Masyarakat Desa Sumberejo mayoritas bermatapencaharian sebagai petani kentang (Solanum tuberosum L.) dan cabai (Capsicum annum L.). Kedua komoditas tersebut dibudidayakan karena permintaan dan harga pasar yang cukup tinggi, tetapi ada permasalahan yang menjadi keluhan petani yaitu tentang hama dan penyakit pada tanaman kentang dan cabai.Â
Misalnya lalt buah, kumbang, apids dan penyakit virus gemini, layu fusarium dan Phytopthora yang sering menyerang kedua komoditas tersebut karena satu famili. Selama ini pengendalian hama penyakit masih  mengandalkan pestisida kimia dengan dosis yang cukup tinggi.Â
Dalam jangka panjang hal ini menyebabkan hama dan penyakit menjadi ressitan terhadap pestisida kimia. hal tersebut dapat berdampak terhadap menurunnya produksi kentang dan cabai.Â
Melalui program KKN yang dilakukan mahasiswa Fakultas Pertanian dan Bisnis UKSW dengan tema Desa Teknologi. Mahasiswa dan petani Desa Sumberejo mencoba mengatasi permasalahan tersebut dengan cara memberikan sosialisasi dan implementasi tentang manfaat Trichoderma spp. sebagai agen hayati, penerapan Yellow trap sebagai perangkap hama dan pembuatan modul tentang pola tanam yang sesuai.Â
Trichoderma spp. merupakan agen hayati yang dapat menjadi musuh dari penyakit layu fusarium dan hawar daun. selain itu Trichoderma spp. juga dapat membantu mengurai bahan organik tanah. Sementara untuk penerapan Yellow trap berguna sebagai perangkap hama seperti lalat buah, kutu daun, kepik, dan kutu kebul.Â
Pembuatan modul tentang pola tanam bertujuan sebagai panduan petani untuk melakukan tumpangsari. Hal ini menjadi salah satu cara yang ekfektif untuk mengurangi serangan hama terhadap satu jenis komoditi.Â
Selama sosialisasi tentang Trichoderma spp., Yellow trap, dan pola tanam petani Desa Sumberejo mendapatkan pengetahuan yang baru dalam menangani hama penyakit. Salah satu petani memberikan respon "Ternyata Trichoderma spp. dapat dikembangkan dengan mudah menggunakan alat sederhana dan media jagung."Â
Sementara itu salah satu petani cabai memberikan respon juga bahwa "Di lahan saya perangkap Yellow Trap bekerja cukup efektif dan pembuatannya mudah hanya menggunakan botol bekas dan lem perekat".Â
Mahasiswa FPB UKSW berharap dengan adanya modul tentang pola tanam tumpangsari dapat mengubah kebiasaan petani yang terbiasa dengan pola tanam yang kurang efektif, selain itu juga untuk program-program KKN yang telah dilaksanakan dapat dilanjutkan oleh petani.