Mohon tunggu...
Fandy Hutari
Fandy Hutari Mohon Tunggu... Wartawan dan penulis lepas -

Fandy Hutari adalah penulis, editor, wartawan. Pernah men jadi editor, wartawan, ghostwriter. Artikel dan cerpennya dimuat di berbagai media cetak dan online. Buku yang sudah dipublikasikan Sandiwara dan Perang; Politisasi Terhadap Aktifitas Sandiwara Modern Masa Jepang 1942-1945 (2009, 2015), Ingatan Dodol; Sebuah Catatan Konyol (2010), Hiburan Masa Lalu dan Tradisi Lokal (2011), Manusia dalam Gelas Plastik (2012). Komunikasi di Facebook: Fandy Hutari, Twitter @fandyhutari, Blog: http://fandyhutari.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Merawat Tradisi Masa Lalu

30 Agustus 2011   13:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:21 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Resensi buku Hiburan Masa Lalu dan Tradisi Lokal di Solopos 15 Mei 2011. In­do­ne­sia ka­ya akan se­ni hi­bur­an dan tra­di­si lo­kal. Tak ter­hi­tung jum­lah­nya. Ka­dang-ka­dang bang­sa ki­ta tak sa­dar kan hal ini. Se­ba­gi­an pro­duk bu­da­ya ter­se­but ma­sih ber­ta­han di te­ngah gem­pur­an bu­da­ya po­pu­ler. Se­ba­gi­an lain, pe­lan ta­pi pas­ti, ma­kin su­rut dan akhir­nya ma­ti. Ke­ti­dak­meng­er­ti­an ter­ha­dap pro­duk se­ni, hi­bur­an, tra­di­si lo­kal sen­di­ri ini cu­kup mem­ri­ha­tin­kan. Ki­ta ba­ru sa­dar se­te­lah pro­duk bu­da­ya ki­ta di­klaim ne­ga­ra lain. Ra­mai-ra­mai me­nge­cam, ber­de­mo dan sebagainya. Pa­da­hal bi­sa ja­di klaim itu mun­cul ka­re­na ki­ta tak pe­du­li de­ngan pro­duk bu­da­ya sen­di­ri. Ba­nyak ca­ra un­tuk me­nun­juk­kan ke­pe­du­li­an ter­ha­dap ek­sis­ten­si pro­duk bu­da­ya itu. Fan­dy Hu­ta­ri me­wu­jud­kan de­ngan me­nu­lis. Bu­ku di ha­dap­an pem­ba­ca ini me­ru­pa­kan kum­pul­an esai yang ter­se­bar di ber­ba­gai me­dia. Bu­ku ini ter­di­ri atas li­ma ba­gi­an. Ba­gi­an I: Pang­gung san­di­wa­ra ki­ta. Ba­gi­an II : Bu­da­ya lo­kal. Ba­gi­an III : Di se­ki­tar ki­ta. Ba­gi­an IV : Ja­ngan lu­pa­kan. Ba­gi­an V : Pan­car­an la­yar pu­tih. Esai-esai ter­se­but umum­nya ber­ki­sah ten­tang se­ni per­tun­juk­an, ba­ik ber­ben­tuk san­di­wa­ra, film bi­su, hing­ga film mo­dern. Se­ba­gi­an lain­nya ber­bi­ca­ra ten­tang tra­di­si-tra­di­si lo­kal yang ham­pir pu­nah, se­per­ti ku­dang reng­gong, sin­tren, ci­ke­ruh­an, dan lain-lain. Ada ju­ga tra­di­si lain se­per­ti pan­jat pi­nang, to­peng mo­nyet, ga­sing dan se­ba­gai­nya. Pro­duk bu­da­ya yang di­tu­lis Fan­dy Hu­ta­ri ter­kait bu­da­ya da­ri ta­nah Sun­da, Ja­wa Ba­rat. Ka­re­na pe­nu­lis­nya me­mang sa­ngat ter­ta­rik de­ngan bu­da­ya da­ri dae­rah itu. Hi­bur­an Ma­sa La­lu dan Ta­di­si Lo­kal : Kum­pul­an Esai Se­ni, Bu­da­ya, dan Se­ja­rah In­do­ne­sia/Fandy Hutari/IN­SIST Press Yog­ya­kar­ta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun