Pagi ini saya coba login ke situs DJP, saya disapa dengan pesan yang membuat hati menciut. Kesalahan jaringan.
Ah, mengapa djponline.pajak.go.id terlalu lama tidak menjawab? Apakah si "tawon" sedang istirahat dari aktivitas menghisap dan mengumpulkan "madu" setoran pajak dari para WP ? Bukankah - seperti tertulis di halaman situs tersebut - layanan online e-billing tersedia setiap saat?
Membayar pajak kini dapat dilakukan 24 jam sehari dan 7 hari seminggu (24/7) yang dapat dibayarkan melalui ATM atau menggunakan Internet Banking dengan memasukkan ID Billing yang di-generate setelah mengisi Surat Setoran Pajak Elektronik pada aplikasi ini sepanjang Anda terhubung dengan internet dan dapat mengakses www.djponline.pajak.go.id. Anda tidak perlu datang langsung ke Bank atau Kantor Pos untuk mengisi secara manual Surat Setoran Pajak dan membayar pajak Anda.
Sekarang tanggal 14 dan tanggal 15 adalah hari terakhir penyetoran untuk PPh Final Pasal 4 ayat 2. Kalau keadaan server DJP terus seperti sekarang, maka Ceu Eti akan terlambat membayar kewajiban pajaknya. Ceu Eti tak bisa lagi disebut taat pajak.
Kalau Ceu Eti tak taat pajak berarti Ceu Eti bukan lagi orang bijak. Semuanya berawal dari keawaman Ceu Eti menggunakan teknologi. Juga kekurangcanggihan mereka yang bertanggung-jawab atas server djponline.pajak.go.id. Mengapa perlu begitu lama memulihkan layanan online di direktorat dan kementerian elit yang menjadi pintu masuk pendapatan negara ini ? Tentunya ada "business continuity planning" (BCP) kalau terjadi gangguan seperti sekarang ini. Apakah diperlukan suatu keadaan yang disebut "disaster" agar tindakan dalam BCP dijalankan? Tak begitu pentingkah memperhatikan kepentingan para WP yang berupaya untuk tetap taat pajak agar terjaga marwahnya sebagai orang bijak ?
Ceu Eti mungkin sudah lagi tak tergolong orang bijak kalau sampai lewat tanggal 15 bulan ini tak membayar kewajiban PPhnya untuk bulan Desember 2016. Tapi, mereka yang membuat dan menjalankan sistem yang menyebabkan Ceu Eti tak bisa menyetorkan pajaknya pun layak dipertanyakan ke'bijak'annya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H