada yang tidak lengkap. Padahal aku tau, mereka semua adalah keluargaku...Â
Satu-persatu mengambil bagian mereka. Melihat tangan-tangan yang sudah ikut kelaparan. Kecuali aku. Aku tetap pada pikiranku. Lama-lama semakin tidak menentu...
Ibu memberikan sepiring itu padaku. Aku terima saja. Ia menatapku dengan rasa penasaran.Â
"Nak, apa yang kau pikirkan?"
"Seandainya laki-laki itu ikut makan lagi bersama kita, seperti malam yang sebelumnya", terangku pada ibu.Â
Ayah menyambung tiba-tiba, "Ah kamu ini Ros, apa hebatnya dia? Dia hanya laki-laki biasa. Nanti kubawa Edward ke sini".
"Aku nggak suka sama dia! Lagipula aku juga tidak ingin kalau aku bisa dekat dengan dia!"
Aku pun langsung beranjak dari kursi dan meninggalkan ruang makan. Ayah sungguh mengesalkan, tidak mengerti perasaan anaknya...
Dan kudengar dari balik dinding dimana mereka masih menikmati makanan-makanan.. Ayah juga ikut kesal rupanya, dengan keras kepalaku, ia menggerutu.Â
"Edward itu anak luar biasa, dia kaya raya, apa saja serba ada. Harusnya ia-lah yang memang cocok untuk hadir bersama kita"
"Tapi itu kan, keinginannya Ros. Tak bisa kita memaksakan kemauannya", kata ibu.Â