Mohon tunggu...
Fantasi
Fantasi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Usaha Mikro

" When we are born we cry that we are come to this great stage of fools. " - William Shakespeare -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kejanggalan C1 Pilpres 2014 : Kebodohan Angggota KPPS atau Rencana Kecurangan?

12 Juli 2014   14:25 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:34 956
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Data hasil C1 yang dikirimkan dari Kabupaten/Kota merupakan hasil yang telah diplenokan pada tingkatannya dan bukan merupakan hasil final tingkat nasional karena data tersebut dapat berubah sesuai dengan hasil rapat pleno pada tingkat diatasnya atau pada rapat pleno tingkat pusat.

Maklumat di atas tertera di situs http://pilpres2014.kpu.go.id/c1.php . dimana masyarakat Indonesia bisa mengakses hasil pemindaian form C1 pelaksanaan Pemilihan Presiden 2014 yang sudah diupload ke sistem informasi KPU.

Apa maksudnya telah di-pleno-kan pada tingkatannya ?

Bukankah itu berarti C1 tersebut sudah diperiksa oleh lebih dari 1 orang dan diterima kebenarannya pada tingkatan tersebut ?

Namun, berdasarkan data C1 tersebut mulai terlihat sejumlah kejanggalan di beberapa  tempat pemungutan suara (TPS).

TPS 4 Kelurahan Selabatu, Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi, Kabupaten Jawa Barat. Jumlah pemilih terdaftar 438 (DPT) orang, pemilih tambahan 8 orang(DPTb), Pemilih khusus 2 orang. Jumlah suara sah 329 orang, tidak sah 2 orang, total 331 orang. Namun dalam Lampiran 1, suara untuk kedua pasangan capres/cawapres dikosongkan. Apa maksudnya ? Siapa yang akan mengisi ?
Yang mengherankan seluruh ketua dan anggota KPPS (7 orang) dan 2 saksi dari kedua kandidat capres sudah membubuhkan tanda tangan.

Logiskah 9 orang yang sudah diberi arahan mengenai prosedur pelaksanaan Pemilu tidak memperhatikan kesalahan yang fatal ini ? Apa yang akan diinput ke rekapitulasi level yang lebih tinggi hingga ke level pusat ? Siapa yang akan memasukkan angka yang jadi dasar perhitungan nantinya ? Bukankah ini seperti memberikan cek yang sudah ditandatangani kepada seseorang dan membiarkannya menuliskan sebarang angka di sana ?

TPS 7 Kelurahan Rawasari Kecamatan Cempaka Putih Kota Jakarta Pusat Provinsi DKI Jakarta.Prabowo 497, Jokowi 193, Jumlah 490 orang. Lagi-lagi 7 anggota KPPS dan 2 saksi sudah membubuhkan tanda-tangan. Tak perlu terlalu tolol untuk melihat 497 jika dijumlahkan dengan berapapun (kecuali minus) tak akan berkurang nilainya. Bagaimana bisa ?

Salah menjumlahkah ? Jika dilihat di "Data Penggunaan Surat Suara", jumlahnya surat suara sudah benar, yaitu 490 orang. Jadi, ada yang mengganti perolehan suara untuk satu atau kedua kandidat capres. Bukankan itu suatu kecurangan yang fatal ?

TPS 03 Desa Kecamatan Tamalete Kelurahan Parangtambung Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan, jumlah surat suara yang digunakan 168 orang, di antaranya 167 sah dan 1 tidak sah. Hasil perhitungan : Prabowo 41 suara, Jokowi 126 suara, Jumlah seluruhnya 127 suara. Salah hitung ? Salah tulis ? Lagi-lagi kekeliruan yang merugikan bagi pemberi suara dan kandidat capres.

Di TPS 47 Kelurahan Kelapa Dua Kecamatan Kelapa Dua Tangerang Provinsi Banten, jumlah pemilih terdaftar (DPT) 371 orang, tambahan (DPTb) 22 orang, pemilih khusus (DPK) 133 orang, dan tambahan khusus 2 orang, total 538 orang. Jumlah pengguna suara 380 orang, seluruhnya sah. Hasilnya Prabowo 814 orang, Jokowi 366, jumlah 380 orang. Jika dihitung dengan sempoa, seharusnya jumlah 1180 orang. Ini benar-benar angka sulap. Surat suara yang tersedia pasti tidak cukup. Herannya, semua ketua dan anggota KPPS menandatangani, demikian pula 1 orang saksi dari Prabowo-Hatta. Tidak ada saksi dari Jokowi-JK, atau setidak-tidaknya tidak ada tanda-tangannya di sana.

Di dalam formulir, panitia salah menuliskan jumlah surat suara yaitu 380, padahal seharusnya sekitar 550 saja ( DPT plus 2%). Yang mengherankan juga adalah banyaknya pemilih khusus, yaitu 133 orang. Bukan tidak mungkin, tapi perlu diselidiki, siapa saja yang jadi pemilih khusus yang demikian banyak ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun