Mohon tunggu...
Fanny Wiriaatmadja
Fanny Wiriaatmadja Mohon Tunggu... profesional -

just an ordinary woman bark2talk@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Surat Terbuka untuk Pejabat Dinas Kelautan Pertanian dan Ketahanan Pangan terutama Pejabat Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan

2 Maret 2016   08:06 Diperbarui: 2 Maret 2016   08:25 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bapak/ Ibu, sekali ini saja mohon dengarkan kami...
 Kawan- kawan kami di berbagai daerah hendak melakukan kegiatan dengan tujuan yang baik, dengan niat baik, dengan cara yang baik, tapi kami selalu terjerembab oleh peraturan yang menelikung kami.

Kawan-kawan kami hendak membantu tugas Bapak/ Ibu sekalian untuk mengerem laju populasi demi meningkatnya kesejahteraan satwa, tidak untuk sekedar bergaya Pak/Bu, apalagi mencari keuntungan.

Kami tidak digaji oleh negara, kami tidak disubsidi oleh negara, kami hanya lelah Pak/Bu...
 Mata kami, hati kami, otak kami, dompet kami, sudah lelah setiap kali menemui kucing/ anjing yang tidak beruntung, entah terluka karena sakit, atau kecelakaan atau disiksa orang.

Bapak/ Ibu... kami sadar bahwa sumber segala penderitaan satwa di jalanan adalah over populasi, setiap daerah semakin sesak dengan hewan yang berkeliaran di jalanan, kami sadar bahwa membereskan masalah over populasi adalah tugas Bapak/ Ibu dan jajaran pegawai disana.
 Kami juga paham bahwa fungsi dokter hewan bukan hanya bekerja dan memperkaya diri, namun juga ada sebagian kewajiban untuk melakukan pekerjaan amal.

Kuota yang tersedia di puskeswan hanya sedikit, itupun harus antri lama, jatah satwa yang kami bawa pun dibatasi. Padahal kita semua paham, menunda steril pada kucing selama 2 bulan saja sudah beresiko tinggi. Berapa banyak kucing yang hamil kemudian melahirkan 2-5 ekor anak kucing ? yang kemungkinan besar akan mati di jalanan, bisa terlindas kendaraan, kedinginan, kelaparan atau disiram air panas.

Ada beberapa pejabat yang mengijinkan baksos berjalan tapi harus mengikuti harga "pasaran", maaf Pak/ Bu.. kami tidak mampu jika harus mengeluarkan uang sampai 400 - 750 rb/ ekor kucing jalanan yang ingin kami sterilkan. Apalagi jika kucing yang kami lihat butuh disteril bisa mencapai 20 ekor per minggu, apa kabar tabungan untuk sekolah anak kami ? Apa kami harus menuruti perintah beberapa dokter hewan agar kucing-kucing itu disuntik KB saja ? sedangkan kami tahu bahwa hal tersebut berbahaya.

Ada beberapa pejabat yang mengijinkan baksos dengan syarat harus memakai jasa dokter hewan setempat, dan lagi-lagi membentur aturan tak tertulis tentang "biaya jasa". Ampun Pak, Bu, kasian kawan-kawan kami yang bisa terpaksa menjomblo lebih lama karena tabungan buat kawinnya terpakai.

Banyak kawan-kawan yang mempunyai kegiatan Baksos Steril mengundang dokter hewan yang itu-itu saja, bukan karena kami kurang gaul Pak, Bu...tapi karena dokter-dokter hewan itu berbaik hati menyisihkan waktu dan tenaganya untuk membantu kegiatan baksos steril dengan harga yang sangat tiarap, lalu kenapa kemudian pihak PDHI dan pejabat Dinas seolah memusuhi mereka ? mereka hanya berbuat baik dengan caranya sendiri.

Pejabat di lingkungan kerja Bapak/ Ibu mensyaratkan ijin sebelum melakukan baksos steril, kami paham Pak/ Bu, kami paham bahwa seharusnya begitu prosedurnya, tapi mengapa syaratnya ribet sekali Pak/ Bu ? harus murni stray, kucing lokal, tidak berpemilik, pake dokter hewan setempat, sementara banyak kawan-kawan kami yang "terpaksa" mengangkut satwa jalanan ke rumahnya dengan tujuan agar mereka selamat, jika hanya memelihara 1-2 ekor masih sanggup kami menahan godaan beli chitato indome atau donat di J.co agar kami bisa sterilkan satwa yang kami pungut dari jalanan, kalau 6 ? 8? 15 ? bisa bangkrut kami Pak/ Bu...

Kami hanya ingin membantu Pak/ Bu... bukankah kegiatan kami meringankan tugas Bapak/ Ibu dan jajarannya ?

oh iya Pak/ Bu.. baksos yang kami sebut-sebut terus dari tadi itu adalah kependekan dari Bakti Sosial ya Pak/ Bu..bukan bakwan sosis yang tentunya enak dimakan..
 Mohon bantuannya ya Pak/ Bu.. kami sudah nyaris melambaikan beha..eh..tangan ke kamera...

Jakarta, 1 Maret 2016

dari Kami Yang Lelah Tak Bertepi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun