Mohon tunggu...
Fanisa Vesfaiz
Fanisa Vesfaiz Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menanamkan Kebanggaan Diri pada Anak Pekerja Migran Indonesia

24 Maret 2019   14:39 Diperbarui: 24 Maret 2019   14:49 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pernahkah anda melihat anak yang selalu takut untuk melakukan suatu hal baru? Atau justru di sekitar anda ada anak yang hiperaktif dan tidak pernah takut mengambil resiko dari hal baru? Hal itu terjadi karena dampak dari metode pengasuhan dan pendidikan di keluarga.

Anak yang selalu dimarahi ketika berbuat salah cenderung tidak ingin melakukan hal baru yang belum ia ketahui karena ia takut dimarahi jika salah. Menurut Huffington Post, Daniel Wong dalam bukunya yang berjudul 16 Keys To Motivating Your Teenger menyebutkan bahwa salah satu kalimat yang ingin didengar anak dari orangtuanya adalah "I'm proud of you".

Ada orang tua yang sering mengatakan kalimat itu kepada anaknya ketika anaknya berhasil melakukan sesuatu, namun ada juga orang tua yang jarang sekali mengucapkan kalimat itu meski anaknya telah berhasil mencapai sesuatu. Bahkan tak jarang orang tua yang membanding-bandingkan anaknya dengan anak orang lain. Sesungguhnya itu kurang baik untuk perkembangan mental seorang anak.

Peran orang tua sangat lah penting dalam pembentukan mental dan karakter seorang anak. Karena pembelajaran pertama yang akan dirasakan oleh anak ialah dari keluarga intinya terlebih dahulu. Salah satu yang bisa membantu membentuk mental dan karakter seorang anak ialah rasa bangga yang ditunjukkan orang tua terhadap anaknya. Mengapresiasi akan usaha baik anak itu juga sangat membantu dalam proses pembentukan karakter sikap bangga pada anak.

Bagaimana jika memang tidak ada yang bisa dibanggakan dari anak itu? Tidak mungkin. Setiap anak memiliki kapasitasnya masing-masing. Jika ia tidak pandai dalam suatu hal, pasti dia memiliki keunggulan di bidang lain. Tak terkecuali dengan anak-anak pekerja migran Indonesia. Meski mereka dalam kondisi ekonomi yang kurang misalnya, tidak menutup kemungkinan anak-anak tersebut untuk berkreasi dan membuat satu hal yang bisa membuat orang tuanya bangga.

Menumbuhkan rasa bangga terhadap diri sendiri bisa dimulai dari hal sederhana di dalam keluarga. Contohnya, ketika anak sedang belajar berhitung. Ada kesalahan dalam berhitungnya, cobalah puji terlebih dahulu usahanya baru meluruskan.

Jangan serta-merta anda mengatakan "sudah diajarkan, mengapa masih salah?" Itu bisa mematahkan semangat belajar anak kedepannya. Tunjukkan dahulu rasa bangga anda kepada anak anda. Karena dengan bangganya orang tua terhadap anaknya, anak itu akan selalu merasa ada yang mendukungnya dan akan terus semangat untuk melakukan suatu hal lebih baik lagi. 

Menanamkan rasa bangga terhadap diri sendiri memang penting untuk dilakukan, namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan terkait itu. Menanamkan itu sesuai dengan porsinya, sesuai dengan kebutuhannya, tidak lebih tidak kurang. Kurang menunjukkan rasa bangga pada anak akan membuat ia menjadi pribadi yang pesimis, malu, terbelakang, dan ia akan merasa seolah tidak ada yang mendukungnya.

Namun sebaliknya, jika rasa bangga terlalu ditunjukkan kepada anak dan itu membuat rasa bangga terhadap dirinya itu berlebihan, anak itu akan menjadi pribadi yang congkak, yang merasa bahwa dirinya lah yang terbaik. Itu tidak baik juga. Jadi, sebagai orang tua harus melakukan tindakan yang pas agar anak itu tumbuh sebagaimana yang diinginkan.

Bagaimana cara yang tepat untuk menumbuhkan rasa bangga terhadap anak?

Pertama, seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya, puji anak atas pencapaiannya. Jika memang ada yang perlu diluruskan usahakanlah menggunakan kalimat yang positif agar tidak langung mematahkan semangat anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun