Mohon tunggu...
Fani Velenia
Fani Velenia Mohon Tunggu... Penulis - | Content Writer | Bachelor of German Language Education

|Setiap kata yang ditulis adalah langkah menuju revolusi pikiran| IG: @fanivalenia

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Stop Toxic Expectations! Kamu Tidak Berhak Memenuhi Ekpektasi Orang Lain!

28 September 2024   15:19 Diperbarui: 28 September 2024   15:24 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (sumber: istockphoto.com/Pandagolik)

Dalam hidup ini, kita sering terjebak dalam ekspektasi orang lain. Mulai dari orang tua, teman, hingga media sosial, semua punya standar yang seakan wajib kita penuhi. Tapi, sebenarnya, siapa sih yang bilang kita harus memenuhi ekspektasi tersebut? Di artikel ini, kita bakal bahas kenapa kita perlu berhenti dari toxic expectations dan bagaimana caranya untuk lebih fokus pada diri sendiri. Yuk, kita bahas!

Apa Itu Toxic Expectations?

Toxic expectations atau ekspektasi beracun adalah tuntutan yang berasal dari orang lain yang bisa membuat kita merasa tertekan. Misalnya, orang tua yang mengharapkan anaknya untuk berkarir di bidang tertentu meski si anak punya minat yang berbeda. Hal ini bisa menimbulkan konflik batin yang berkepanjangan. Ekspektasi ini sering kali berakar dari keinginan orang lain untuk melihat kita berhasil, namun cara yang mereka pilih justru bisa menghancurkan kebahagiaan kita.

Satu hal yang perlu diingat adalah bahwa setiap orang memiliki jalan hidup yang berbeda. Ketika kita terjebak dalam ekspektasi orang lain, kita cenderung mengabaikan passion dan minat kita sendiri. 

"Bukankah hidup kita seharusnya tentang menemukan apa yang kita cintai dan mengejar impian kita?"

Toxic expectations justru merampas hak kita untuk menentukan jalan hidup sendiri.

Selain itu, ekspektasi ini bisa menimbulkan rasa kurang percaya diri. Kita mungkin merasa tidak pernah cukup baik atau merasa gagal jika tidak bisa memenuhi tuntutan tersebut. Akibatnya, kita terus menerus berusaha untuk membuktikan diri, padahal yang kita butuhkan adalah penerimaan atas diri kita yang sebenarnya. Mari kita ambil langkah untuk mengenali dan mengatasi ekspektasi beracun ini!

Ilustrasi (sumber: istockphoto.com/Aleksei Morozov)
Ilustrasi (sumber: istockphoto.com/Aleksei Morozov)

Dampak Negatif dari Toxic Expectations

Ketika kita terus berusaha memenuhi ekspektasi orang lain, dampak negatifnya bisa sangat besar. Salah satu efek yang paling jelas adalah stres. Kita menjadi lebih cemas dan khawatir tentang apa yang dipikirkan orang lain, yang bisa mengganggu kesejahteraan mental kita. Bayangkan jika setiap langkah kita harus diukur dengan standar orang lain, tentu ini sangat melelahkan!

Selain itu, toxic expectations juga bisa merusak hubungan kita dengan orang-orang terdekat. Ketika kita terus berusaha untuk menyenangkan orang lain, kita sering kali mengabaikan kebutuhan dan perasaan kita sendiri. Akibatnya, kita bisa merasa terasing dan kehilangan koneksi yang sejati dengan orang-orang yang seharusnya kita cintai. Hubungan yang sehat seharusnya didasarkan pada saling pengertian, bukan pada tekanan untuk memenuhi ekspektasi.

Tak hanya itu, dampak dari toxic expectations juga dapat membuat kita kehilangan arah dalam hidup. Kita mungkin akan merasa bingung tentang apa yang sebenarnya kita inginkan, karena terlalu fokus pada harapan orang lain. Hal ini bisa menghalangi kita untuk menemukan potensi dan passion kita yang sebenarnya. Mari kita mulai untuk lebih fokus pada diri kita sendiri dan mencari apa yang membuat kita bahagia.

Kenapa Kita Terjebak dalam Ekspektasi Orang Lain?

Ada banyak alasan mengapa kita terjebak dalam ekspektasi orang lain. Salah satunya adalah kebutuhan untuk diterima. Sejak kecil, kita diajarkan untuk memenuhi harapan orang tua atau guru. Ketika kita berhasil, kita merasa mendapatkan pengakuan, dan saat itulah kita mulai membangun pola pikir bahwa keberhasilan kita bergantung pada seberapa baik kita memenuhi ekspektasi orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun