Sikap, perilaku dan logika orang-orang di Kubu Prabowo-Hatta semakin mengherankan. Setelah tindakan menarik diri dari Pilpres - yang kemudian dikoreksi cuma menarik diri dari proses rekapitulasi suara - dan mencla-mencle tentang tidak akan ke Mahkamah Konstitusi yang kemudian juga dikoreksi, sekarang muncul pernyataan yang menggelikan. Mereka mempertanyakan esensi mengucapan selamat dari para pemimpin dunia kepada Joko Widodo dan Jusuf Kalla.Melalui juru bicara Tantowi-Yahya, Kubu Prabow-Hatta mengherani para pemimpin dunia telah menyampaikan ucapan selamat, padahal - menurut Koalisi Merah Putih - hasil Pilpres masih dalam sengketa.
Bukankah keheranan ini pernyataan yang terdengar bodoh?
Manakala Komisi Pemilihan Umum pada tanggal 22 Juli 2014 yang lalu dengan menetapkan Jokowi dan Jusuf Kalla sebagai presiden dan wakil presiden terpilih, maka secara sah dan konstitusional Indonesia telah memilih pemimpin baru. Keputusan KPU itu mengikat dan merupakan produk hukum yang menjadi dasar bagi penetapan presiden dan wakil presiden pada tanggal 20 Oktober 2014 nanti.
Para pemimpin negara-negara dunia tentu memperhatikan dengan seksama, melalui kedutaannya, proses pemilu yang berlangsung. Pemilu berlangsung sangat aman, nyaris tanpa insiden apa pun. Perhitungan suara pun relatif lancar mulai dari 9 Juli 2014 hingga 22 Juli 2014 siang. Sebelum rekapitulasi nasional, perhitungan suara yang berjenjang hingga tingkat provinsi sudah diselesaikan dengan baik, tanpa ada tuduhan kecurangan yang bersifat masif. Bahkan, pada hari Jumat malam 18 Juli 2014 Kubu Prabowo-Hatta sudah mengadakan ibadah syukur atas "kemenangan Prabowo-Hatta sebagai presiden dan wakil presiden 2014-2019".
Semuanya berjalan lancar. Tentu saja para pemimpin dunia tersebut diberitahu oleh para dutabesar masing-masing tentang capres Prabowo menarik diri dari proses pilpres yang sedang berlangsung. Namun, di dalam keputusan KPU hal tersebut tentang mundurnya Prabowo bahkan tidak disebut, karena memang tak memengaruhi hasil dan legitimasi keputusan tersebut. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang juga ketua umum Partai Demokrat segera menelepon presiden terpilih Jokowi, demikian pula wakil presiden Budiono menelepon Jusuf Kalla untuk menyampaikan ucapan selamat.
Semuanya berlangsung konstitusional. Wajar saja Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dan Presiden Amerika Serikat Barrack Obama ikut menelepon Jokowi. Wajar juga Perdana Menteri Singapura Lee Shisen Liong malam itu juga menyampaikan salam kepada Jokowi melalui twitter. Demikian pula Perdana Menteri Australia dan sejumlah pemimpin negara lain menyampaikan ucapan melalui pernyataan tertulis. Media dunia pun menjadikan kemenangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla itu sebagai headline.
Jadi, apa yang harus diherankan ?
Jika memang ingin mencari-cari sesuatu yang diherankan, heranlah dengan karangan bunga pada tanggal 22 Juli 2014 di Rumah Polonia yang merupakan markas Kubu Prabowo-Hatta. Sekitar 25 karangan bunga yang mengucapkan "Selamat atas terpilihnya Prabowo-Hatta Presiden-Wapres RI 2014-2019 " dijajarkan di sana.
Bukankah itu lebih mengherankan ? Tak ada keputusan KPU sebagai lembaga pelaksana Pilpres, tak ada ucapan selamat dari presiden RI, tak ucapan selamat dari pemimpin negara sahabat - bunga tersebut berasal dari pendukung Kubu Prabowo Hatta saja, seperti artis Raffi Ahmad dan Forum Komunikasi Keluarga Besar Narapidana dan Mantan Narapidana Indonesia (FKKBNI).
Bukankah Tantowi Yahya seharusnya melakukan konferensi pers untuk menjelaskan hal yang sungguh mengherankan, menggelikan sekaligus mengenaskan itu ?
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!