Mohon tunggu...
Fanny Kinanti
Fanny Kinanti Mohon Tunggu... Sekretaris - pembaca santai

buruh ketik

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tangis Haru Kyai Kami Bisa Maju Cawapres bersama Jokowi

12 Agustus 2018   15:55 Diperbarui: 12 Agustus 2018   16:08 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belakangan ini dengan majunya KH. Ma'ruf Amin sebagai pendamping Presiden Jokowi pada Pilpres 2019 diikuti dengan banyaknya pesan provokatif di media sosial. Mereka berusaha membuat wacana bahwa Rais 'Aam PBNU itu hanya dijadikan alat oleh Jokowi dan PDI Perjuangan.

Pendapat seperti itu tersebar luas di media sosial. Dan, parahnya berpotensi dimakan mentah-mentah oleh masyarakat.

Padahal kalau kita paham latar belakang keterpilihan beliau menjadi cawapres Jokowi mengandung tujuan yang sangat besar bagi umat Islam dan bangsa Indonesia sendiri.

Pertama, majunya KH. Ma'ruf Amin menjadi cawapres di kontestasi Pilpres 2019 akan membawa suasana lebih damai, sebab ulama sepuh yang menjadi Ketua MUI itu ikut turun gelanggang. Apalagi akhir-akhir ini, negeri kita banyak diterpa isu SARA dan fitnah berbasis sentimen agama pada pemerintahan Jokowi.

Hal itu bukan dalam bentuk memanfaatkan ulama untuk kepentingan politik, melainkan justru usaha menutup peluang merebaknya isu SARA yang menjadi sebab perpecahan anak bangsa. Pasangan Jokowi dan Ma'ruf Amin adalah koalisi nasionalis-religius yang saling melengkapi dan sesuai dengan jiwa Pancasila, UUD 1945 dan Bhineka Tunggal Ika.

Di sisi lain, majunya Ketua MUI sebagai cawapres itu tidak akan meninggalkan khittahnya sebagai pemuka agama, bahkan bila nanti terpilih jadi wakil presiden pun. Justru dengan menjadi wakil presiden, KH. Ma'ruf Amin bisa memberikan kontribusi yang besar bagi bangsa Indonesia.

Banyak tokoh dan sesepuh NU terdahulu hingga sekarang yang mengabdi menjadi pejabat negara. Itu bukan demi kepentingan pribadi, namun sebagai upaya berkontribusi kepada bangsa negara. Itu pula yang akan dilakukan oleh KH. Ma'ruf Amin.

Terkait adanya kekhawatiran terjadi olok-olok dan pelecehan kepada Ma'ruf Amin harusnya justru pihak lawan yang perlu membiasakan dirinya menghormati ulama. Mereka sebaiknya tidak menghina dan menghujat ulama yang berseberangan dengan kubunya.

Kalau pun berdebat harusnya dilakukan dengan tidak menyerang pribadi, namun fokus pada pemikiran dan langkah kebijakan. Juga tidak menggunakan kata-kata kasar kepada ulama.

Sekali lagi, dengan memilih KH. Ma'ruf Amin sebagai cawapres, Jokowi bukan tidak menghargai ulama dan NU, sebaliknya justru sangat ingin dekat dengan NU serta umat Islam di Indonesia.

Saat ini seyogyanya warga NU melihat pilihan Jokowi menggandeng Rais 'Aam mereka dalam kacamata upaya ulama yang bisa membawa pemerintahan tidak salah arah. Dengan adanya Kyai mereka di jajaran pemerintahan, maka bisa lebih mengarahkan Indonesia pada negara yang 'baldatun thayibatun warabbun ghafur'.

Seharusnya kita berpikir untuk mengarahkan negara ke arah sana, bukan membuat keributan dengan identitas masing-masing.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun