[caption id="attachment_325018" align="alignleft" width="300" caption=""][/caption]
Pemberitaan tentang kekejaman terhadap binatang di Kebun Binatang Surabaya kerap menjadi pembicaraan di Indonesia akhir-akhir ini. Kehebohan ini dimulai ketika seekor singa ditemukan secara misterius digantung di kandangnya. Berita itu akhirnya membuka aib kematian binatang lainnya di kebun binatang tersebut akibat kelalaian, kelaparan, penganiayaan, dimakan, atau dicuri.
Kebun Binatang Surabaya memiliki catatan panjang kekejaman terhadap binatang. Kelompok masyarakat yang peduli pada binatang di Indonesia, seperti Jakarta Animal Aid Network (JAAN), telah mengkritik manajemen kebun binatang itu sejak 2010.
Akan tetapi, situasi tak kunjung membaik. Ratusan hewan meninggal setiap tahunnya di kebun binatang Surabaya, binatang lainnya menderita kelaparan, stres, dan hidup dalam kondisi yang terlalu padat. Fasilitas yang berumur 98 tahun itu dibangun di bawah pemerintahan kolonial Belanda pada area seluas 15 hektar dan menampung sekitar 4.000 hewan. Kebun binatang ini adalah kebanggaan kota Surabaya karena memiliki keanekaragaman hewan terbesar dibandingkan kebun binatang lain di Indonesia. Namun, kebun binatang ini tidak didukung dengan area konservasi dan manajemen yang memadai.
Jerapah terakhir yang tersisa di kebun binatang itu mati dengan 20 kilogram plastik ditemukan di perutnya pada tahun 2012. Seekor komodo, rusa hamil, dan harimau putih yang langka merupakan berita kematian terbaru yang dilaporkan dalam beberapa bulan terakhir. Mereka hanya contoh kecil dari daftar panjang kebun binatang kematian (zoo of death) yang kelam.
Tapi mengapa begitu heboh sekarang?
Sepertinya butuh perhatian internasional untuk membuat Indonesia bangun dari zona nyamannya. Cerita tentang singa yang digantung telah dimuat di banyak media internasional, seperti Daily Mail, The Guardian, ABC Australia, dan sebagainya. The Daily Mail bahkan menjuluki kebun binatang Surabaya sebagai kebun binatang terkejam di dunia.
Presiden Indonesia dan Ibu Negara mulai menyuarakan keprihatinan mereka. Menteri Kehutanan melemparkan kritik kepada manajemen kebun binatang. Walikota Surabaya yang terkenal, Tri Rismaharini, beraksi dan mulai mengumpulkan informasi dan bukti relevan dari kondisi yang penuh skandal di kebun binatang. Bukti tersebut, meliputi brankas misterius yang diduga di dalamnya tersimpan gading gajah dan cula badak dan tuduhan bahwa beberapa hewan langka ditukar dengan mobil tanpa izin di awal 2013. Walikota melaporkan manajemen kebun binatang ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk penyelidikan lebih lanjut.
Karena pemberitaan yang luas oleh media Indonesia akhir-akhir ini, lebih banyak lagi kelompok masyarakat peduli hewan yang memberikan tekanan ke kebun binatang untuk membenahi tindakannya. Beberapa bahkan telah membuat dan menyebarkan petisi untuk mendesak pemerintah bertindak atau menutup kebun binatang.
Kondisi kebun binatang Surabaya tidak bisa begitu saja digunakan untuk menggeneralisasi kondisi kebun binatang di Indonesia. Aturan bisnis yang tipikal berlaku: semakin komersil seekor hewan, semakin layak perawatan yang ia terima. Di kebun binatang populer yang banyak menarik pengunjung hingga wisatawan internasional, seperti Ragunan dan kebun binatang Bali, hewan diperlakukan seperti eksekutif.
Kebun binatang Surabaya mungkin contoh unik bagaimana keserakahan manusia merambah ke dunia hewan. Kasus ini mungkin merupakan puncak dari gunung es, namun studi yang lebih holistik diperlukan untuk mengambil gambaran besar dari manajemen kebun binatang di Indonesia dan selanjutnya bagaimana masyarakat Indonesia memandang pentingnya hewan.