Mohon tunggu...
Fanni Carmila
Fanni Carmila Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu rumahtanga. Mantan wartawan. Wiraswasta. Hobi mengarang

Asyik kalau bisa berkomunikasi dengan orang yang punya hobi sama.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perselingkuhan

10 Juni 2021   07:30 Diperbarui: 10 Juni 2021   07:51 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ku patuhi permintaannya. Walaupun sering merasa jemu. Itu disadari betul oleh suamiku. Sepulang dari kantor ia bergegas mandi dan mengambil alih tugas pengasuhan anak kami sampai jam terakhir menyusui tiba. Berkat dia aku jadi punya selingan waktu mengikuti acara drama Korea yang kusukai hingga larut malam. Ketika kembali ke kamar kulihat suamiku sudah tertidur pulas kelelahan sambil memeluk putra kami.

Usia anakku tiga bulan ketika Frans kembali mengontak ku. Kuungkapkan keinginanku menemui “teman lama” ku kepada pak Bas. Tanpa terusik oleh keinginan menyelidiki siapa yang ingin kutemui ia menyuruhku memompa ASI menjadi beberapa botol dan menyimpannya ke kulkas. Ia berjanji secepatnya pulang untuk mengambil alih tugasku setelah mengatur setoran uang dan jadwal pengiriman barang di kantor.

Tiba di rumah menjelang jam 11 siang pak Bas bergegas menyuruhku bersiap-siap. Tak lupa menyisipkan amplop uang ke tasku.

“Barangkali kamu mau nraktir,” katanya sambil mengusap kepala dan mencium keningku. “Pak Dahlan sudah siap mengantarmu.”

Aku menarik napas lega bisa melanjutkan kencanku dengan lelaki yang ternyata mampu mengusik ketenangan hidupku. Aku bagaikan burung yang terlalu lama tersekap dalam sangkar. Siang itu pintu sangkar terbentang lebar. Aku siap terbang mengepakkan sayap memburu lelaki yang kucintai.

Frans memiliki putri kembar yang usianya hampir satu tahun. Sebagai basa-basi kutanyakan keadaan keluarganya. Namun ia menunjukkan reaksi kurang menyenangkan. Dengan nada menggerutu menceritakan ketidaksukaannya terhadap kedua orangtua istrinya yang selalu ikut campur tangan terhadap rumahtangganya. Termasuk mengambil alih pengasuhan anaknya.

Perangai istrinya manja dan kekanakan. Lebih senang menghabiskan waktu untuk shoping dan jalan-jalan ketimbang mengurusi anak yang nyaris sepenuhnya diserahkan kepada dua orang baby sister.

Aku merasa tidak pantas ikut menanggapi keluhannya. Ku alihkan pembicaraan ke hal-hal kecil yang pernah kita nikmati bersama dulu. Aku ingin waktu berharga yang singkat ini terisi oleh percakapan yang menyenangkan tentang kami berdua tanpa terusik hal-hal lain.

Sayang aku tidak punya keberanian menanggapi rencana-rencananya yang terlalu optimis tentang masa depan hubungan kami berdua, karena terbelenggu oleh posisiku baik sebagai istri maupun ibu.

Ketika putraku berusia empat tahun aku hamil lagi. Untuk kedua kalinya pak Bas mendesak ku memilih sesuatu yang kuidamkan sebagai hadiah. Kugunakan kesempatan ini untuk mengusulkan renovasi rumah orangtuaku yang sudah sangat lapuk. Setiap saat bisa roboh.

Tanpa berbelit-belit suamiku langsung memanggil seorang arsitek untuk merancang ulang bangunan yang banyak menyimpan kenangan masa kecilku itu. Secepat itu pula ia menghubungi kontraktor untuk menghitung anggaran yang dibutuhkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun