Mohon tunggu...
Fantasi
Fantasi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Usaha Mikro

" When we are born we cry that we are come to this great stage of fools. " - William Shakespeare -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kaum Intelek yang Dungu

31 Desember 2018   18:05 Diperbarui: 31 Desember 2018   18:32 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Saya selalu menganggap diri bodoh dan sering memandang tinggi intelektualitas orang-orang yang bergelar panjang, berpendidikan luar negeri, berjabatan akademis tinggi dan sejenisnya. Ada rasa hormat kepada orang-orang yang dianugerahi Tuhan otak yang cemerlang.

Namun, belakangan ini saya mulai mengurangi kekaguman atas orang-orang "intelek" ini. Semakin sering - lebih-lebih menjelang Pemilu - saya menemukan keanehan dalam pola pikir mereka. Mulai dari kontradiksi dalam pernyataan-pernyataan mereka, ketidakselarasan antara pernyataan dan perilaku, ketidakcukupan atau kekeliruaan data, hingga ketidaklogisan dalam mengaitkan antara premis dengan kesimpulan. 

Awalnya, saya menganggap otak saya yang kurang pintar yang tidak mampu memahami cara berpikir orang-orang intelek. Belakangan, saya menyadari - berdasarkan analisis intektual yang lain - bahwa dugaan saya tentang keanehan pola pikir para intelek itu ternyata memang beralasan.

Keheranan saya bertambah setelah melihat menjamurnya keanehan perilaku para intelektual itu. Bukan hanya orang-orang hebat yang namanya terkenal di media publik, tetapi teman-teman dekat sekampus atau sekerja dulu juga mulai menunjukkan gejala penyimpangan yang sama. Kaum intelektual terasa semakin tidak "intelek". Analisis mereka dangkal bagaikan esai buatan anak SMP - miskin data dan logika.  

Lebih mengherankan lagi, kaum yang tadinya saya sanjung sebagai kumpulan elit yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata tidak hanya melempar gagasan, kesimpulan dan pernyataan yang terasa tidak "intelek", tetapi mereka mengekspresikan diri mereka dengan cara-cara yang juga tak jauh dari anak-anak yang belum akil balig. Mulai dari menggunakan kata-kata pasaran, nyinyir tanpa jelas apa yang dipersoalkan, hingga ujaran-ujaran kasar menyerang orang atau lembaga yang pandangannya tak selaras dengan sang intelektual.

Penasaran dengan fenomena ini, saya mencoba mencari tahu ada yang pernah menyelidiki mendungunya para intelek ini. Ketemu buku karangan Daniel J. Flynn berjudul "Intellecutal Morons." Buku yang terbit lebih satu dekade yang lalu ini mendaftarkan sejumlah nama intelektual kelas dunia yang mengeluarkan pernyataan atau melakukan tindakan yang bodoh. Alasan mereka terjerumus ke dalam kebodohan, menurut Flynn, adalah ideologi.

Ideologi menjadi "mental straitjacket" yang menghalangi orang untuk melihat kenyataan, membuat mereka menjadi sangat fanatik dan membenarkan ketidakjujuran. Ideologi membuat orang cerdas menjadi dungu. Mencoba mengaitkan argumen Flynn dengan perubahan perilaku para intelektual yang saya kenal, saya melihat kebenarannya.

Ah, begitu kiranya. Mungkin saya tak sebodoh yang saya bayangkan, orang-orang intelek itu pun tak sepintar yang mereka citrakan.  

Rujukan : Daniel J. Flynn, "Intellectual Morons: How Ideology Makes Smart People Fall for Stupid Ideas", Three Reivers Press:2005
Sumber Gambar : amazon.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun