Mohon tunggu...
Fani Fadilah
Fani Fadilah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

saya memiliki hobi mendengarkan lagu dan menonton film

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pengaruh Emisi Gas Rumah Kaca terhadap Pencemaran Lingkungan

24 Desember 2024   12:47 Diperbarui: 24 Desember 2024   12:54 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : pinterest

Efek rumah kaca, sebagai fenomena alam, berperan dalam menjaga suhu Bumi agar kondusif bagi kehidupan. Namun, peningkatan konsentrasi gas rumah kaca akibat aktivitas antropogenik, terutama pembakaran bahan bakar fosil, telah mengganggu keseimbangan iklim global. Akumulasi gas-gas ini dalam atmosfer menyebabkan efek rumah kaca yang semakin intensif, mengakibatkan peningkatan suhu rata-rata permukaan Bumi. Intensifikasi efek rumah kaca akibat aktivitas manusia telah memicu pemanasan global. Pemanasan global ini, pada gilirannya, menyebabkan berbagai dampak lingkungan yang serius, seperti perubahan iklim ekstrem dan kenaikan permukaan air laut, yang mengancam keberlangsungan ekosistem (Irma, M. F., & Gusmira, E., 2024).

Pertanyaan mendasar tentang pentingnya menjaga lingkungan adalah pertanyaan tentang kelangsungan hidup umat manusia. Perubahan iklim, yang disebabkan oleh peningkatan konsentrasi gas rumah kaca seperti karbon dioksida dan metana akibat aktivitas industri dan transportasi, telah mengancam keseimbangan ekosistem global. Emisi gas rumah kaca adalah pelepasan gas-gas yang memerangkap panas matahari di atmosfer, menyebabkan pemanasan global (Iqbal, F. M., & Ruhaeni, N., 2022). Oleh karena itu, manajemen lingkungan diperlukan untuk mengurangi dampak perubahan iklim dan menjaga bumi. Tujuan dari essay ini adalah untuk mengetahui pengaruh emisi gas rumah kaca terhadap pencemaran lingkungan, dengan memberikan contoh berupa studi kasus.

Pengaruh Emisi Gas Rumah Kaca Pertumbuhan ekonomi yang pesat seringkali diiringi oleh peningkatan aktivitas industri dan transportasi, yang pada gilirannya meningkatkan emisi gas rumah kaca ke atmosfer. Gas- gas rumah kaca ini, terutama karbon dioksida dan metana, berperan sebagai selimut yang menyelimuti bumi, memerangkap panas matahari dan menyebabkan suhu bumi meningkat. Fenomena ini dikenal sebagai pemanasan global. Emisi gas rumah kaca menyebabkan berbagai masalah kesehatan dan lingkungan. Partikel-partikel halus yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil dapat merusak paru-paru dan menyebabkan penyakit pernapasan. Lebih lanjut, pencemaran udara juga berkontribusi pada pembentukan hujan asam yang merusak ekosistem perairan dan hutan (Kurnia, A., & Sudarti, S., 2021). Meskipun pertumbuhan ekonomi seringkali dikaitkan dengan penggunaan bahan bakar fosil, namun ketergantungan yang berlebihan terhadap sumber daya yang terbatas ini justru mengorbankan lingkungan dan kesehatan manusia dalam jangka panjang. Perlu diingat bahwa dampak perubahan iklim tidak dirasakan secara merata, dan masyarakat miskin seringkali menjadi korban terbesar.

Demi menekan laju perubahan iklim, pemerintah Indonesia telah melakukan manajemen perubahan dalam sektor energi untuk menghadapi tantangan perubahan iklim. Salah satu kebijakan penting adalah target penggunaan energi baru dan terbarukan sebesar 23% pada tahun 2025 dan 31% pada tahun 2050, seperti tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2014. Kebijakan ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil yang menjadi penyebab utama emisi gas rumah kaca. Menghadapi tantangan perubahan iklim, pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca melalui transisi energi ke sumber yang lebih bersih dan berkelanjutan. Kebijakan Energi Nasional yang ditetapkan pemerintah menargetkan peningkatan penggunaan energi baru dan terbarukan dalam beberapa tahun ke depan (Pramudiyanto, A. S., & Suedy, S. W. A., 2020).

Studi Kasus di Kabupaten Batang, Jawa Tengah

Studi kasus oleh Audia, D., & Saputri, N. A. R. (2023), bertujuan untuk mengetahui apakah pembangunan Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) mempengaruhi jumlah emisi gas rumah kaca di daerah tersebut. Investasi asing memang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi negara berkembang, namun seringkali diiringi oleh dampak negatif terhadap lingkungan. Salah satu contohnya adalah peningkatan emisi gas rumah kaca akibat alih fungsi lahan dari pertanian menjadi kawasan industri. Pembangunan industri di Batang telah menyebabkan berkurangnya lahan hijau yang berfungsi menyerap karbon dioksida. Akibatnya, emisi gas rumah kaca di wilayah ini cenderung meningkat, berkontribusi pada perubahan iklim global. Data menunjukkan bahwa peningkatan investasi asing di Batang selama periode 2017- 2020 berbanding lurus dengan penurunan luas lahan pertanian dan peningkatan emisi gas rumah kaca.

Kesimpulan

Emisi gas rumah kaca akibat aktivitas manusia menjadi ancaman serius bagi pencemaran lingkungan. Peningkatan suhu bumi merupakan salah satu dampak nyata dari pemanasan global yang disebabkan oleh akumulasi gas rumah kaca di atmosfer. Solusi yang dapat diterapkan dengan memanfaatkan sumber energi yang bersih. Dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya energi terbarukan seperti biomassa, pemerintah berharap dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan memperbaiki kualitas udara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun