Mohon tunggu...
Fanni Carmila
Fanni Carmila Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu rumahtanga. Mantan wartawan. Wiraswasta. Hobi mengarang

Asyik kalau bisa berkomunikasi dengan orang yang punya hobi sama.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perselingkuhan

10 Juni 2021   07:30 Diperbarui: 10 Juni 2021   07:51 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Aku kurang dekat dengan anak-anakku,” katanya tanpa menunjukkan rasa penyesalan atas hancurnya ikatan perkawinan mereka. “Sejak lahir mereka dimonopoli keluarga istriku.”

Aku menunduk diam. Tidak ingin dianggap sebagai sumber keretakan hubungan keluarganya.

“Begitu urusan beres kau secepatnya ku hubungi,” janjinya sebelum kami berpisah.

Hari yang dinantikan akhirnya tiba. Setelah anak-anak berangkat sekolah ku utarakan niatku menemui “teman lama” kepada suamiku.

Seperti biasa ia sama sekali tidak menunjukkan ekspresi tidak suka. Mengambil kunci mobil untuk menyetir sendiri ke kantor agar pak Dahlan bisa mengantarku. Sebelum berangkat ia masih sempat menjanjikan akan mengirim lauk makan siang untuk anak-anak. Karena ia tahu aku bakal pergi sampai sore. Tidak punya waktu mengurusi rumah.

Demikianlah dengan semangat menggelora aku menyongsong Frans yang sudah menungguku di tempat biasa. Menyongsong masa depan yang kami angankan semenjak masih remaja.

Frans memelukku erat sambil membisikkan kalimat kerinduan sebelum mengajakku duduk menyesap udara pagi yang sejuk berangin semilir di tengah limpahan sinar matahari yang terselubung awan biru.

Ia mengambil inisiatif duduk menjejeriku guna membicarakan beberapa langkah yang sudah ia persiapkan bagi kami berdua. Termasuk perjalanan bulan madu ke pulau Maldives.

Untuk meyakinkan dikeluarkannya brosur-brosur beberapa biro wisata dari map yang ia letakan di atas meja. Aku mencermati dengan berbagai perasaan berkecamuk. “

“Sudah saatnya engkau tinggalkan suami tuamu untuk menikmati Sorga dunia bersamaku,” bisiknya tepat di telinga seraya mempererat pelukannya.

Kurasakan hembusan napasnya yang berbau nikotin bercampur parfum beraroma maskulin yang rupanya ia semprotkan terlalu banyak ke tubuhnya. Menimbulkan bau menyengat yang memabukkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun