Mohon tunggu...
Fanny Wiriaatmadja
Fanny Wiriaatmadja Mohon Tunggu... profesional -

just an ordinary woman bark2talk@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Anakku Caraku

24 Januari 2015   18:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:27 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

ASI kamu ga bagus kali, makanya anaknya nangis terus.”

“Kalau anak nangis langsung digendong, kasian sampai nangis begitu.”

“ Jangan tidur tengkurep, bisa sesak nafas anakmu.”

“Jangan digendong begitu, nanti jalannya ngangkang!”

“ASI kamu kurang kali, makanya anakmu rewel, kasih susu formula aja, biar gendut.”

“ Anakmu laper terus, jadi nangis terus jd ibu tadi kerokin pisang, sekarang anakmu tidur nyenyak.”

“Badannya panas anakmu, udah deh ke dokter aja! Minum obat pasti langsung turun panasnya.”

“ Anakmu harus pake jaket tebal, biar cepet turun panasnya.”

Dan seterusnya. Dan seterusnya...dan seterusnya.....

Yang pernah mengalami, atau pernah atau mungkin mendengar aneka nasihat dari para orangtua di atas? Gerah? Sudah pasti! Merasa dihakimi sebagai orangtua baru? Ya iyalah! Atau kadang merasa didikan yang telah kita tanam ke anak ‘dimentahkan’ kalau kakek neneknya datang? Terus gimana dong?

Seiring perkembangan zaman dan arus informasi, maka para ibu muda tentunya banyak mendapat masukan sana sini tentunya mencari yang terbaik untuk buah hati. Mulai dari kampanye ASI Eksklusif yang kian giat, hingga RUM (Rational Uses of Medicine). Namun sayangnya, kerap kali hal-hal baru yang ingin kita tanamkan ke anak bersinggungan dengan orangtua sendiri atau orang-orang sekitar.

Pengalaman pertama saya bersinggungan dengan orangtua adalah ketika Jibran baru lahir, orangtua bertanya kenapa Jibran ga dibedong? .Saya pun menjawab, bahwa saya tak akan membedong Jibran. Menurut beberapa sumber yang saya baca tindakan membedong bayi sudah dilarang. Namun berhubung tradisi di keluarga bayi itu harus dibedong, maka hal itu ditanyakan. Saat itu langsung saya kumpulkan data-data yang mendukung penolakan bedong terhadap anak saya, untungnya akhirnya orangtua saya menyetujuinya. Belum lagi ketika tau Jibran akan disunat saat berumur 3 minggu, langsung pada heboh, hehehe…

Bersambung ke masalah ASI, kebetulan anak saya adalah anak yang terlahir dengan kelebihan ketebalan frenulum makan dia sering nangis karena tidak kenyang saat menyusu. Suatu hari, waktu ia berusia 1 bulan, Jibran menangis terus sepanjang hari, sudah saya susui tapi ia tak jugatenang. ibu saya adalah orang yang berprinsip “anak rewel berarti lapar”, berkali-kali memarahi saya untuk memberikan susu formula melalui botol susu buat Jibran. Dengan situasi yang baru melahirkan dan mengurus anak sendiri, saya merasa agak tertekan.

Bersinggungan dengan orangtua, pasti sering dialami oleh kita para ibu muda. Lalu, bagaimana menghadapinya?

1.Jika yang bersinggungan adalah masalah tekhnis seperti obat-obatan atau ASI, kumpulkan data yang mendukung mengapa kita bersikukuh atas hal tersebut. Dekati secara baik-baik salah satu dari orangtua. Dalam kasus saya waktu itu, kebetulan Ibu saya pola pikirnya sangat mudah dirasuki #setaaaaaan kali dirasuki ahahahaha. Sejak belum melahirkan, saya kerap bicara mengenai ASI eksklusif sehingga ketika saya mengutarakan niat tersebut Ibu saya sangat mendukung. Walau ibu saya hanya menyusui anak-anaknya hanya sampai 3 bulan saja. Namun yang saya tekankan disini adalah ASI eksklusif berarti anak saya hanya minum ASI thok, tanpa tambahan air putih, air tajin atau vitamin! Ngomong-ngomong tentang air tajin, sempat juga menjadi momok. Kebetulan anak sepupu saya yang seumur Jibran ada yang diminumkan air tajin, menurut ibu saya pun waktu kecil saya diminumkan air tajin *banting panci*

2.Cari dukungan. Mirip dengan poin pertama, saat itu saya mendapat dukungan dari Ibu saya yang Alhamdulillah open minded. Kalau suami saya yang cuek itu nggak pernah memberikan dukungan berupa kata-kata, dia hanya pernah ngomong “Kamu Ibunya, pasti seorang Ibu maunya memberikan yang terbaik untuk anak” dan tentunya sikap. Waktu itu saya pernah baca bahwa Fenugreek Tea mampu meningkatkan produksi ASI. Kebetulan kabarnya teh ini hanya ada di beberapa toko kesehatan saja. Suami saya pun meluncur keliling tempat-tempat yang saya sudah catatkan untuknya guna mencari teh tersebut :)

3.Saring pendapat mana yang masuk akal atau tidak. Menurut pendapat saya, orangtua kita yang notabene nenek dari anak-anak kita pasti ingin yang terbaik juga kan untuk cucunya. Memang kadang mereka terlalu terkesan memanjakan atau mungkin juga ikut campur terhadap gaya kita mendidik anak. Tapi coba deh diingat-ingat, siapa yang dengan senang hati membantu kita saat dalam masa pemulihan pasca melahirkan? Jadi, nggak ada salahnya menyaring dulu semua pendapat atau masukan dari orangtua daripada langsung menolak mentah-mentah saran mereka. Misalnya saya lagi nih, lagi-lagi masalah Jibran yang susah banget tidurnya. Pas di usianya 2 bulanan, pernah lah seharian nggak tidur dan rewel banget. Sudah berbagai cara dilakukan untuk menenangkannya. Saya pun sudah browsing mengenai masalah ini, tapi entah kenapa nggak berhasil. Sampai suatu malam, tiba-tiba ibu saya saya usul untuk memanggil ‘orang pinter’ untuk memeriksa Jibran. Kkalau kita Saya sudah mau marah, sebaiknya tahan dulu ingin tau juga apa pendapat si ‘orang pinter’ tersebut...lumayan kan buat hiburan..hehehehe. belum tentu orangtua kita orang yang percaya gitu-gituan, kita harus yakin beliau pasti melakukan itu karena sayang pada cucunya dan ingin cucunya bisa tidur dengan tenang. (walaupun abis orang itu dateng nggak ngaruh, malah lebih ngaruh diolesi minyak telon perutnya loh)

4.Tutup kuping. Kalau 3 diatas sudah dilakukan dan masih juga dicereweti, ya sudah, satu-satunya jalan tutup kuping atau pindah aja ke rumah sendiri Hehehe..

Mungkin saya belum punya pengalaman di mana orangtua sendiri atau orang sekitar yang kebangetan ikut campur sama gaya pengurusan anak ya, makanya saya nggak terlalu ambil pusing dengan hal ini. Misalnya nih, awalnya saya mau sok-sok menerapkan “Anak saya kalau makan harus duduk”. Awalnya berhasil, tapi ketika Jibran sudah mulai merangkak dan jalan bahkan lari, ya mau nggak mau kadang sesekali kecolongan dia lari-larian sih! Terus apa saya memarahi suami saya, yang kadang nyuruh nyuapin Jibran sambil jalan-jalan keluar? Ya nggak lah! Sekali lagi, saya pribadi juga dulu masih kecil nggak duduk di high chair, tapi alhamdulillah sekarang kalau makan ya duduk di tempatnya :)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun