Neurolinguistik adalah cabang ilmu yang mempelajari hubungan antara otak dan bahasa. Mungkin Anda pernah mendengar tentang gangguan bahasa seperti afasia atau disleksia, tapi tahukah anda bagaimana sebenarnya gangguan otak bisa mempengaruhi kemampuan bahasa kita? Melalui artikel ini, mari kita bahas bersama!
Apa Itu Neurolinguistik?
Neurolinguistik menggabungkan ilmu saraf dan linguistik untuk memahami bagaimana struktur dan fungsi otak berhubungan dengan penggunaan bahasa. Singkatnya, neurolinguistik berusaha mencari tahu bagaimana otak memproses bahasa dan apa yang terjadi jika ada gangguan pada bagian otak yang mengontrol kemampuan berbahasa.
Bagaimana Otak Memproses Bahasa?
Neurolinguistik berfokus pada bagaimana otak mengatur dan menggunakan bahasa. Ini melibatkan dua area utama di otak yang berhubungan dengan bahasa. Dan saat kita berbicara, mendengarkan, atau membaca, otak kita bekerja sangat keras. Dua area utama yang terlibat adalah:
Area Broca:Â Terletak di belahan kiri otak, khususnya di lobus frontal. Area ini terlibat dalam produksi bahasa, termasuk kemampuan untuk merangkai kalimat secara gramatikal. Kerusakan pada area ini dapat menyebabkan afasia Broca, di mana seseorang mengalami kesulitan dalam membentuk kalimat yang benar meskipun pemahaman bahasa mereka tetap utuh.
Area Wernicke:Â Terletak di lobus temporal kiri, area ini bertanggung jawab untuk pemahaman bahasa. Kerusakan di area ini dapat menyebabkan afasia Wernicke, di mana seseorang mungkin berbicara dengan lancar namun kalimatnya tidak memiliki makna yang jelas, dan mereka juga kesulitan memahami bahasa.
Gangguan Bahasa Akibat Kerusakan Otak
Gangguan pada bagian otak yang mengontrol bahasa bisa menyebabkan berbagai masalah. Berikut beberapa gangguan bahasa yang umum:
Afasia:
- Afasia Broca: Dikenal juga sebagai afasia ekspresif, kondisi ini menyebabkan kesulitan dalam produksi bahasa. Penderita mungkin dapat memahami bahasa dengan baik tetapi mengalami kesulitan dalam merangkai kata-kata menjadi kalimat yang grammatikal. Mereka mungkin berbicara dengan kalimat pendek atau frasa dan sering mengalami kesulitan dalam berbicara secara spontan.
- Afasia Wernicke: Penderita afasia ini berbicara dengan alur yang lancar tetapi tidak selalu membuat makna yang logis. Mereka sering kesulitan memahami bahasa orang lain dan mungkin tidak menyadari bahwa apa yang mereka katakan tidak masuk akal.
Disleksia:
- Ini adalah gangguan belajar yang mempengaruhi kemampuan membaca dan menulis. Penderita disleksia sering mengalami kesulitan dalam memproses dan menghubungkan suara dengan huruf, serta dalam memanipulasi fonem, yaitu unit suara terkecil dalam bahasa. Disleksia sering kali disertai dengan masalah dalam memproses informasi visual dan auditori.
Apraksia Bahasa:
- Gangguan ini membuat penderita sulit mengkoordinasikan otot-otot yang diperlukan untuk berbicara. Meskipun pemahaman bahasa dan kemampuan kognitif lainnya mungkin tetap baik, koordinasi motorik untuk berbicara terganggu, menyebabkan kesulitan dalam pengucapan dan artikulasi.
Agramatisme:
- Kondisi ini ditandai dengan kesulitan dalam menggunakan struktur tata bahasa yang benar. Penderita mungkin tidak dapat menggunakan bentuk kata yang tepat atau struktur kalimat yang kompleks, meskipun pemahaman dasar tentang bahasa tetap ada.
Metode Penelitian dalam Neurolinguistik
Neurolinguistik menggunakan berbagai teknik untuk mempelajari bagaimana otak memproses bahasa: