Sosiologi dan komunikasi merupakan dua hal yang saling berkesinambungan. Sosiologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam bermasyarakat. Hal ini mempelajari tentang perilaku manusia dan masyarakat dalam sebuah kelompok yang sedang di bangun. Dalam buku The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism, Max Weber menyatakan bahwa sosiologi merupakan sebuah ilmu yang mempelajari tentang pengaruh timbal balik (feedback) dan hubungan antara berbagai gejala sosial. Selain itu, sosiologi juga mencakup interaksi sosial yang terjadi antara individu dengan individu, kelompok dengan kelompok, dan individu dengan kelompok.
Sedangkan komunikasi merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari oleh setiap manusia. Hal ini karena manusia dikodratkan untuk berinteraksi dan bersosialisasi dengan manusia lain. Komunikasi sendiri dapat diartikan sebagai proses penyampaian informasi kepada penerima pesan dengan tujuan untuk mengubah perilaku atau keputusan. Seorang profesor Amerika Serikat di bidang komunikasi, Gerald R. Miller menyatakan bahwa sebuah komunikasi dapat terjadi ketika seseorang menyampaikan pesan kepada penerima dengan tujuan untuk mempengaruhi penerima pesan.
Berdasarkan kedua hal diatas, dapat disimpulkan bahwa sosiologi dan komunikasi memiliki hubungan yang erat kaitannya dengan interaksi sosial. Sosiologi berpengaruh dalam perkembangan ilmu komunikasi untuk mengamati dan menganalisis kualitas interaksi sosial dalam masyarakat. Pengaruh sosiologi terhadap komunikasi dalam masyarakat ini mencetuskan pendapat baru yaitu sosiologi komunikasi.
Sosiologi Komunikasi menurut Soerjono Soekanto (2003: 423) merupakan proses interaksi sosial dalam masyarakat yang saling mempengaruhi antara individu, individu dengan kelompok maupun antara kelompok. Proses interaksi dalam masyarakat ini merupakan salah satu aspek yang dipelajari dalam sosiologi komunikasi (Sambas, 2015). Mempelajari sosiologi komunikasi juga tidak terlepas dari media interaksi sosial seperti media massa. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa sosiologi komunikasi melihat bagaimana masyarakat berinteraksi dengan media massa.
Masyarakat yang berinteraksi dengan media massa dapat disebut sebagai khalayak. Khalayak merupakan masyarakat yang menggunakan media massa sebagai sumber pemenuhan kebutuhan bermedia. Menurut Cangara (2008:26) khalayak merupakan pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh komunikator. Khalayak terdiri dari satu orang, kelompok, maupun massa. Khalayak sendiri memiliki karakteristik dan latar belakang yang berbeda-beda, sehingga perlu adanya strategi dalam penyampaian pesan supaya dapat diterima oleh target sasaran. Prinsip dasar supaya komunikasi dapat berjalan dengan lancar adalah dengan mengenal khalayak. Â
Budaya Populer merupakan budaya yang dihasilkan oleh media massa dengan menyampaikan segala sesuatu terkait dengan kemunculan budaya untuk disesusaikan dalam kondisi dan situasi, sehingga dapat dikonsumsi oleh masyarakat. Budaya populer tidak terlepas dari peran media, baik media massa atau media sosial. Media berperan sebagai pembawa budaya populer ke dalam masyarakat secara luas. Media memproduksi berbagai jenis budaya populer yang disebarluaskan melalui jaringan global sehingga masyarakat menyerapnya sebagai suatu kebudayaan yang berkembang. Hal ini berimplikasi pada proses terjadinya syarat interaksi sosial yang erat antara media dan masyarakat.
Salah satu implementasi antara khalayak dengan budaya populer dapat direpresentasikan melalui belanja online. Belanja online merupakan proses jual-beli barang, jasa, dan lain-lain yang dilakukan melalui internet tanpa bertemu langsung antara penjual dan pembeli. Saat ini, belanja online menjadi salah satu budaya populer yang berkembang di masyarakat. Aktivitas belanja online yang terus meningkat di masyarakat tidak terlepas dari perkembangan teknologi dan media. Perkembangan ini secara perlahan menggeser budaya belanja masyarakat yang awalnya belanja secara langsung sekarang mulai mengalami perubahan menjadi belanja online.Â
Masyarakat merasa belanja online menjadikan belanja lebih praktis karena hanya dengan menggunakan handphone dapat memesan barang dengan metode pembayaran yang mudah. Selain itu, perubahan ini tidak hanya mengubah kebiasaan masyarakat yang awalnya berbelanja secara langsung menjadi online, namun juga mengubah interaksi yang terjadi antara penjual dan pembeli. Pada kegiatan belanja secara langsung interaksi yang terjalin adalah interaksi antar sesama manusia. Berbeda dengan kegiatan belanja secara online karena interaksi yang terjalin adalah interaksi antara manusia dengan teknologi. Hal ini mendorong lahirnya berbagai aplikasi belanja online, seperti Shopee, Lazada, Tokopedia, dan lainnya. Â
Belanja online mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini dapat menimbulkan beberapa dampak positif dan negatif pada khalayak. Dampak positifnya, seperti :
Praktis dan Efisien