Randai merupakan permainan/ seni pertunjukan yang dimainkan secara berkelompok, dalam pertunjukan permainan randai juga terdapat seni tari, seni drama, dan seni beladiri yaitu silat.Â
Randai menggambarkan kearifan lokal masyarakat Minangkabau, melekat pada fisik sekaligus batin individu yang membentuk keutuhan masyarakat bernagari. Nilai-nilai kesenian tradisional dalam randai menjadi representasi norma dan kebiasaan yang berlaku di masyarakat Minang; kesenian dianggap rancak (bagus, elok) apabila tidak menyimpang dari norma adat, dan kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat Minangkabau.Â
Unsur dialog dalam randai, misalnya, menjadi satu unsur yang bermuatan nilai-nilai karakter kerja sama komunikatif dan patut dipahami dan ditanamkan kepada generasi muda Selain itu, kompleksitas unsur seni pertunjukan meliputi sastra, kaba, musik, tari, gerak silat, tari, dan dendang menguatkan alasan perlunya untuk dilestarikan
Randai adalah salah satu bentuk seni pertunjukan tradisional masyarakat Minangkabau yang sering dipertunjukkan dalam acara profan seperti pesta panen, pesta perkawinan, pesta perhelatan penghulu, serta acara serupa lainnya.Â
Randai memiliki unsur-unsur struktur yang esensial, yaitu (a) adanya unsur tarian atau improvisasi yang berfungsi sebagai pemenggal adegan selanjutnya yang disebut galombang atau gelombang; (b) dendang yang berfungsi untuk menyampaikan cerita, disebut gurindam; serta (c) cerita sebagai rangkaian tubuh peristiwa yang dilakonkan. Dari segi fungsi, randai berfungsi sebagai (a) alat pendidikan moral bagi masyarakat; (b) alat untuk membina dan mengembangkan rasa solidaritas antarmasyarakat pemiliknya, (c) wadah produktif untuk menciptakan kesegaran kondisi mentalitas anggota masyarakat, dan (d) wadah untuk mengungkapkan problema perasaan
Navis menyatakan bahwa randai dengan lakon dan cerita, pertama kali muncul dimulai di daerah Payakumbuh, bertepatan setelah kemunculan pementasan randai Cindur Mato.Â
Pendapat lain, Zulkifli menyatakan, secara etnodramaturgi randai terdiri dari dua aspek pagelaran, yaitu a) teks pergelaran randai; dan b) teks lakon randai.Â
Seturut dengan itu, menurut Wendy dilihat dari teks pergelaran randai terdapat tiga aspek fundamental, yakni a) aspek galombang; b) aspek dendang; dan c) aspek carito-buah kato.
Aspek galombang, yaitu komposisi gerak berkeliling dalam format lingkaran yang disebut pamain galombang. Aspek dendang (gurindam), yaitu komposisi vokal yang dilakukan oleh 2 sampai 3 orang yang disebut Tukang Dendang, sebagai wujud menarasikan setiap bagian transisi sambungan (legaran tagak) dalam penceritaan randai.Â
Aspek carito-buah kato, yaitu tatanan pemeranan oleh sejumlah pamain carito (sebutan untuk laki-laki) dan biduan (sebutan untuk perempuan). Buah kato adalah daya tutur dalam format pantun dan gurindam sebagai upaya mewujudkan penceritaan (carito) yang telah disusun menjadi bagian-bagian cerita (legaran duduak) tertentu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H