Mohon tunggu...
Fani Velenia
Fani Velenia Mohon Tunggu... Penulis - | Content Writer | Bachelor of German Language Education

|Setiap kata yang ditulis adalah langkah menuju revolusi pikiran| IG: @fanivalenia

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Fenomena "Wanita Tidak Bercerita, Tiba-Tiba Pembayaran Berhasil": Apakah Ini Ciri Doom Spending?

2 Oktober 2024   08:43 Diperbarui: 3 Oktober 2024   07:07 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi wanita menerima paket (sumber: istockphoto.com/AsiaVision)

Penting untuk memahami bahwa meskipun belanja bisa menjadi cara untuk merasa lebih baik, itu bukan solusi yang sehat. Melakukan self-reflection dan mencari cara lain untuk menghadapi perasaan negatif lebih dianjurkan daripada terjebak dalam siklus doom spending ini.

Ilustrasi (sumber: istockphoto.com/Nuttawan Jayawan)
Ilustrasi (sumber: istockphoto.com/Nuttawan Jayawan)

Tanda-Tanda Doom Spending

Mungkin banyak dari kita yang tidak menyadari jika sebenarnya terjebak dalam doom spending. Salah satu tanda yang paling jelas adalah ketika belanja terasa lebih sebagai pelarian daripada sekadar kebutuhan. Misalnya, jika kamu merasa bahagia hanya saat berbelanja, tapi merasa menyesal setelahnya, itu bisa jadi pertanda.

Selain itu, jika pembelian yang dilakukan berulang kali tanpa tujuan jelas atau perencanaan, itu juga menjadi indikasi. Misalnya, kamu membeli barang yang sama dalam waktu singkat hanya karena merasa tertekan atau cemas. Perilaku ini bisa menandakan bahwa ada masalah yang perlu dihadapi.

Tanda lainnya adalah ketika keuangan mulai terganggu. Jika pengeluaranmu lebih besar daripada pemasukan, dan itu disebabkan oleh belanja impulsif, maka kamu perlu introspeksi dan mencari solusi yang lebih sehat.

Cara Mengatasi Doom Spending

Nah, jika kamu merasa terjebak dalam perilaku doom spending, jangan khawatir! Ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk mengatasi masalah ini. Pertama, coba kenali pemicu emosi yang membuat kamu ingin berbelanja. Dengan memahami apa yang membuatmu ingin berbelanja, kamu bisa mencari cara lain untuk mengatasinya, seperti berolahraga atau berbicara dengan teman.

Kedua, buatlah anggaran belanja yang realistis. Ini bisa membantumu mengontrol pengeluaran dan mencegah belanja impulsif. Cobalah untuk memisahkan kebutuhan dari keinginan, dan prioritas mana yang harus dibeli. Dengan adanya anggaran, kamu bisa lebih sadar akan pengeluaranmu.

Terakhir, cari dukungan dari orang-orang terdekat. Bicara tentang perasaan dan masalah yang dihadapi bisa membantu meredakan stres dan mencegah dorongan untuk berbelanja impulsif. Menghadapi masalah bersama orang lain sering kali lebih mudah daripada melakukannya sendiri.

Ilustrasi Dua wanita sedang curhat (sumber: istockphoto.com/Frazao Studio Latino)
Ilustrasi Dua wanita sedang curhat (sumber: istockphoto.com/Frazao Studio Latino)
Menghadapi Realita dengan Bijak

Fenomena "wanita tidak bercerita, tiba-tiba pembayaran berhasil" memang mencerminkan kompleksitas emosi yang dihadapi banyak orang saat ini. Terjebak dalam doom spending bisa jadi satu cara untuk mengatasi perasaan negatif, tetapi bukan solusi yang tepat. Dengan lebih memahami diri sendiri dan mencari cara yang lebih sehat untuk menghadapi stres, kita bisa keluar dari lingkaran ini.

Dalam dunia yang semakin sibuk dan penuh dengan tekanan ini, penting untuk selalu ingat bahwa belanja tidak harus menjadi pelarian. Mengelola emosi dengan bijak dan mencari dukungan dari orang-orang terdekat adalah langkah terbaik untuk menjaga kesehatan mental dan keuangan kita. Mari belajar untuk tidak hanya berbagi cerita tentang belanja, tetapi juga berbagi perasaan dan mencari cara untuk menghadapi hidup dengan lebih positif.

Semoga Bermanfaat ;)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun