Doa adalah perwujudan kerendahan seorang hamba kepada penciptanya. Ketika seseorang mengalami kesulitan maka tempat kembali yang sangat tepat adalah kepada tuhannya yaitu Allah SWT. Kaitannya dengan menuntut ilmu, bukanlah hal yang mudah dalam perjalanan menuntut ilmu. Banyak lika-liku yang akan menghadang ketika pencarian ilmu, seperti kesulitan dalam memahami ilmu, biaya yang tidak mencukupi, terbatasnya guru yang tersedia ataupun daerah yang minim akan lembaga pendidikan.
Melanjutkan penjelasan di bagian sebelumnya mengenai kiat-kiat dalam menuntut ilmu salah satunya adalah dengan memohon pertolongan kepada Allah atau berdoa. Ketika seorang penuntut ilmu mengalami kesulitan dalam menuntut ilmu, maka hendaklah ia berdoa. Karena sudah dijelaskan dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 186 bahwa Allah akan mengabulkan segala permintaan dari hamba-Nya selama ia mengikuti perintah dan beriman kepada Allah.
Adapun Muhammad Mahmud Abdullah menerangkan tentang kekuatan doa dalam bukunya, bahwa doa adalah senjata orang mukmin dalam mengatasi bencana. Doa adalah obat yang paling bermanfaat serta sebagai musuh pada bencana. Bencana akan teratasi dan tertolak oleh doa yang dipanjatkan kepada Allah SWT. Kaitannya dengan menuntut ilmu, bencana di sini dapat diartikan dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi ketika menuntut ilmu.[1] Tercantum pula dibukunya Muhammad Mahmud ini mengenai hadist yang diriwayatkan oleh Hakim dalam shahihnya dari hadist Ali bin Abi Thalib r.a, Rasulullah bersabda:
Â
Â
"Doa adalah senjata orang muknin dan tiang agama serta cahaya langit dan bumi"
Â
Dari pernyataan tersebut, doa memiliki peran yang besar dalam hal menuntut ilmu. Hal ini dimaksudkan agar ilmu dapat bermanfaat dan mudah dipahami. Adapun doa adalah metode paling mudah dan paling efektif, bahkan dikatakan gratis sama sekali. Apabila setiap manusia yakin pada keinginannya yang akan dikabulkan oleh Allah maka dengan kehendak Allah keinginan tersebut akan terkabul. Karena ketika berdoa maka haruslah mengingat ayat berikut:
Â
Â
Kamu tidak dapat berkehendak, kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam. (At-Takwir: 29)[2]