Sebenarnya malas sih mencampuri urusan politik yang sarat dengan kepentingan ini. Tetapi sebagai orang yang awam yang hidup di Jakarta, ada kegelisahan yang menggelitik hati untuk tidak diam melihat “sandiwara” yang terjadi.
Awalnya mau nulis dengan serius, ada teorinya, ada anlisisnya, kemudian ada pendapat pengamat, pejabat dan lain sebagainya. Tetapi, ya suadahlah, pendapat sendiri juga boleh, toh juga sudah punya pendapatan ini, hehe
Oke, jadi gini,…
Jakarta ini, sejak dipimpin oleh Jokowi kemudian beralih ke Ahok, ngak tau kenapa saya rasa Jakarta makin bagus. Yang tidak setuju jangan marah ya..hehe kan pendapat. Fokus ke Ahok, penataan birokrasi sudah semakin baik, sudah baiklah. Jakarta bersih, contohnya di daerah rumah saya gorong-gorong itu sudah tidak ada yang mampet. Setiap minggu ada pasukan orange yang naik turun dari gorong-gorong untuk membersihkan.
Temen saya, kemarin mau buat KTP Jakarta, ketemu sama RW, dia mau bayar pak RW 500 ribu, buat nurusin KTP-nya. Tetapi kata si pak RW,
“wah mas, saya ngak berani, sekarang ini sudah ngak bisa jalur-jalur begitu, kemarin aja ada RW yang diamankan gara-gara bikinin KTP buat si T……S……”
Sampai si temen ini, minta tolong sama temenya yang di Dinas Catan Sipil, juga itu orang Dinas tidak mau. Singkat cerita untuk urusan birokrasi sudah lebih baik, terasa sekali.
Tetapi, Ahok selalu saja dicari kelemahannya. Iya namanya juga manusia mana ada yang sempurna, pasti punya kekurangan.
Terkait pengusuran-pengusuran yang diilakukan oleh Ahok, menurut saya, pengusuran yang dilakukan Ahok itu bukan tanpa solusi. Jangan bicara soal alasan, karena alasan pasti ada. Tapi solusi. Alasan pengusuran karena mereka tinggal di tempa yang kumuh, di bantaran kali, di lahan pemerintah, itu alasan pengusuran. Tetapi solusi pengusuran adalah memberikan mereka pilihan, tinggal di rusun dengan segala fasilitas, atau dipulangkan ke kampung halaman dan dimodali usaha.
Tetapi kenapa selalu saja isu penggusuran yang punya alasan dan solusi ini selalu dipermaslahkan? Nah, ini yang saya bilang urusan politik. Temen-temen politisi yang tidak mendukung Ahok pernah bilang, untuk mencegat Ahok, kita tidak bisa sekadar memainkan isu, tetapi harus kita jerat secara hukum, karena hanya hukum yang bisa mencegat Ahok.
Eh tidak lama kemudian, lahirlah soal korupsi sumber waras lah, soal BPK lah, soal penggusran yang banyak memakan korbanlah, Ahok menggusur orang miskin bukan kemiskinan. Bermacam-macam opini dan pernyataan dibuat, baik di media online, cetak maupun jejaring sosial. Foto-foto terkait kekerasan aparat ditampilkan lagi, diungah ke media sosial, yang entah dimana kejadinya, entah kapan kejadinya, eehhh…. bilang Ahok kejam.