Mohon tunggu...
f anissaa
f anissaa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Mercu Buana Meruya

Fitriani Anisah Hartanti - 42321010030 - Desain Komunikasi Visual - Dosen Pengampu : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengaplikasikan Teori Jeremy Bentaham dan Anthony Giddens

31 Mei 2023   10:39 Diperbarui: 31 Mei 2023   10:39 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

NAMA: FITRIANI ANISAHNIM:DOSEN: Prof. Dr. Appolo M.Si.Ak, CA, CIBV, CIBG
MATA KULIAH: ETIK DAN ANTI NARKOBA (FDSK)
 
KORUPSI
Korupsi adalah praktik atau tindakan yang melibatkan penyalahgunaan kekuasaan atau jabatan publik untuk keuntungan pribadi atau kelompok, dengan cara melanggar etika, hukum, atau kewajiban yang seharusnya diemban oleh pejabat atau pihak yang bertanggung jawab. Korupsi dapat terjadi di berbagai level, termasuk tingkat pemerintah, sektor swasta, organisasi non-pemerintah, dan lainnya.
 
Korupsi seringkali melibatkan penerimaan atau pemberian suap, penyuapan, nepotisme (memberikan preferensi kepada anggota keluarga atau teman dekat), kolusi antara pihak-pihak yang terlibat, penggelapan dana publik, pencucian uang, dan praktik-praktik ilegal lainnya. Dalam kasus korupsi, dana publik atau sumber daya yang seharusnya digunakan untuk kepentingan masyarakat secara adil dan transparan disalahgunakan untuk keuntungan pribadi.
 
Dampak korupsi sangat merugikan masyarakat dan perekonomian suatu negara. Korupsi dapat menyebabkan ketidakadilan sosial, ketimpangan ekonomi, penurunan kualitas pelayanan publik, penghambatan pembangunan, dan ketidakstabilan politik. Oleh karena itu, pemberantasan korupsi menjadi perhatian utama banyak negara dan organisasi internasional untuk memastikan tata kelola yang baik, transparansi, akuntabilitas, dan keadilan dalam pemerintahan.
 
KENAPA BANYAK YANG MELAKUKAN TINDAKAN KORUPSI?
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan banyak orang melakukan tindakan korupsi. Berikut adalah beberapa faktor yang mungkin menjadi penyebab:
 
Kesempatan: Korupsi sering terjadi ketika ada peluang untuk menyalahgunakan kekuasaan atau jabatan dengan sedikit risiko tertangkap atau dihukum. Ketika sistem pengawasan dan penegakan hukum lemah, peluang untuk melakukan korupsi menjadi lebih tinggi.
 
Ketidakpuasan ekonomi: Faktor ekonomi dapat mempengaruhi motivasi seseorang untuk melakukan korupsi. Gaji yang rendah atau ketidakpuasan ekonomi dapat mendorong individu untuk mencari cara-cara ilegal atau tidak etis untuk memperoleh tambahan pendapatan.
 
Budaya korupsi: Di beberapa masyarakat, korupsi dapat dianggap sebagai praktik yang biasa atau diterima secara sosial. Jika korupsi dianggap sebagai hal yang lumrah dan diterima, maka individu cenderung melihatnya sebagai cara untuk mencapai keberhasilan atau kemajuan dalam kehidupan mereka.
 
Kurangnya integritas dan moralitas: Kurangnya integritas dan moralitas di antara individu-individu yang berkuasa atau memiliki akses ke sumber daya publik juga dapat menyebabkan tindakan korupsi. Ketika seseorang tidak memiliki prinsip moral yang kuat atau keinginan untuk bertindak secara jujur, mereka lebih rentan terhadap godaan korupsi.
 
Ketidakseimbangan kekuasaan: Ketika ada ketidakseimbangan kekuasaan antara pejabat publik dan masyarakat atau antara pejabat publik dan pihak swasta, terdapat risiko penyalahgunaan kekuasaan untuk keuntungan pribadi. Pihak yang memiliki kekuasaan yang besar dan kurangnya pengawasan yang memadai cenderung menjadi rentan terhadap korupsi.
 
Kurangnya sanksi dan penegakan hukum yang lemah: Jika pelaku korupsi jarang ditindak atau dihukum dengan tegas, hal ini dapat memberikan insentif kepada orang-orang untuk terus melakukan tindakan korupsi. Kurangnya sanksi yang memadai atau penegakan hukum yang lemah dapat menciptakan iklim di mana korupsi dapat berkembang tanpa hambatan.
 
Dalam memerangi korupsi, penting untuk mengatasi faktor-faktor ini dan memperkuat sistem pengawasan, keadilan, dan integritas dalam pemerintahan serta masyarakat secara umum.
 
BAGAIMANA KORUPSI BISA TERJADI?
Korupsi dapat terjadi melalui berbagai cara dan mekanisme. Berikut ini adalah beberapa contoh bagaimana korupsi bisa terjadi:
 
Suap: Suap adalah salah satu bentuk korupsi yang umum terjadi. Ini melibatkan penawaran atau penerimaan uang, barang, atau manfaat lainnya kepada pejabat publik untuk mempengaruhi keputusan atau tindakan yang menguntungkan pemberi suap.
 
Nepotisme dan Klientelisme: Korupsi juga bisa terjadi melalui praktik nepotisme, di mana pejabat memprioritaskan keluarga atau kerabat dalam pengambilan keputusan atau pemberian keuntungan. Klientelisme terjadi ketika pejabat mempertahankan kekuasaan dengan memenuhi kepentingan kelompok tertentu dengan harapan mendapatkan dukungan politik atau keuntungan pribadi.
 
Penyuapan dalam Proses Pengadaan: Korupsi sering terjadi dalam proses pengadaan barang atau jasa oleh pemerintah. Ini bisa meliputi penerimaan suap oleh pejabat yang bertanggung jawab atas pengadaan untuk mempengaruhi pemilihan pemenang kontrak atau memanipulasi proses penawaran.
 
Penggelapan dan Penyimpangan Dana Publik: Korupsi juga terjadi melalui penggelapan atau penyimpangan dana publik. Ini termasuk penggunaan dana yang seharusnya digunakan untuk proyek atau program tertentu dengan cara yang tidak sah, seperti memalsukan laporan keuangan, menciptakan proyek fiktif, atau memindahkan dana secara ilegal.
 
Pemerasan: Korupsi bisa terjadi melalui pemerasan, di mana pejabat memaksa pihak lain untuk memberikan uang atau manfaat lainnya dengan ancaman atau kekerasan. Hal ini terutama terjadi di sektor kepolisian atau penegakan hukum.
 
Pencucian Uang: Korupsi juga sering terkait dengan pencucian uang, di mana hasil korupsi disamarkan dan dimasukkan ke dalam kegiatan legal untuk menyembunyikan asal-usulnya.
 
Penting untuk dicatat bahwa korupsi tidak terbatas pada contoh-contoh di atas. Praktik korupsi dapat bervariasi tergantung pada konteks dan negara tertentu. Upaya pencegahan dan penindakan korupsi yang efektif melibatkan peningkatan transparansi, penguatan lembaga anti-korupsi, pembentukan hukum yang ketat, serta kesadaran dan partisipasi aktif dari masyarakat dalam memerangi korupsi.
 
KAPAN KORUPSI BISA TERJADI
Korupsi dapat terjadi dalam berbagai situasi dan konteks. Berikut ini adalah beberapa contoh kapan korupsi bisa terjadi:
 
Penyelenggaraan Pemerintahan: Korupsi dapat terjadi di dalam penyelenggaraan pemerintahan, termasuk di lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Ini dapat melibatkan pejabat pemerintah yang menyalahgunakan kekuasaan mereka untuk keuntungan pribadi, seperti menerima suap atau menggelapkan dana publik.
 
Proses Pengadaan Barang dan Jasa: Korupsi sering terjadi dalam proses pengadaan barang dan jasa oleh pemerintah, di mana korupsi dapat terjadi dalam penentuan pemenang kontrak atau manipulasi penawaran untuk keuntungan pribadi.
 
Sektor Swasta: Korupsi juga dapat terjadi di sektor swasta, baik melalui hubungan korupsi antara pejabat publik dan pihak swasta, maupun melalui tindakan korupsi di dalam perusahaan swasta itu sendiri. Contohnya adalah suap kepada pejabat pemerintah untuk mendapatkan kontrak bisnis atau mempengaruhi kebijakan pemerintah.
 
Sistem Peradilan: Korupsi dapat mempengaruhi sistem peradilan, di mana pejabat atau anggota sistem peradilan menerima suap untuk mempengaruhi hasil kasus hukum atau memperlambat proses peradilan.
 
Sektor Keuangan: Korupsi dapat terjadi di sektor keuangan, termasuk dalam praktik pencucian uang, penyalahgunaan keuangan, manipulasi laporan keuangan, atau penyuapan dalam transaksi keuangan.
 
Proses Pemilihan: Korupsi juga sering terjadi selama proses pemilihan umum, di mana suap atau penggunaan dana yang tidak sah digunakan untuk mempengaruhi hasil pemilihan atau membeli dukungan politik.
 
Penting untuk dicatat bahwa korupsi dapat terjadi di berbagai sektor dan situasi, baik di tingkat nasional maupun lokal. Upaya pencegahan dan penindakan korupsi harus melibatkan pengawasan yang ketat, transparansi, integritas, serta partisipasi aktif dari masyarakat dalam mengawasi dan melaporkan tindakan korupsi.
 
Setelah membahas apa, bagaimana, kapan tentang korupsi, sekarang kita akan membahas tokoh tokokh yang berperan atau yang memiliki teori tentang korupsi itu tersebut, diantaranya ada 'Jeremy Bentham' dan 'Anthony Giddens'.
 
JEREMY BENTHAMJeremy Bentham adalah seorang filsuf, penulis, dan ahli hukum yang lahir pada tahun 1748 dan meninggal pada tahun 1832. Ia adalah tokoh utama dalam gerakan utilitarianisme, suatu aliran pemikiran etika yang menekankan bahwa tindakan yang baik adalah yang menghasilkan kebahagiaan terbesar bagi jumlah orang yang paling banyak. 
Bentham menekankan pentingnya rasionalitas dan pendekatan ilmiah dalam etika dan hukum. Ia mengembangkan prinsip-prinsip utilitarianisme secara sistematis dalam karya-karyanya, termasuk bukunya yang terkenal berjudul "Introduction to the Principles of Morals and Legislation" (1789).
 
Pemikiran Bentham berpengaruh besar terhadap pemikiran hukum, politik, dan etika. Salah satu konsep utama yang dikembangkan oleh Bentham adalah "kalkulus kebahagiaan" (felicitous calculus), yang berupaya mengukur secara kuantitatif kebahagiaan atau penderitaan yang dihasilkan oleh tindakan-tindakan tertentu. Bentham juga mendukung reformasi hukum, termasuk peningkatan akses keadilan dan penghapusan hukuman yang tidak manusiawi.
 
Pengaruh pemikiran Bentham terus dirasakan hingga saat ini, terutama dalam bidang etika terapan dan teori hukum. Pemikiran utilitarianisme yang dikembangkan oleh Bentham telah memengaruhi banyak pemikir dan aktivis di bidang keadilan sosial dan hak asasi manusia.
 
KENAPA JEREMY BENTHAM MENEKUNI PEMIKIRAN ETIKA?
Jeremy Bentham memilih untuk menekuni pemikiran etika karena ia tertarik pada pertanyaan-pertanyaan fundamental tentang moralitas, keadilan, dan bagaimana kita harus bertindak secara moral. Bentham adalah seorang utilitarian, yang berarti bahwa ia meyakini bahwa tindakan yang baik adalah tindakan yang menghasilkan kebahagiaan terbesar bagi sebanyak mungkin orang.
 
Bentham percaya bahwa moralitas dapat diukur dan diatur dengan menggunakan prinsip-prinsip yang rasional dan objektif. Ia mengembangkan sebuah kerangka kerja etika yang dikenal sebagai utilitarianisme atau kalkulus kebahagiaan. Dalam utilitarianisme, tindakan dinilai berdasarkan konsekuensi-konsekuensinya dan dampaknya terhadap kebahagiaan individu-individu yang terlibat.
 
Dengan fokus pada prinsip-prinsip rasional dan konsekuensialisme, Bentham berusaha membangun sistem etika yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan juga untuk membentuk dasar kebijakan publik yang adil dan efektif. Ia melihat etika sebagai alat yang dapat digunakan untuk mengoptimalkan kebahagiaan manusia dan meminimalkan penderitaan.
 
 
Selain itu, Bentham juga mengembangkan teori hukum utilitarian, di mana hukum dan kebijakan publik harus didasarkan pada prinsip-prinsip utilitarian untuk mencapai keadilan sosial dan kebahagiaan masyarakat secara keseluruhan.
 
Dengan demikian, Jeremy Bentham menekuni pemikiran etika karena ia berkeinginan untuk mengembangkan pendekatan yang rasional dan objektif terhadap pertanyaan-pertanyaan moral, serta untuk menerapkan prinsip-prinsip etika tersebut dalam praktik sosial dan kebijakan publik.
 
TEORI PANOPTICON
Teori Panopticon merupakan konsep arsitektur sosial yang dikembangkan oleh Jeremy Bentham pada abad ke-18. Konsep ini didasarkan pada prinsip pengawasan dan pengendalian yang konstan terhadap individu-individu dalam sebuah institusi, seperti penjara atau lembaga pengawasan.
 
Pada dasarnya, Panopticon adalah struktur fisik yang dirancang sedemikian rupa sehingga satu orang dapat mengawasi banyak orang sekaligus, tetapi individu-individu yang diamati tidak dapat mengetahui apakah mereka sedang diamati atau tidak. Bentham membayangkan bahwa bangunan Panopticon terdiri dari serangkaian sel yang terletak di sekeliling menara penjaga. Setiap sel memiliki jendela yang menghadap ke dalam menara, sedangkan menara tersebut memiliki jendela yang menghadap ke semua sel.
 
Dalam konsep Panopticon, penjaga atau pengawas berada di menara penjaga yang terletak di tengah dan memiliki pandangan langsung ke setiap sel. Sementara itu, tahanan atau orang-orang yang diamati berada di dalam sel-sel yang tidak dapat melihat penjaga, tetapi mereka menyadari bahwa mereka bisa diamati setiap saat. Dengan demikian, mereka secara alami merasa terawasi dan cenderung mempertimbangkan kepatuhan dan perilaku mereka.
 
Bentham berpendapat bahwa kehadiran pengawasan yang konstan dan potensial membuat individu-individu dalam Panopticon menginternalisasi kontrol dan disiplinasi. Meskipun penjaga hanya dapat mengawasi sebagian kecil seluruh waktu, kehadiran yang potensial dan ketidakpastian mengenai apakah mereka sedang diamati mempengaruhi perilaku orang-orang yang diamati. Konsep ini didasarkan pada kekuatan psikologis dan efek pencegahan dari pengawasan.
 
Teori Panopticon Bentham juga memperkenalkan gagasan mengenai pengendalian sosial melalui penggunaan teknologi pengawasan, seperti pengawasan elektronik atau CCTV modern. Ia melihat potensi penggunaan teknologi ini untuk menciptakan tatanan sosial yang teratur dan ketaatan yang lebih besar.
 
Meskipun Bentham sendiri tidak pernah berhasil mewujudkan konsep Panopticon secara fisik, konsep ini memiliki dampak signifikan dalam pemikiran sosial dan teori kritis. Michel Foucault, seorang filsuf kontemporer, menggunakan konsep Panopticon sebagai metafora untuk menggambarkan mekanisme kekuasaan dan pengendalian dalam masyarakat modern.
 
Dalam kesimpulannya, teori Panopticon Jeremy Bentham adalah konsep arsitektur sosial yang menekankan pengawasan konstan dan potensial terhadap individu dalam sebuah institusi. Konsep ini mengilustrasikan bagaimana kekuasaan dan pengawasan dapat mempengaruhi perilaku dan disiplin individu dalam upaya mencapai kontrol sosial.
 
KENAPA JEREMY BENTHAM MENERAPKAN TEORI INI?
Jeremy Bentham menciptakan teori Panopticon sebagai bagian dari pandangannya tentang pengawasan dan pengendalian sosial yang efektif. Ada beberapa alasan yang mendasari pengembangan konsep ini:
 
Efisiensi Pengawasan: Bentham percaya bahwa sistem pengawasan yang efisien dapat menciptakan ketertiban dan kepatuhan yang lebih baik dalam institusi sosial. Dalam institusi seperti penjara, lembaga pendidikan, atau pabrik, Bentham melihat kebutuhan untuk memantau individu-individu agar mereka tidak melanggar aturan atau melakukan tindakan yang tidak diinginkan. Panopticon menjadi solusi yang diusulkan untuk mencapai pengawasan yang efisien dengan jumlah pengawas yang minimal.
 
Pencegahan dan Disiplin: Bentham berpendapat bahwa kehadiran pengawasan yang konstan dan potensial akan menciptakan efek pencegahan terhadap pelanggaran atau perilaku yang tidak diinginkan. Dalam Panopticon, individu-individu yang diamati menjadi sadar bahwa mereka selalu bisa diamati dan diawasi, bahkan jika pengawasan sebenarnya hanya terjadi pada beberapa waktu tertentu. Hal ini mendorong mereka untuk mempertimbangkan perilaku mereka dan mematuhi norma-norma yang ditetapkan.
 
Kontrol Sosial: Konsep Panopticon juga muncul dari keyakinan Bentham akan pentingnya kontrol sosial untuk mencapai keadilan dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Dengan memberlakukan pengawasan yang efektif, Bentham berharap dapat mengurangi pelanggaran hukum, memperkuat norma-norma sosial, dan menciptakan lingkungan yang lebih aman dan teratur.
 
Pemikiran Utilitarian: Bentham adalah seorang utilitarian, yang berarti bahwa ia menganggap tindakan yang baik adalah tindakan yang menghasilkan kebahagiaan terbesar bagi sebanyak mungkin orang. Dalam konteks Panopticon, ia melihat pengawasan sebagai sarana untuk menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kebahagiaan dan kesejahteraan individu-individu yang terlibat dalam institusi tersebut.
 
Dengan demikian, Bentham menciptakan teori Panopticon sebagai cara untuk mempromosikan efisiensi pengawasan, mendorong ketaatan dan disiplin, serta mencapai kontrol sosial yang lebih baik dalam rangka mencapai keadilan dan kesejahteraan masyarakat.
 
BAGAIMANA PENGAPLIKASIAN TEORI INI?
Konsep Panopticon oleh Jeremy Bentham dapat diaplikasikan dalam beberapa cara tergantung pada konteksnya. Berikut adalah beberapa contoh pengaplikasian teori Panopticon:
 
Pengawasan Kerja: Teori Panopticon dapat digunakan dalam lingkungan kerja untuk meningkatkan pengawasan dan disiplin. Misalnya, dalam lingkungan produksi atau pabrik, penggunaan kamera pengawas dan pemantauan elektronik dapat menciptakan efek pencegahan dan memotivasi karyawan untuk mematuhi prosedur kerja dan aturan keselamatan.
 
Keamanan Publik: Konsep Panopticon juga dapat diterapkan dalam keamanan publik. Misalnya, penggunaan CCTV yang dipasang di tempat-tempat umum atau pusat perbelanjaan dapat menciptakan pengawasan yang potensial dan mengurangi pelanggaran hukum serta tindakan yang tidak diinginkan.
 
Pendidikan dan Pembelajaran: Dalam konteks pendidikan, konsep Panopticon dapat diimplementasikan dengan menggunakan metode pengawasan yang efektif dalam mengelola perilaku siswa dan mendorong ketaatan terhadap aturan sekolah. Misalnya, guru dapat menggunakan posisi pengawas untuk memantau aktivitas siswa di dalam kelas.
 
Pengawasan Online: Dalam era digital, konsep Panopticon dapat diterapkan dalam pengawasan online. Misalnya, dalam platform media sosial atau forum daring, administrator dapat menggunakan mekanisme pengawasan yang tidak terlihat secara langsung untuk mendorong ketaatan terhadap aturan dan norma-norma komunitas.
 
Penting untuk dicatat bahwa pengaplikasian teori Panopticon harus memperhatikan aspek privasi, etika, dan perlindungan data individu. Penting juga untuk mempertimbangkan keseimbangan antara pengawasan yang efektif dan perlindungan hak-hak individu.
 
CONTOH KASUS NYATA
Salah satu contoh kasus nyata yang mencerminkan prinsip-prinsip teori Panopticon adalah penggunaan kamera pengawas atau CCTV di tempat umum dan dalam masyarakat. Berikut ini adalah contoh kasus nyata yang relevan:
 
Penggunaan CCTV di Kota London, Inggris: Kota London terkenal dengan penggunaan sistem CCTV yang luas dan terintegrasi di seluruh kota. Ribuan kamera pengawas dipasang di jalan-jalan, stasiun kereta, area publik, dan tempat-tempat lainnya. Sistem ini memberikan pengawasan yang konstan dan potensial terhadap aktivitas masyarakat.
 
Kamera-kamera ini mengirimkan rekaman ke pusat kontrol yang diawasi oleh petugas keamanan. Tujuan dari penggunaan CCTV ini adalah untuk menciptakan efek pencegahan, meminimalkan kejahatan, dan meningkatkan keamanan publik. Meskipun tidak semua kamera diawasi secara real-time, kehadiran potensial pengawasan dan kesadaran masyarakat bahwa mereka mungkin terlihat dapat mempengaruhi perilaku dan mendorong patuh terhadap hukum.
 
Namun, penting untuk mencatat bahwa penggunaan CCTV juga melibatkan pertimbangan privasi dan kebebasan individu. Beberapa kritikus berpendapat bahwa pengawasan yang konstan dan luas dapat mengancam privasi individu dan mengarah pada masyarakat pengawasan yang terlalu terfokus pada kontrol. Perdebatan seputar penggunaan CCTV ini mencerminkan konflik antara keamanan dan privasi dalam konteks teori Panopticon.
 
Contoh ini menunjukkan bagaimana prinsip-prinsip teori Panopticon dapat diaplikasikan dalam penggunaan CCTV di tempat umum, di mana pengawasan potensial menciptakan efek pencegahan dan pengaruh terhadap perilaku masyarakat.
 
Setelah kita mempelajarin teori dari Jeremy Bentham, kita langsung saja melanjutkan dengan mempelajarin teori dari Anthony Giddens yang tidak kalah menarik teorinya.
 
ANTHONY GIDDENSAnthony Giddens adalah seorang sosiolog terkemuka yang lahir pada tahun 1938 di Inggris. Ia dikenal sebagai salah satu tokoh utama dalam teori sosial kontemporer dan memiliki pengaruh yang luas dalam bidang sosiologi. Giddens adalah anggota Royal Society of Literature dan British Academy. 
Giddens telah menghasilkan banyak karya yang berpengaruh dalam berbagai bidang, termasuk sosiologi, teori sosial, dan filsafat sosial. Salah satu kontribusinya yang paling terkenal adalah konsep "strukturasi", yang diajukan dalam bukunya yang berjudul "The Constitution of Society" (1984). Konsep ini menggabungkan pemahaman tentang peran struktur sosial dan agensi individu dalam membentuk dan mempengaruhi tindakan sosial.
 
Selain itu, Giddens juga dikenal dengan gagasan-gagasannya tentang modernitas, globalisasi, identitas, dan transformasi sosial. Dia telah menggagas teori "refleksivitas" dalam bukunya yang berjudul "Modernidade e Identidade" (1991) atau "Modernidade Reflexiva" dalam edisi Bahasa Portugisnya. Dalam teori ini, Giddens berpendapat bahwa individu modern memiliki kesadaran refleksif yang lebih besar terhadap tindakan mereka dan bahwa identitas mereka terbentuk melalui pilihan yang mereka buat dalam konteks yang terus berubah.
 
Karya-karya Giddens banyak mempengaruhi perkembangan sosiologi modern dan telah memberikan kontribusi signifikan dalam pemahaman kita tentang masyarakat, perubahan sosial, dan agensi individu dalam dunia yang semakin kompleks. Ia juga merupakan seorang intelektual publik yang aktif dan sering memberikan wawasan tentang isu-isu sosial yang relevan dalam masyarakat kontemporer.
 
MENGAPA ANTHONY GIDDENS MENDALAMI BIDANG SOSIOLOGI?
Anthony Giddens tertarik dan mendalami bidang sosiologi karena beberapa alasan yang dapat diidentifikasi:
 
Minat pada Struktur Sosial dan Perubahan: Giddens memiliki minat mendalam pada struktur sosial dan bagaimana struktur tersebut mempengaruhi tindakan individu dan perubahan sosial. Sosiologi memberikan kerangka kerja yang tepat untuk mempelajari interaksi antara individu dan struktur sosial yang melibatkan hubungan kekuasaan, hierarki, dan norma-norma yang mempengaruhi perilaku manusia.
 
Kecenderungan Analitis: Giddens cenderung menganalisis fenomena sosial secara kritis dan rasional. Sosiologi memberikan pendekatan ilmiah yang membantu memahami dan menjelaskan fenomena sosial secara sistematis dan objektif. Melalui alat-alat analisis sosiologi, Giddens dapat mengembangkan teori dan kerangka pemikiran yang membantu memahami kompleksitas dunia sosial.
 
Pemahaman tentang Perubahan Sosial: Giddens tertarik pada studi perubahan sosial dan transisi dalam masyarakat. Melalui sosiologi, ia dapat mempelajari proses-proses perubahan sosial, modernisasi, globalisasi, dan pergeseran sosial yang terjadi dalam masyarakat. Sosiologi memberikan wawasan tentang bagaimana masyarakat berevolusi dari masa lalu, bagaimana struktur sosial dan tindakan individu berinteraksi, serta bagaimana perubahan tersebut mempengaruhi kehidupan sehari-hari.
 
Pemahaman tentang Interaksi Manusia: Sosiologi mempelajari interaksi sosial dan hubungan antara individu dalam masyarakat. Giddens tertarik untuk memahami bagaimana individu berinteraksi satu sama lain, bagaimana norma dan nilai-nilai sosial membentuk perilaku manusia, dan bagaimana interaksi ini membentuk struktur sosial. Sosiologi memberikan kerangka pemikiran yang berguna untuk menganalisis pola interaksi dan dinamika sosial dalam masyarakat.
 
Kontribusi pada Perubahan Sosial: Giddens juga ingin memberikan kontribusi pada pemahaman tentang perubahan sosial dan memberikan pemikiran yang relevan dalam merespons tantangan dan isu-isu kontemporer. Melalui studi sosiologi, Giddens berusaha untuk mengembangkan teori dan gagasan yang dapat membantu masyarakat memahami dan mengatasi perubahan sosial yang kompleks.
 
Secara keseluruhan, Anthony Giddens mendalami bidang sosiologi karena minatnya pada struktur sosial, perubahan sosial, interaksi manusia, dan kontribusinya pada pemahaman tentang kompleksitas masyarakat. Sosiologi memberikan kerangka pemikiran dan alat analitis yang membantu memahami dan menjelaskan fenomena sosial dalam masyarakat.
 
TEORI STRUKTURASI
Teori Strukturasi oleh Anthony Giddens adalah salah satu kontribusinya yang paling terkenal dalam bidang sosiologi. Teori ini bertujuan untuk memahami bagaimana individu dan struktur sosial saling berinteraksi dan saling mempengaruhi dalam pembentukan tindakan sosial. Giddens mengusulkan teori Strukturasi dalam bukunya yang berjudul "The Constitution of Society" yang diterbitkan pada tahun 1984.
 
Inti dari teori Strukturasi adalah pemahaman bahwa struktur sosial bukanlah entitas yang terpisah dan terlepas dari individu, melainkan merupakan hasil dari interaksi sosial yang terus-menerus. Menurut Giddens, struktur sosial dan tindakan individu tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan harus dipahami sebagai proses saling terkait yang saling mempengaruhi.
 
Beberapa konsep kunci dalam teori Strukturasi antara lain:
 
Duality of Structure (Dualitas Struktur): Giddens berpendapat bahwa struktur sosial memiliki dimensi objektif dan subjektif yang saling melengkapi. Dimensi objektif berkaitan dengan pola-pola tindakan kolektif dan norma-norma yang terinternalisasi dalam masyarakat, sementara dimensi subjektif berkaitan dengan pengetahuan, keyakinan, dan praktek individu yang mempengaruhi tindakan mereka.
 
Agency (Agensi): Giddens menekankan peran agensi individu dalam pembentukan tindakan sosial. Individu memiliki kemampuan untuk menginterpretasikan dan memberikan makna terhadap struktur sosial, serta melakukan tindakan yang menghasilkan perubahan atau reproduksi struktur tersebut.
 
Structuration (Strukturasi): Giddens menggambarkan strukturasi sebagai proses yang melibatkan interaksi dinamis antara struktur sosial dan agensi individu. Strukturasi mencerminkan bagaimana individu dalam tindakan mereka juga berkontribusi dalam pembentukan, transformasi, dan pemeliharaan struktur sosial.
 
Time-Space Distanciation (Jarak Waktu-Ruang): Konsep ini mengacu pada perubahan hubungan sosial dan pengalaman manusia dalam konteks modernitas dan globalisasi. Perubahan teknologi, mobilitas, dan komunikasi mempengaruhi cara individu berinteraksi, mengubah pola-pola sosial, dan menciptakan jarak waktu-ruang yang berbeda dalam tindakan sosial.
 
Teori Strukturasi Anthony Giddens memberikan kontribusi penting dalam memahami interaksi sosial dan hubungan antara individu dan struktur sosial. Teori ini menekankan pentingnya agensi individu dalam konteks struktur sosial yang berubah, serta mengakui bahwa individu dan struktur saling mempengaruhi dalam proses sosial yang kompleks.
 
KENAPA ANTHONY GIDDENS MENERAPKAN TEORI INI
Anthony Giddens menerapkan teori Strukturasi dalam bidang sosiologi karena beberapa alasan:
 
Memahami Interaksi Sosial: Giddens tertarik untuk memahami bagaimana individu dan struktur sosial saling berinteraksi dalam masyarakat. Melalui teori Strukturasi, Giddens ingin melampaui pemisahan antara agensi individu dan struktur sosial, dan menggambarkan bagaimana keduanya saling terkait dan saling mempengaruhi dalam membentuk tindakan sosial.
 
Mengatasi Dualisme Tradisional: Teori Strukturasi Giddens mengatasi dualisme tradisional dalam sosiologi antara strukturalisme dan agensi. Giddens ingin melampaui pandangan bahwa struktur sosial secara deterministik menentukan tindakan individu, atau sebaliknya, bahwa individu sepenuhnya bebas dalam memilih tindakan mereka. Teori Strukturasi menawarkan pendekatan yang memadukan kedua dimensi ini, dengan mengakui peran agensi individu dalam konteks struktur sosial yang memberikan batasan dan peluang.
 
Menjelaskan Perubahan Sosial: Teori Strukturasi Giddens memberikan kerangka kerja yang berguna untuk menjelaskan perubahan sosial. Giddens melihat perubahan sosial sebagai hasil dari interaksi antara agensi individu dan struktur sosial yang terus-menerus. Teori ini memungkinkan pemahaman tentang bagaimana tindakan individu dapat mempengaruhi dan mengubah struktur sosial, serta bagaimana perubahan dalam struktur sosial mempengaruhi tindakan individu.
 
Relevansi dalam Era Modernitas: Giddens mengembangkan teori Strukturasi dalam konteks modernitas yang ditandai oleh perubahan sosial yang cepat dan kompleks. Dalam era di mana globalisasi, teknologi, dan mobilitas semakin mempengaruhi interaksi sosial, teori Strukturasi memberikan kerangka pemikiran yang relevan untuk memahami dinamika sosial dalam konteks tersebut.
 
Kontribusi pada Teori Sosial Kontemporer: Teori Strukturasi Giddens memberikan kontribusi penting dalam teori sosial kontemporer. Dengan menekankan hubungan yang kompleks antara individu dan struktur sosial, teori ini membantu mengatasi beberapa kritik terhadap teori-teori sebelumnya yang terlalu memihak pada salah satu pihak. Teori Strukturasi memberikan kontribusi dalam mengembangkan pemahaman yang lebih holistik dan terpadu tentang kehidupan sosial.
 
Secara keseluruhan, Anthony Giddens menerapkan teori Strukturasi karena keinginannya untuk memahami interaksi sosial, mengatasi dualisme tradisional dalam sosiologi, menjelaskan perubahan sosial, relevansi dalam era modernitas, dan kontribusinya pada teori sosial kontemporer. Teori ini memberikan kerangka pemikiran yang kompleks dan terpadu dalam memahami hubungan antara individu dan struktur sosial dalam masyarakat.
 
BAGAIMANA PENGAPLIKASIKAN TEORI INI
Mengaplikasikan teori Strukturasi Anthony Giddens dalam konteks penelitian atau analisis sosial dapat melibatkan beberapa langkah dan pendekatan. Berikut adalah beberapa cara untuk mengaplikasikan teori Strukturasi:
 
Identifikasi Struktur Sosial: Langkah pertama adalah mengidentifikasi struktur sosial yang relevan dalam konteks penelitian atau analisis. Struktur sosial dapat mencakup norma-norma, nilai-nilai, hierarki, aturan, institusi, dan pola-pola tindakan kolektif dalam masyarakat. Mengidentifikasi struktur sosial akan membantu dalam pemahaman tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan sosial.
 
Analisis Agensi Individu: Selanjutnya, fokus pada agensi individu, yaitu pengetahuan, keyakinan, dan praktek individu yang mempengaruhi tindakan mereka. Analisis ini melibatkan memahami bagaimana individu menginterpretasikan struktur sosial, membuat pilihan, dan berperilaku berdasarkan pengetahuan dan keyakinan mereka. Penting untuk memperhatikan peran agensi individu dalam membentuk dan mempengaruhi tindakan sosial.
 
Hubungan Antara Struktur dan Agensi: Salah satu tujuan utama teori Strukturasi adalah memahami hubungan yang saling mempengaruhi antara struktur sosial dan agensi individu. Dalam analisis, perhatikan bagaimana struktur sosial membatasi dan memberikan batasan pada agensi individu, sementara agensi individu juga berkontribusi pada pembentukan, transformasi, atau reproduksi struktur sosial. Identifikasi dan jelaskan interaksi dan hubungan dinamis ini.
 
Perhatikan Konteks Waktu-Ruang: Teori Strukturasi juga menekankan pentingnya memperhatikan konteks waktu-ruang dalam analisis sosial. Mengaplikasikan teori ini memerlukan pemahaman tentang perubahan sosial, modernitas, dan globalisasi dalam konteks spesifik yang sedang diteliti. Perhatikan bagaimana perubahan dalam teknologi, mobilitas, dan komunikasi mempengaruhi interaksi sosial dan pola tindakan.
 
Melihat Proses Strukturasi: Dalam analisis, perhatikan bagaimana proses strukturasi terjadi dalam tindakan sosial. Identifikasi bagaimana individu dalam tindakan mereka memberikan makna dan merespons struktur sosial, serta bagaimana tindakan individu dapat mempengaruhi dan mengubah struktur sosial. Fokus pada interaksi dinamis antara struktur dan agensi.
 
Pendekatan Metodologi yang Cocok: Pilih pendekatan metodologi yang sesuai dengan tujuan penelitian atau analisis Anda. Pendekatan kualitatif seperti wawancara, observasi, atau analisis naratif dapat membantu dalam memahami pengalaman individu dan interaksi sosial. Pendekatan kuantitatif seperti survei atau analisis statistik dapat digunakan untuk menggali pola-pola tindakan kolektif dalam masyarakat.
 
seperti dualitas struktur, agensi, strukturasi, dan jarak waktu-ruang. Selain itu, juga penting untuk mengkombinasikan teori dengan metodologi penelitian yang tepat serta melibatkan analisis data yang komprehensif untuk mendukung temuan dan kesimpulan yang diperoleh.
 
Dalam praktiknya, aplikasi teori Strukturasi dapat bervariasi tergantung pada konteks penelitian atau analisis yang dilakukan. Misalnya, dalam penelitian tentang perubahan sosial, teori Strukturasi dapat digunakan untuk memahami bagaimana agensi individu mempengaruhi perubahan dalam struktur sosial, serta bagaimana perubahan dalam struktur sosial mempengaruhi tindakan individu.
 
Dalam analisis organisasi atau kebijakan publik, teori Strukturasi dapat digunakan untuk memahami bagaimana struktur organisasi atau kebijakan mempengaruhi tindakan individu di dalamnya, serta bagaimana tindakan individu dapat mempengaruhi dan merubah struktur organisasi atau kebijakan tersebut.
 
Penerapan teori Strukturasi juga dapat melibatkan penggunaan studi kasus, analisis konten, atau pengamatan lapangan untuk mengumpulkan data yang relevan dengan tujuan penelitian atau analisis. Selanjutnya, data tersebut dapat dianalisis dengan menggunakan kerangka teori Strukturasi untuk menghasilkan pemahaman yang lebih dalam tentang interaksi sosial dan hubungan antara individu dan struktur sosial.
 
Penting untuk mengakui bahwa aplikasi teori Strukturasi tidak selalu sederhana dan dapat melibatkan kompleksitas dalam analisis dan interpretasi data. Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam tentang teori dan konsep-konsep yang terkait diperlukan untuk menerapkan teori Strukturasi dengan baik.
 
CONTOH KASUS DARI TEORI ANTHONY GIDDENS
Salah satu contoh kasus yang dapat dianalisis dengan menggunakan teori Strukturasi Anthony Giddens adalah perubahan dalam pola konsumsi masyarakat dalam era globalisasi. Berikut adalah gambaran umum tentang bagaimana teori Strukturasi dapat diterapkan dalam konteks ini:
 
Identifikasi Struktur Sosial: Identifikasi struktur sosial yang terlibat dalam pola konsumsi. Misalnya, norma-norma budaya, nilai-nilai, peran media, sistem ekonomi, dan institusi terkait seperti perusahaan dan pemerintah.
 
Analisis Agensi Individu: Fokus pada agensi individu dalam memilih dan mempengaruhi pola konsumsi mereka. Perhatikan faktor-faktor seperti preferensi pribadi, keinginan, pengalaman, pengetahuan, dan kapasitas ekonomi individu.
 
Hubungan Antara Struktur dan Agensi: Jelaskan bagaimana struktur sosial membatasi dan memberikan batasan pada agensi individu dalam memilih dan melakukan konsumsi. Misalnya, pengaruh iklan, tekanan sosial, atau pembatasan ekonomi yang mungkin mempengaruhi pilihan konsumsi individu.
 
Perhatikan Konteks Waktu-Ruang: Perhatikan bagaimana globalisasi dan kemajuan teknologi informasi mempengaruhi pola konsumsi. Perhatikan perubahan dalam aksesibilitas produk dan jasa global, pertumbuhan perdagangan elektronik, atau pengaruh tren global dalam preferensi konsumen.
 
Melihat Proses Strukturasi: Analisis bagaimana proses strukturasi terjadi dalam pola konsumsi. Bagaimana individu merespons dan menginterpretasikan struktur sosial, serta bagaimana tindakan individu mempengaruhi dan mengubah struktur sosial terkait konsumsi.
 
Studi Kasus dan Analisis Data: Gunakan studi kasus atau analisis data untuk menggali pola-pola konsumsi dalam masyarakat tertentu. Misalnya, analisis perilaku konsumen dalam kelompok demografis tertentu atau pengaruh struktur sosial terhadap preferensi konsumen.
 
Dalam contoh ini, teori Strukturasi dapat membantu dalam memahami bagaimana interaksi antara struktur sosial dan agensi individu mempengaruhi perubahan dalam pola konsumsi. Teori ini memungkinkan kita untuk melihat bagaimana norma-norma budaya, media, dan faktor ekonomi mempengaruhi pilihan konsumen, serta bagaimana individu dalam tindakan mereka juga berkontribusi dalam membentuk dan merubah struktur sosial terkait konsumsi.
 
CONTOH KASUS NYATA DARI TEORI INI
Salah satu contoh kasus nyata yang dapat dianalisis dengan menggunakan teori Strukturasi Anthony Giddens adalah perubahan dalam hubungan gender dalam masyarakat kontemporer. Berikut adalah gambaran umum tentang bagaimana teori Strukturasi dapat diterapkan dalam konteks ini:
 
Identifikasi Struktur Sosial: Identifikasi struktur sosial yang terlibat dalam hubungan gender. Ini meliputi norma-norma gender, peran gender yang diterima, institusi keluarga dan perkawinan, struktur ekonomi, dan sistem kebijakan yang terkait dengan gender.
 
Analisis Agensi Individu: Fokus pada agensi individu dalam membentuk dan mempengaruhi hubungan gender. Perhatikan bagaimana individu memahami dan mempraktikkan peran gender, serta bagaimana individu berkontribusi pada perubahan atau pemeliharaan norma-norma gender dalam tindakan mereka.
 
Hubungan Antara Struktur dan Agensi: Jelaskan bagaimana struktur sosial mempengaruhi agensi individu dalam mempengaruhi hubungan gender. Misalnya, bagaimana norma-norma gender membatasi atau memberikan batasan pada individu dalam pemilihan karir, peran dalam rumah tangga, atau partisipasi dalam kegiatan sosial.
 
Perhatikan Konteks Waktu-Ruang: Perhatikan bagaimana perubahan sosial, modernitas, dan globalisasi mempengaruhi hubungan gender. Misalnya, bagaimana pergeseran budaya dan perubahan dalam tuntutan ekonomi mempengaruhi peran gender dan harapan dalam masyarakat.
 
Melihat Proses Strukturasi: Analisis bagaimana proses strukturasi terjadi dalam hubungan gender. Bagaimana individu menafsirkan dan merespons struktur sosial dalam konteks hubungan gender, serta bagaimana tindakan individu dapat mempengaruhi dan mengubah norma-norma gender dalam masyarakat.
 
Studi Kasus dan Analisis Data: Gunakan studi kasus atau analisis data untuk menggali pola-pola hubungan gender dalam masyarakat tertentu. Misalnya, analisis perubahan peran gender dalam rumah tangga, partisipasi perempuan dalam tenaga kerja, atau pengaruh struktur sosial dalam stereotip gender.
 
Dalam contoh ini, teori Strukturasi membantu dalam memahami bagaimana Dalam contoh ini, teori Strukturasi Anthony Giddens dapat membantu dalam memahami bagaimana hubungan gender tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor struktural seperti norma-norma sosial dan peran gender yang ditetapkan, tetapi juga oleh agensi individu dalam menginterpretasikan, menafsirkan, dan mengubah norma-norma tersebut.
 
Misalnya, melalui pendekatan Strukturasi, kita dapat memperhatikan bagaimana individu, terutama perempuan, dalam tindakan mereka, berkontribusi pada perubahan dalam hubungan gender. Misalnya, melalui pengambilan keputusan untuk mengejar karir, menantang peran tradisional dalam keluarga, atau berpartisipasi dalam gerakan feminis, individu-individu ini berinteraksi dengan struktur sosial yang ada dan pada gilirannya, mempengaruhi struktur tersebut.
 
Selain itu, teori Strukturasi juga membantu dalam memahami bagaimana individu secara aktif berpartisipasi dalam reproduksi dan transformasi norma-norma gender melalui praktik-praktik sehari-hari. Misalnya, dalam konteks rumah tangga, individu-individu dapat menegosiasikan dan membentuk peran-peran yang lebih egaliter, membagi tanggung jawab domestik secara lebih merata, atau menantang stereotip gender yang ada.
 
Dalam hal ini, teori Strukturasi tidak hanya menyoroti peran struktur sosial dalam membatasi dan membentuk tindakan individu, tetapi juga mengakui agensi individu dalam mempengaruhi dan merubah struktur sosial itu sendiri. Dengan demikian, teori ini membuka ruang untuk memahami dinamika kompleks dalam hubungan gender dan perubahan yang terjadi dalam konteks sosial yang lebih luas.
 
KESIMPULAN
Kesimpulan dari teori Anthony Giddens dan Jeremy Bentham adalah sebagai berikut:
 
Teori Jeremy Bentham, khususnya teori Panopticon, menekankan kontrol sosial dan pengawasan sebagai instrumen penting dalam mempertahankan ketaatan dan disiplin dalam masyarakat. Teori ini berfokus pada struktur kekuasaan dan pengaruhnya terhadap individu. Bentham berpendapat bahwa dengan menciptakan sistem pengawasan yang terus-menerus, masyarakat dapat diatur dengan lebih efektif. Panopticon juga memberikan landasan bagi pemikiran tentang privasi, kebebasan, dan etika dalam konteks pengawasan.
 
Di sisi lain, teori Anthony Giddens, terutama teori Strukturasi, menggabungkan elemen struktur sosial dan agensi individu dalam memahami interaksi sosial. Giddens berpendapat bahwa struktur sosial dan agensi saling terkait dan saling mempengaruhi. Struktur sosial memberikan batasan dan pilihan bagi individu, tetapi individu juga memiliki kemampuan untuk mempengaruhi dan merubah struktur sosial melalui tindakan mereka. Teori ini menekankan pentingnya konteks waktu dan ruang dalam memahami dinamika sosial.
 
Kesimpulan umum dari kedua teori ini adalah pentingnya mempertimbangkan hubungan antara individu dan struktur sosial dalam memahami perilaku sosial dan perubahan sosial. Jeremy Bentham menekankan pengaruh struktur kekuasaan dan kontrol sosial dalam membentuk perilaku individu, sementara Anthony Giddens mengakui peran agensi individu dalam membentuk dan merubah struktur sosial. Kedua teori ini memberikan perspektif yang berbeda dalam menganalisis dan memahami fenomena sosial, dan keduanya memberikan kontribusi penting dalam studi tentang masyarakat dan perilaku manusia di dunia ini.
 
DAFTAR PUSTAKA
https://ejournal.unisbablitar.ac.id/index.php/translitera/article/view/989
https://journal.ugm.ac.id/wisdom/article/view/12583
http://ejournal.unkafa.ac.id/index.php/miyah/article/view/276
http://criticaltheoryindex.org/assets/panopticonorinspectionhousecontainingtheideaofanewprincipleofconstruction.pdf
https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/14660970.2011.548363
 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun