Suamiku tertidur sambil membelakangiku. Bunyi napasnya halus disertai  dengkurannya yang berirama menandakan ia bisa tertidur pulas. Kupandangi punggungnya yang makin bungkuk. Rasa haru dan rindu berkecamuk dalam benakku. Kuciumi belakang tubuhnya yang berbau asam, menyimpan sisa-sisa keletihan karena bekerja keras sepanjang hari. Bau yang sangat kuakrabi sejak menjadi istrinya.
Ia sungguh lelaki yang sangat bersahaja. Segala tingkah maupun riak emosinya selalu terukur dan terkendali. Lelaki yang berhasil mencapai puncak kematangannya melalui karya nyata dan kebaikan hati. Kebaikan yang ia semaikan terhadap seluruh karyawan dan keluarga mereka. Kebaikan yang selalu ia limpahkan untukku maupun anak-anak. Juga orangtua dan para saudaraku.
Aku sungguh menyesal karena baru kali ini menyadari, betapa terlambat aku jatuh cinta kepadanya ( fani.c)