Mohon tunggu...
Fano Pieter
Fano Pieter Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya hobi menggambar dan juga menulis, Konten favorit saya yang berkaitan dengan seni

Selanjutnya

Tutup

Seni

Pandangan Khalayak Umum tentang Street Art di Indonesia

20 Desember 2023   15:05 Diperbarui: 20 Desember 2023   15:15 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seni. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pandangan Khalayak Umum tentang Street Art di Indonesia

Sebelum kita membahas tentang pandangan umum mengenai street art, kita harus mengerti dahulu apa yang di maksud dengan street art?. Street art sendiri di ambil dari kata dalam bahasa Inggris, yaitu street yang berarti jalan dan art yang berarti seni. Secara keseluruhan street art berarti seni rupa yang di tampilkan di jalan atau di ruang ruang publik.

Street art pertama kali menyebar luas di New York sekitar tahun 1970-an. Awal mula street art berkembang dari budaya graffiti. Pada tahun 1970-an, street art bertumbuh pesat karena banyak fasilitas tembok-tembok kosong dan longgarnya pengawasan pada saat itu. Oleh karena itu, street art sering di kaitkan dengan vandalisme.

Street art juga sering dipakai sebagai media untuk menyampaikan kritik sosial. Pada tahun 2000-an awal, seniman anonim yang berasal dari Inggris mulai menarik perhatian dari publik lewat hasil karya nya di jalanan yang menyerukan tentang kritik sosial. Setelah itu, budaya street art makin meluas dan berkembang.

Seperti yang sudah di sebut sebelumnya street art sering di kaitkan dengan vandalisme. Karena selama ini yang kita tahu bahwa seniman-seniman street art sering kali membuat karyanya tanpa izin atau sering kali merusak karya seni lain. Budaya ini lah yang memberikan stigma negatif pada masyarakat luas tentang street art.

Banyak kasus -- kasus di Indonesia mengenai vandalisme, sehingga hal ini turut menanamkan stigma negatif di masyarakat Indonesia. Seperti contoh kasus yang viral tentang pelaku vandalisme patung Jenderal Besar Sudirman di Jakarta Selatan. Pelaku vandalisme ini membuat graffiti di tembok patung Jenderal Besar Sudirman, tentu tindakan tindak sopan ini sangat merugikan. Selain merusak patung salah satu pejuang Bangsa pelaku juga turut menambah pendapat negatif tentang street art, yang dalam hal ini merusak pendapat masyarakat tentang seni graffiti.


Perkembangan street art di Indonesia dari tahun ke tahun cukup signifikan. Hal ini terbukti dari banyaknya mural dan graffiti yang ada di tengah-tengah Ibukota Jakarta. Sejarah aksi mencoret-coret di ruang publik seperti street art di indonesia sendiri sudah ada bahkan jauh sebelum kemerdekaan. Street art pada masa sebelum kemerdekaan sering dipakai oleh masyarakat untuk menyebarkan semangat juang dan kalimat-kalimat yang berisi ide ide perjuangan. Setelah kemerdekaan, street art kembali aktif pada era Orde Baru di sekitar tahun 1990-an. Hal ini bisa dilihat dari terbentuknya komunitas-komunitas yang terbentuk seperti Apotik Komik dan Taring Padi. Pada masa ini street art lebih membahas tentang kritik pemerintahan dan isu-isu terkait rakyat.


Street art kembali berkembang setelah itu pada tahun 2000-an. Pada  tahun tersebut banyak komunitas-komunitas street art baru yang muncul di tiga kota besar yaitu Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta. Di era ini banyak graffiti dan mural yang di buat oleh para bomber di tembok-tembok kosong yang ada di area publik. Bomber adalah sebutan bagi mereka yang membuat seni di jalanan dan biasanya dilakukan di malam hari untuk menghindari keamanan petugas. Mulai dari situ terbentuklah stigma buruk dari masyarakat tentang street art. Banyak tembok-tembok rumah warga atau mungkin bahkan gedung toko yang di coret-coret oleh para pelaku bomber.


Stigma tersebut terus timbul di masyarakat bahkan hingga sekarang. Namun street art sekarang sudah mulai di dukung oleh pemerintah, mereka para seniman jalanan sekarang dapat menyalurkan karya nya tanpa harus merusak ruang publik. Di Yogyakarta  ada Graffiti Wall di Jl. Perwakilan Malioboro Area, di tempat khusus ini mereka para seniman jalanan di Yogyakarta bisa menyalurkan karya mereka tanpa harus di usir oleh petugas. Selain di Yogyakarta, kita bisa melihat di beberapa gedung di Jl. Jenderal Sudirman Jakarta banyak sekali karya karya para seniman mural. Bahkan pada masa sekarang juga banyak tempat yang di khusukan untuk mural untuk beberapa acara-acara internasional yang di adakan di Indonesia, seperti contohnya Asian Games pada tahun 2018 lalu yang di selenggarakan di Jakarta dan Palembang. Tak jarang juga street art dipakai di beberapa acara sebagai pertunjukan, seperti yang di adakan oleh Jakarta Doodle Fest tahun ini.


Dengan di buat nya area -- area khusus untuk street art oleh pemerintah seharusnya mengubah pandangan buruk masyarakat tentang street art ini. Sekarang kita bisa menikmati banyak karya dari para komunitas street art yang rapi dan indah. Tetapi masih banyak juga pelaku -- pelaku yang kurang bertanggung jawab tetap melakukan vandalisme di ruang publik, meski sudah banyak platform bagi mereka untuk menyalurkan karya nya. Tindakan seperti ini yang harus kita hilangkan  sebagai penikmat street art.


Bagaimana pun juga street art menjadi salah satu cara kita untuk bisa menyampaikan suatu pesan, entah itu pesan cinta, politik, isu masyarakat, bahkan perang dan dapat dilihat dan dinikmati oleh publik. Sehingga penting bagi kita untuk menjaga stigma masyarakat tentang street art tetap positif agar street art dapat terus di nikmati dan di hargai.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun