Mohon tunggu...
Fantasi
Fantasi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Usaha Mikro

" When we are born we cry that we are come to this great stage of fools. " - William Shakespeare -

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Siapa yang Masih Butuh Guru Kalau Sudah Ada Google?

1 Agustus 2014   06:51 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:43 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apakah orang masih memerlukan guru manakala pengetahuan yang melimpah bisa diperoleh dan ditemukan dengan mudah di internet dengan menggunakan mesin pencari Google ?

Resensi buku : Ian Gilbert. Why Do I Need a Teacher When I've got Google: The essential guide to the big issues for every teacher. 2nd edition. Routledge : London (2014) Ian Gilbert menjawab pertanyaan tersebut di dalam buku setebal 247 halaman ini. Gilbert adalah seorang inovator pendidikan, pengarang yang pernah mendapat penghargaan, entreprenur dan seorang pembicara inspiratif, yang memberikan pelatihan untuk membantu para guru agar murid mereka bisa belajar dan berpikir. Gilbert mendirikan Independent Thinking Ltd pada tahun 1993, suatu jaringan pakar pendidikan yang memiliki misi untuk memperkaya hidup manusia dengan mengubah cara berpikir mereka. Gilbert membuka paparannya tentang peran internet dalam pembelajaran dengan kisah kedua putrinya yang berusia remaja yang belajar di sekolah internasional yang termasuk "Top 5" di Chile ketika keluarga mereka pindah dan bermukim di Santiago . Cara mengajar di sekolah tersebut ternyata sangat konvensional, sehingga putri bungsunya mengirimi Gilbert SMS tentang  situasi sekolahnya : " Copy copy write memorise copy copy write write memorise copy write copy copy remember remember memorise copy write QUIZ!" Ketika Gilbert mendatangi guru sekolah dan mengeluh bahwa anak-anaknya tidak mendapatkan manfaat apapun dari cara belajar seperti itu, jawaban yang diterimanya adalah, "Saya sudah mengajar. Itu bukan salah saya. Cobalah cari guru les untuk membantu." Hal ini berlangsung hampir lima bulan. Kedua putri Gilbert menjadi depresi dan tidak lagi termotivasi pergi ke sekolah, padahal mereka belajar di sekolah elit yang mahal. Akhirnya, pada suatu siang Gilbert memanggil pulang anak-anaknya dari sekolah dan sejak itu tak pernah kembali lagi ke sana. Sore harinya anak-anak Gilbert berkeliling di meja makan dan membuka komputer laptop. Melalui internet mereka belajar di Khan Academy, situs yang menyediakan secara gratis ribuan video YouTube untuk pelajaran matematika, sejarah, ilmu alam dan sebagainya. Materi pembelajaran yang disampaikan dengan multimedia memungkinkan putri sulung Gilbert yang menderita dyslexia untuk mengatur kecepatan penyampaian materi belajar. Pembelajarannya melesat secara dramatis, karena dia tak lagi diajar oleh guru yang buruk. Teknologi informasi dan komunikasi telah membuat pengetahuan tersebar luas dan bisa diakses oleh hampir semua orang. Bahkan setiap orang kini bisa berperan dalam mengumpulkan dan menyusun pengetahuan, seperti  Wikipedia. Mesin pencari Google menjadi andalan untuk menemukan pengetahuan yang diinginkan dalam lautan pengetahuan yang terus dimutakhirkan dan terus bertambah. Google menggantikan fungsi guru yang sebelumnya menjadi sumber informasi yang ditopang sederetan buku teks di almarinya atau di perpustakaan. Meskipun Google dan internet menyediakan kesempatan belajar yang nyaris tanpa batas dan seringkali menyediakan cara yang lebih cocok untuk masing-masing individu, Google tidak dapat menggantikan guru secara total. Hanya guru-guru yang buruk yang memang sudah tak lagi dibutuhkan, sedangkan guru-guru yang hebat akan terus menjadi sumber inspirasi bagi para murid mereka. Peran guru sedang dirumuskan ulang di era sekarang. Menurut Gilbert, tugas utama seorang guru bukanlah menyampaikan bahan ajar atau mentransfer pengetahuan dari benaknya ke benak murid, tetapi membuat para siswa belajar. Peran guru di abad ke-21 ini adalah untuk menolong orang-orang muda agar mereka tahu dimana pengetahuan bisa didapatkan; mengetahui langkah selanjutnya setelah menemukan pengetahuan itu; membedakan pengetahuan yang 'baik' dan yang 'buruk'; mengetahui bagaimana menggunakan, menerapkan dan menggabungkan pengetahuan; memikirkan dan melakukan cara-cara kreatif untuk menangani pengetahuan; menambahkan pengetahuan; mengetahui bagian pengetahuan yang akan digunakan dan cara penggunannya pada situasi tertentu; dan mengetahui cara mengingat unsur-unsur utama suatu pengetahuan. Seorang guru juga membantu siswa mengembangkan keterampilan berkomunikasi, kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan bekerja sama, rasa percaya diri dan harga diri, kesadaran tentang apa yang benar dan apa yang salah, kemampuan mengatasi masalah, pemahaman tentang keberadaan mereka sebagai warga bumi. Ini adalah peran guru yang tak bisa digantikan oleh komputer. Dalam laporan Konsultan Mc Kinsey berjudul ‘How the world’s best performing school systems come out on top’ yang diterbitkan pada tahun 2007 disimpulkan bahwa dua faktor utama yang menjadikan sistem pendidikan sebuah negara berkualitas adalah : (1) memastikan bahwa hanya orang-orang yang tepat yang direkrut menjadi guru. 'Kualitas suatu sistem pendidikan tak mungkin lebih baik dari kualitas para gurunya', dan (2) orang-orang ini dilatih menjadi instruktur berkualitas tinggi. McKinsey mengutip hasil studi PISA (Programme for International School Assessment) oleh OECD yang menemukan bahwa kualitas pendidikan di negara-negara OECD tidak meningkat meskipun pengeluaran untuk pendidikan meningkat rata-rata 39% dari tahun 1995 hingga 2004. Jadi, anggaran pendidikan bukanlah faktor utama dalam peningkatan kualitas pendidikan. Dari 112 studi yang dilakukan oleh McKinsey, mereka menyimpulkan bahwa faktor yang paling penting di dalam sistem pendidikan di seluruh penjuru dunia adalah guru. Orang masih akan terus membutuhkan guru meskipun sudah ada Google. Jika akhir abad keduapuluh telah mengantarkan kita pada pendemokrasian pengetahuan, maka di abad ke-21 ini adalah  tugas para guru untuk memandu pendemokrasian pembelajaran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun