[caption caption="Sumber: Pinterest, Emilee Fuss Photography"][/caption]Hari Jumat, 11 Maret 2016, satu keluarga datang ke SPK Polda Metro Jaya untuk melaporkan kematian anjing-anjing miliknya yang mati akibat racun sianida, miris sekali membaca komentar pembaca di berbagai situs media daring, apa yang salah pada masyarakat negeri ini? Ke mana perginya nurani dan empati?
Saya mengikuti kasus ini sejak awal, menyusun bukti dan data agar perkara ini bisa tegak, satu hambatan menghadang, sejuta dukungan mengalir dari kawan-kawan yang peduli pada penegakan hukum dan pemerhati kesejahteraan satwa. Ingin rasanya menggampar setiap komentar negatif yang terdengar seperti, "It's just a dog for them." But for me..for us.. those dogs are our family, our kids! Kawan tempat kami menghilangkan lelah, mencari penghiburan hati.
Saat melihat paws parents yang menangisi kematian anjing-anjingnya, saya dan kawan-kawan sepakat untuk membantu mereka mendapatkan keadilan. Kami menyusun keping demi keping, data dan fakta, menyusun rencana dan langkah yang akan kami tempuh. Apakah sulit melakukan hal tersebut? Tidak. Karena paws parents-nya sangat kooperatif dan sudah melakukan segala hal yang kami minta untuk mengumpulkan bukti, data dan saksi. Jadi gampang dong ya? Tidak juga, karena ternyata kami harus menerima kenyataan bahwa ada oknum dari instansi kesehatan hewan yang dengan bodohnya, saya ulangi, dengan bodohnya melakukan kremasi pada kadaver (bangkai) anjing-anjing korban peracunan. Padahal, sebelumnya kami sudah menghubungi instansi kesehatan hewan tersebut untuk TIDAK MELAKUKAN TINDAKAN KREMASI pada kedua kadaver. Alasannya adalah karena kami akan membawa kedua kadaver tersebut untuk di-nekropsi (bedah bangkai) sehingga akan ditemukan bukti kuat peracunan.
[caption caption="Keluarga korban. Sumber: news.detik.com"]
Bukti lain yang mendukung tegaknya perkara ini adalah sample "diduga" racun dan rekam medis yang dikeluarkan oleh Klinik Hewan Rajanthi untuk dua anjing lain yang berhasil selamat dari tindakan keji tersebut. Sample diduga racun tersebut dibawa dan diperiksa di laboratorium diagnostik Bbalitvet Bogor, dan hasilnya adalah ditemukan bahan berbahaya bernama sianida. Kemudian komentar sinis dan tak lucu mulai bergentanyangan di timeline dan kolom komentar di media, tentu saja dihubungkan dengan kematian Wayan Mirna. Mereka yang mengeluarkan statement (yang mereka anggap lucu) terkait peracunan dengan menggunakan sianida ini rupanya gagal paham (atau memang terlahir bodoh?). Mereka lupa bahwa sianida yang walau sudah dilarang namun masih biasa dipakai oleh beberapa nelayan untuk mempermudah usaha mereka untuk menangkap ikan. Ikan yang mereka konsumsi juga. Apa kabar kesehatan kalian mas bro?
Tidakkah kalian berpikir bahwa saat kami melaporkan tindak pidana peracunan anjing itu, berarti kami mempunyai banyak maksud? Mencari muka dan ketenaran bukanlah tujuan kami.
Pelaporan itu bertujuan memberi peringatan kepada pelaku dan calon pelaku kekerasan terhadap satwa, sekaligus memberi semangat dan harapan pada para pemerhati kesejahteraan satwa agar mereka mengerti bahwa satwa peliharaan mereka, satwa di sekitar mereka juga dilindungi oleh negara. Dan satu hal yang lebih penting disebarluaskan selain komentar negatif adalah perlunya mendesak negara untuk lebih serius mengusut perkara yang berhubungan dengan satwa. Selain itu, pemerintah juga perlu memperbaiki regulasi mengenai distribusi dan pennggunaan bahan berbahaya, termasuk di dalamnya adalah sianida.
Kematian anjing-anjing milik Ibu Felicia dan keluarga adalah momen besar buat kita mendesak negara agar lebih memperhatikan satwa yang selama ini selalu dianggap tidak penting, juga mendesak masyarakat agar lebih aware akan pelaku tindakan percobaan kekerasan dan/ atau kekerasan terhadap satwa. Juga jangan pernah abai pada keselamatan diri kita dan keluarga dari bahan berbahaya dan beracun.
Hukumnya sudah ada dan sudah jelas, tinggal kita mengawal dan mengawasi agar aparat hukumnya bertindak benar.
Saya tergelitik menjawab komentar seseorang di salah satu situs media online, "Emang ga ada berita yang lebih penting dari ini?" Membacanya, saya ingin sekali menjawab, " Belum ada mas bro. Mungkin nanti ada, setelah mas bro mati diracun orang dengan sianida."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H