Mohon tunggu...
Fantasi
Fantasi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Usaha Mikro

" When we are born we cry that we are come to this great stage of fools. " - William Shakespeare -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Perlu Kecerdasan dan Etika untuk Berinteraksi dan Menyikapi Perbedaan di Dunia Maya

27 Desember 2013   12:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:26 2235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Dunia maya dan media baru yang datang bersamanya adalah realitas yang menakjubkan.

Sekaligus menakutkan.

Setiap orang sekarang dapat menyebarluaskan berita, gagasan dan pendapat ke khalayak dalam tempo sekejap, menjangkau seluruh dunia, nyaris tanpa biaya, nyaris tanpa sensor atau batasan apapun. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, khususnya internet, yang dipuncaki dengan meruyaknya media sosial ke seluruh pelosok dan ke seluruh lapisan masyarakat memungkinkan fenomena baru ini.

Ratusan juta orang mendadak menjadi pewarta yang bisa mengabarkan apa saja melalui komputer jinjing dan telepon genggamnya : mulai dari jumlah demonstran yang tewas yang ditutup-tutupi oleh pemerintah, hingga tentang si kecil yang lupa gosok gigi tadi pagi.

Ratusan juta orang mendadak menjadi pakar dalam bidang apa saja untuk mengomentari berita atau pendapat yang tersebar di forum maya; amunisinya mulai dari ayat-ayat Kitab Suci, teori pakar dari seluruh penjuru bumi, pengalaman pribadi dan - tentu saja - tautan situs yang ditunjukkan oleh mesin pencari Google.

Ratusan juta orang yang tadinya diam dan tak pernah menyiapkan diri untuk mengeluarkan suaranya di media publik, sekarang menjadi produsen kata-kata dan gambar-gambar yang membanjiri milyaran halaman situs di internet.

Kesempatan itu tersedia begitu mudah : cuma mendaftarkan alamat surel gratisan dan identitas pribadi - boleh jujur, boleh bohong-bohongan; pintu-pintu untuk menyebarluaskan informasi dan gagasan pribadi terbuka sangat lebar. Lazimnya setiap situs mewajibkan pendaftar untuk membaca Terms & Conditions (syarat dan ketentuan) untuk berpartisipasi dalam komunitas, tapi ini biasanya tidak begitu diperhatikan. Tinggal klik "I agree" atau "saya setuju", selanjutnya orang-orang melibatkan diri dalam komunitas maya dengan cara yang diasumsikannya sendiri.

Melalui tulisan dan gambar yang diunggah di halaman-halaman komunitas maya, orang-orang membagikan setiap informasi dan gagasan yang dimiliki; dan melalui fasilitas di balong komentar, orang-orang menanggapi informasi dan gagasan orang lain. Interaksi terjalin di antara orang-orang yang hadir di sebuah forum maya. Namun, sebagian besar tidak tahu, bahkan mungkin tidak pernah mendengar, aturan yang disebut dengan netiquette (etiket berinteraksi di dunia maya). Sebagian tidak tahu atau tidak peduli dengan etika dalam hubungan antar manusia yang berlaku di dunia nyata dan di dunia maya. Anonimitas menambah keleluasaan untuk bersikap, berujar dan berinteraksi, seakan-akan media baru telah menyediakan kebebasan tanpa batas.

Bagaikan jalan raya yang minim rambu dan dijejali oleh orang-orang yang bahkan tak tahu apakah harus berjalan dan mengemudi di sisi kiri atau di sisi kanan, dunia maya menyaksikan benturan dan tabrakan antara anggota masyarakatnya. Masing-masing mengambil jalannnya sendiri, ingin mendahului, merebut jalur, menubruk bila perlu, memaki jika terganggu, meradang dan menerjang jika diserang. Dunia maya menjadi realitas yang menakutkan. Manusia menjadi liar dan demikian ganas satu sama lain; memojokkan dan menghina dengan kata-kata kasar plus pelintiran logika dan informasi bohong menjadi salah satu cara menyingkirkan orang lain untuk menempatkan pendapat pribadi di puncak piramida kebenaran.

Dunia maya yang idealnya dijadikan tempat pertemuan gagasan untuk melahirkan gagasan baru yang lebih baik berubah menjadi lahan untuk memaksakan gagasan. Media baru yang diniatkan untuk membuka seluas-luasnya kesempatan bagi para awam untuk berpartisipasi dalam isu aktual, berubah menjadi medan pertarungan pendapat, citra dan idola yang harus dimenangkan dengan segala cara.

Kesempatan untuk menyampaikan gagasan dan pendapat tanpa moderasi membuat banyak orang tergagap-gagap menanggapinya. Belum pernah ada kebebasan sebesar ini mereka dapatkan di dunia nyata. Mereka meneriakkan aspirasi dan pikiran mereka sesuka hati, mengabaikan perasaan golongan lain dan mem-bully orang lain yang berbeda pendapat. Mereka lupa, setiap individu hanyalah sebuah simpul di dalam tali temali jejaring sosial; semua menjadi subyek, tak ada yang hanya sekedar obyek; tak ada yang lebih berhak dari yang lain untuk menguasai ruang publik tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun