SLAWI- Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, yang ditandai dengan adanya perubahan fisik, emosi, dan mental. Dimana pada remaja kebanyakan yaitu Pertumbuhan fisik yang pesat, Kesadaran diri yang tinggi, Selalu tertarik untuk mencoba hal yang baru, Mulai memahami perbedaan antara diri mereka dan norma-norma sosial.Â
Pada masa ini para remaja mulai mencari jati diri masing-masing.Â
Contoh yang bisa diambil yaitu mengenai balap liar. Balap liar merupakan suatu fenomena yang semakin meresahkan masyarakat di berbagai daerah, termasuk di Slawi khususnya di jl. Banjaranyar, Kabupaten Tegal. Setiap akhir pekan, jalanan di kota ini kerap dipadati oleh aksi balapan liar yang dilakukan oleh anak-anak muda.Â
Selain membahayakan diri sendiri, balapan ini juga dapat mengancam keselamatan pengguna jalan lain yang sedang berlalu lalang dijalan tersebut, selain itu dapat menimbulkan keresahan bagi warga sekitar. Kejadian ini berlangsung dari pukul 01.00 WIB dini hari sampai menjelang subuh tiba. Balap liar ini merupakan salah satu contoh kenakalan remaja.
Â
Ada beberapa faktor yang menyebabkan balap liar terus berkembang diwilayah ini, terutama di kalangan remaja. Pertama, kurangnya fasilitas sirkuit resmi bagi para penggemar balap motor.
 Di Kabupaten Tegal, sarana atau arena balap resmi masih minim, sehingga anak-anak muda lebih memilih jalan umum untuk menyalurkan hobinya. Kegiatan ini terkadang dapat menimbulkan konflik antara pembalap satu dengan yang lain.Â
Dikarenakan adanya perbedaan spek mesin pada motor yang digunakan, terkadang ada pembalap yang mencuri garis start serta tidak terima dengan kekalahan atas balap liar tersebut. Tidak menutup kemungkinan terjadinya kecelakaan antara sesama pembalap.
Â
Kedua, balap liar sering kali menjadi ajang pembuktian diri. Banyak remaja yang ingin menunjukkan keberanian, kemampuan mengendarai motor dengan kecepatan tinggi dan cepat, dan hanya untuk mendapatkan pengakuan dari kelompok teman-temannya bermain sehingga dapat ditakuti oleh kelompok lai. Hal ini membuat balapan liar menjadi tren sosial yang sulit dihentikan dan dapat dimaklumi yang dilakukan oleh remaja.
Â
Ketiga, kurangnya pengawasan orang tua terhadap anaknya dan tindakan tegas dari pihak berwenang. Meskipun pihak kepolisian sering melakukan razia setiap minggunya balap liar ini tetap terus terjadi, terutama pada malam hari saat situasi jalan lebih sepi dan pengawasan berkurang.Â
Terkadang ada beberapa dari polres sekitar yang menjaga tempat tersebut. Tetapi, naasnya mereka melakukan kegiatan balap liar tersebut di daerah lain.
Â
Balap liar jelas memiliki dampak yang sangat buruk, baik dari sisi keselamatan maupun ketertiban umum. Kecelakaan akibat balapan ini kerap terjadi, dengan korban yang tidak hanya dari pelaku balapan, tetapi juga pengguna jalan lainnya.Â
Selain itu, suara bising dari motor yang dimodifikasi untuk kecepatan tinggi sering mengganggu kenyamanan warga yang tinggal di sekitar lokasi balap liar. Terkadang penduduk desa juga geram dengan aksi tersebut dan sering kali melempar bambu ke jalanan yang sering dibuat balapan tetapi para pembalap liar tersebut tidak kapok dengan kejadian tersebut.Â
Hal ini memerlukan peran penting orang tua untuk melakukan pengawasan kepada anaknya ketika hari beranjak malam. Tetapi tidak menutup kemungkinan anak tersebut tidak jujur dengan orang tua terkait dengan kegiatan balap liar.
Â
Dari sisi hukum, balap liar juga merupakan sebuah pelanggaran. Mereka yang terlibat dapat dikenakan sanksi pidana, baik karena mengganggu ketertiban umum, tidak memiliki izin balap, hingga penggunaan kendaraan yang tidak sesuai dengan standar keselamatan.Â
Biasanya para pembalap yang ditangkap polisi akan dibawa ke polsek terdekat untuk diberikan binaan dan diberikan hukuman menyita motor selama beberapa bulan. Tetapi tidak sampai di masukan ke penjara dan di pulangkan.
Â
Beberapa langkah telah diambil oleh pihak berwenang untuk mengatasi fenomena ini. Patroli rutin dilakukan, terutama pada malam minggu, saat balap liar paling sering terjadi. Polisi juga kerap menggelar razia di jalan-jalan yang sering dijadikan arena balapan. Selain itu, edukasi kepada remaja mengenai bahaya balap liar juga terus dilakukan. Tetapi kurang membuahkan hasil buktinya masih ada remaja yang tidak peduli tentang bahayanya kegiatan balap liar tersebut.
Â
Namun, solusi jangka panjang memerlukan pendekatan yang lebih komprehensif. Pemerintah daerah bisa mempertimbangkan pembangunan sirkuit balap resmi sebagai tempat bagi penggemar otomotif untuk menyalurkan hobinya dengan aman.Â
Selain itu, diperlukan kerja sama antara pemerintah, sekolah, dan keluarga untuk memberikan pemahaman kepada remaja tentang bahaya serta konsekuensi hukum dari balap liar. Dan tidak menganggu kenyamanan warga sekitar serta tidak menganggu perjalanan orang lain.
Â
Maraknya balap liar setiap weekend di Slawi, Kabupaten Tegal, merupakan masalah yang perlu mendapatkan perhatian serius. Dengan upaya yang terkoordinasi antara pihak berwenang, pemerintah, dan masyarakat, diharapkan fenomena ini dapat ditekan, sehingga tercipta lingkungan yang lebih aman dan tertib. Edukasi, penegakan hukum, serta penyediaan fasilitas yang memadai adalah kunci untuk mengatasi masalah balap liar di daerah ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H