Mohon tunggu...
Fanni Carmila
Fanni Carmila Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu rumahtanga. Mantan wartawan. Wiraswasta. Hobi mengarang

Asyik kalau bisa berkomunikasi dengan orang yang punya hobi sama.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perselingkuhan

10 Juni 2021   07:30 Diperbarui: 10 Juni 2021   07:51 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi kami orang muda penampilannya sama sekali tidak menarik. Kurang mencerminkan kedudukannya sebagai pengusaha yang sukses. Jadi bisa dimaklumi hingga umurnya yang mendekati empatpuluh tahun ia masih belum menikah. Karena ia bukan tipe lelaki yang bisa memikat lawan jenisnya.  

Pertemuan kami berjalan mulus. Sambil mengiringiku keluar dari kantor ia menyatakan kesanggupan menalangi pembayaran uang pembangunan serta biaya kuliah dua semester yang harus dilunasi sebelum tahun ajaran dimulai. Aku keluar bersusah-payah menahan linangan air mata , terharu atas kebaikan lelaki yang sebenarnya tidak punya hubungan apa-apa dengan keluargaku, tetapi peduli dengan kelangsungan pendidikan untuk masa depanku.  

Akhirnya keinginanku melanjutkan studi di kota yang sama dengan kekasihku tercapai.

Keterbatasan dana membuat  kami tidak bisa berkencan di tempat-tempat yang digandrungi kaum muda. Lebih banyak duduk di teras tempat kost ku. Ngobrol hingga jam sepuluh malam tatkala gerbang masuk akan dikunci. Namun itu tak pernah menjadi penghalang bagiku untuk meresapi indahnya berada di dekat orang yang kucintai. Penampilannya kini mengikuti gaya mahasiswa perkotaan. Rapi dan modis. Tidak lagi kacau-balau seperti masa SMA. Rambutnya juga dipotong pendek. Rasa percaya dirinya amat tinggi. Berada dengannya membangkitkan optimisme dalam diriku, bahwa suatu ketika kelak kami akan menggenggam dunia bersama .

Pak Bastian kini sering mengunjungiku. Terang-terangan ia mengungkapkan tujuannya, yaitu ingin secara intens mengikuti perkembangan studiku. Karena tak ingin investasi yang dia tanam, yaitu membiayai kuliahku mubasir. Kebetulan studi yang kupilih adalah fakultas ekonomi UNPAR, bidang yang sangat ia kuasai sebagai pebisnis yang berwawasan luas. Ia sering menjabarkan teori-teori ekonomi dalam praktik yang nyata.

Pak Bas sungguh dermawan. Tiap kali mau pulang ia selalu menyusupkan beberapa ratus ribu ke telapak tanganku. Karena harga diri aku berusaha menolak. Tapi dengan sikapnya yang lembut tanpa melecehkan ia berkeras memaksaku menerimanya.

“belilah makanan yang lebih layak dan bergizi untuk suplai otakmu. Supaya kamu lebih punya energi untuk belajar,” katanya lembut. Sikapnya yang sangat kebapakan membangkitkan perasaan hangat dalam diriku.

Hingga dua tahun masa kuliah hubunganku dengan Frans baik-baik saja. Namun berangsur mulai menunjukkan arah yang membuatku kurang nyaman. Suatu ketika ia datang ke tempatku dengan tergesa-gesa. Menyuruhku bergegas berbenah karena ingin mengajakku keliling dengan mobil “teman baru”nya. Bukan hanya itu. Pulangnya ia mengajakku mampir ke Gelael di jalan Dago. Mentraktirku ayam goreng bertepung produk Amerika yang sedang populer saat itu. Sebelum beranjak ia masih membelikan dua potong burger untukku. Dengan resah aku memandanginya.

“Kenapa engkau tiba-tiba punya begitu banyak uang?” Ku cengkeram kedua belah tangannya. “Kamu tidak sedang melakukan tindakan melanggar hukum kan?”

“Melanggar hukum?” Ia bingung menjawab bertanyaaanku.

“Ya berjualan narkoba atau apa!” Aku menjelaskan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun