Mohon tunggu...
Lyfe Pilihan

Dibalik Fenomena Color Run

29 Desember 2015   15:50 Diperbarui: 31 Desember 2015   23:20 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Siapa yang tidak tahu tentang Color Run? Color Run begitu sangat populer akhir-akhir ini dan telah menjadi budaya dikalangan pemuda-pemudi masa kini. Color Run adalah sebuah kegiatan berlari sejauh 5 kilometer dengan ditaburi bubuk warna yang akan menyambut peserta setiap melewati satu kilometernya. Budaya ini masuk ke Indonesia karena pengaruh globalisasi. Namun hal apa yang terjadi dibalik fenomena tersebut yang mungkin kita tidak sadari?

Kita tahu bahwa Color Run merupakan budaya India yang kemudian diadopsi oleh Amerika dan menjadi budaya Amerika, dan mungkin akan diadopsi oleh Indonesia. Budaya ini dengan mudahnya masuk dan mewabah keseluruh penjuru Indonesia karena pengaruh globalisasi, dimana arus informasi semakin pesat mengakibatkan akses masyarakat terhadap nilai-nilai asing semakin besar. Selain itu juga karena mayoritas masyarakat Indonesia adalah masyarakat konsumtif, masyarakat yang menyukai trend yang sedang booming agar mereka dipandang mengikuti mode atau tidak ketinggalan zaman. Media sosial menjadi faktor pendukung utama mewabahnya budaya ini.

Kegiatan ini memang cukup efektif untuk menjalin hubungan yang baik antar sesama manusia yang hadir pada kegiatan tersebut. Namun tanpa disadari, kegiatan ini dapat mengikis budaya bangsa kita dan menggiring kita kepada westernisasi, yaitu hidup kebarat-baratan. Juga dapat membuat kita menjadi sekulerisme, yang hidup hanya mementingkan duniawi. Kita paham betul bahwa westernisasi dan sekulerisme adalah dampak negatif dari globalisasi yang dapat merusak moral generasi muda Indonesia.

Di era globalisasi, pergaulan antar bangsa semakin ketat. Batas antarnegara tidak ada artinya, batas wilayah tidak lagi menjadi penghalang. Pada saat ini dunia sedang memandang bangsa Barat sebagai peradaban yang paling maju. Maka kita sebagai negara berkembang yang berada dibawahnya akan selalu cenderung berusaha mengikuti trend atau perkembangan yang ada tanpa melihat budaya itu sesuai atau tidak dengan budaya asli bangsa kita. Kita lupa bahwa bangsa Barat mayoritas beragama non muslim, sedangkan bangsa Indonesia mayoritas beragama Islam. Jelas ada banyak perbedaaan diantara keduanya.

Kalau sudah begitu karakter asli bangsa Indonesia perlahan-lahan pasti akan pudar, identitas bangsa juga semakin runtuh, melihat budaya asing yang masuk ditelan bulat-bulat oleh masyarakat. Inilah kelemahan masyarakat Indonesia yang sulit untuk membentengi diri dari terpaan budaya asing yang hadir. Generasi muda diharapkan mampu menyaring budaya-budaya asing yang hadir, bersikap cerdas dalam mengikuti trend atau perkembangan yang ada.

Situasi dan kondisi masyarakat kita dewasa ini menghadapkan kita pada suatu keprihatinan dan sekaligus mengundang kita untuk ikut bertanggung jawab atas krisis identitas Nasional. Pelestarian budaya sebagai upaya untuk mengembangkan identitas Nasional perlu dilakukan untuk memajukan kebudayaan Indonesia. Selain itu yang tidak kalah pentingnya adalah mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan pembahasan diatas, teori yang saya gunakan adalah komunikasi massa dan fenomenologi. Komunikasi massa adalah proses komunikasi dengan menggunakan media massa. Sedangkan fenomenologi adalah fenomena yang terjadi terhadap realitas sosial

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun