Mohon tunggu...
Fanni Carmila
Fanni Carmila Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu rumahtanga. Mantan wartawan. Wiraswasta. Hobi mengarang

Asyik kalau bisa berkomunikasi dengan orang yang punya hobi sama.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perselingkuhan

10 Juni 2021   07:30 Diperbarui: 10 Juni 2021   07:51 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sungguh ngeri membayangkan apa yang nyaris kulakukan dengan Frans sekian lama. Untunglah ada pak Dahlan, supir setia suamiku yang dengan gayanya yang elegan berusaha menjagaku.

Masih dalam posisi berlutut aku merayap menghampiri suami. Kupeluk kedua kakinya sambil meledakkan tangis penyesalan dan permohonan ampunku terhadapnya. Aku sungguh pantas menerima hukuman apapun dari suamiku.

Setelah tangisku reda ia menarik tubuhku bangun lalu merangkul tubuhku. Memelukku erat. Oh Tuhan, ia sungguh mengampuniku!
Pak Bas memberi isyarat agar aku mengambil kursi di hadapannya. Menyimak apa yang ia sembunyikan dariku selama ini.

“Karena kau sudah mengambil putusanmu, kini saatnya kubeberkan siapa sesungguhnya lelaki yang kau kencani!”

Menurut penyelidikannya bisnis Frans tidaklah selancar yang dia katakan dan dengan naif kupercayai begitu saja. Kini tengah menjalani sidang gugatan mertuanya di pengadilan negeri Bandung karena menggelapkan uang perusahaan untuk kepentingan bisnis pribadi.

Rumah orangtua kandungnya juga terancam disita bank lantaran dijaminkan untuk berinvestasi dan tidak bisa dikembalikan. Menurut suamiku Frans melakukan langkah bisnis yang ambisius namun ceroboh. Membangun hotel di tengah keterpurukan dunia pariwisata akibat pandemi Covid.

“Ia terancam hukuman pidana lima tahun!” Suamiku menembakkan amunisi terakhirnya kepadaku. Membuatku terperangah.

“Mengapa baru kali ini bapak memberitahu saya ?”
Suamiku tersenyum sinis. “Karena aku ingin memberimu kesempatan belajar!” Tegasnya. “Belajar memahami dan menilai orang. Terutama lelaki!”

Pak Bas kembali duduk meluruskan kakinya di sofa. Enggan membicarakan masalah kami lebih lanjut.

“Kini kamu tidurlah!” Perintahnya . “Biarkan aku menyelesaikan membaca koranku.”

Sepanjang malam aku berbaring dengan mata terbelalak, sulit dipejamkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun