Mohon tunggu...
Fanni Carmila
Fanni Carmila Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu rumahtanga. Mantan wartawan. Wiraswasta. Hobi mengarang

Asyik kalau bisa berkomunikasi dengan orang yang punya hobi sama.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perselingkuhan

10 Juni 2021   07:30 Diperbarui: 10 Juni 2021   07:51 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Semua masalahku akan terpecahkan bila menikah dengannya ,” katanya dengan suara rendah. Sama sekali tak berani menatapku. “Ia anak tunggal. Orangtuanya punya pabrik besar dan kekayaan banyak sekali. Apalagi keluarga itu menerimaku dengan baik.”
Aku bangkit. Menggeleng. “Tidak mungkin,” teriakku panik. “Bagaimana mungkin kamu bisa seperti itu. Kamu kan masih kuliah.”

“Tapi aku harus!” Ia ikut bangkit. “Kami harus secepatnya menikah karena dia sudah hamil dua bulan!”

Demikianlah hubungan kami berakhir hari itu. Aku menolak diantar pulang olehnya karena merasa jijik dengan semua yang melekat pada dirinya, termasuk mobil sialan itu.

Susah-payah ku sembunyikan wajahku yang basah oleh air mata dibalik map kuliah yang kubawa agar tidak menjadi tontonan penumpang angkot yang ku naiki.

Sampai di tempat kost kulihat pak Bas sedang duduk lena di teras sambil membaca koran. Dari penuturan penjaga kost aku tahu dia sudah menungguku dua jam lebih. Namun tidak mau mengontak ku, takut mengganggu kegiatan kuliahku. Aku segera menariknya masuk ke kamar. Dengan spontan memeluknya. Menciumi wajahnya bertubi-tubi.

Pak Bas berdiri mematung. Bingung terhadap sikapku. Tapi aku tak peduli. Dengan napas tersengal dipenuhi emosi ku eratkan pelukanku.
“Menikah lah denganku,” bisikku. “Aku berjanji akan jadi istri yang baik untuk bapak!”

Tiga bulan kemudian aku resmi menjadi istri pak Bastian, lelaki yang usianya dua kali umurku. Resepsi diselenggarakan di ballroom hotel bintang lima di kotaku.

Hampir semua pengusaha dan pejabat teras kabupaten hadir. Frans dan kedua orangtuanya juga Kuundang. Namun mereka tidak datang. Ini membuatku makin yakin hubungan kami benar-benar berakhir sudah. Termasuk dengan keluarganya. Namun kelak kenyataannya ternyata tidak semudah itu.

Hari-hari yang kujalani sebagai istri berjalan landai. Monoton dan membosankan. Frans muncul dalam benakku mirip setan yang tak mampu kuusir begitu saja. Termasuk ketika aku tengah menjalankan fungsiku sebagai istri di atas ranjang. Gairahku baru bangkit tatkala membayangkan Franslah yang berada di atas tubuhku. Mencumbuiku dengan gayanya yang menggelegak!

Sebulan setelah menikah beliau mengangkat kang Pardi menjadi Kepala Gudang.

“Biar bagaimanapun dia sekarang jadi kakak iparku. Tak enak bila harus memerintahnya kesana-kemari.” Ia mengungkapkan alasannya kepadaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun