Mohon tunggu...
Fandy Hutari
Fandy Hutari Mohon Tunggu... Wartawan dan penulis lepas -

Fandy Hutari adalah penulis, editor, wartawan. Pernah men jadi editor, wartawan, ghostwriter. Artikel dan cerpennya dimuat di berbagai media cetak dan online. Buku yang sudah dipublikasikan Sandiwara dan Perang; Politisasi Terhadap Aktifitas Sandiwara Modern Masa Jepang 1942-1945 (2009, 2015), Ingatan Dodol; Sebuah Catatan Konyol (2010), Hiburan Masa Lalu dan Tradisi Lokal (2011), Manusia dalam Gelas Plastik (2012). Komunikasi di Facebook: Fandy Hutari, Twitter @fandyhutari, Blog: http://fandyhutari.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Menelusuri Hiburan Masa Lalu

30 Agustus 2011   14:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:21 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Resensi buku Hiburan Masa Lalu dan Tradisi Lokal di Pikiran Rakyat, 18 Mei 2011.

INDONESIA kaya akan sejarah, seni, dan budaya. Sejarah mencatat, ada banyak ragam seni dan budaya yang berkembang di Indonesia, mulai dari Sabang sampai dengan Merauke. Kita bisa mendapati seni dan budaya yang unik dan indah, sarat akan nilai moral dan sosial. Namun, seiring dengan perjalanan waktu dan perkembangan zaman, seni, sastra, dan kebudayaan tradisional itu sering dilupakan dan menghilang begitu saja. Padahal, seharusnya warisan nenek moyang tersebut kitajaga dan lestarikan agar tidak punah ataupun diakui negara lain. Buku ini merupakan kumpulan beberapa artikel karya Fandy Hutari yang berusaha mengenang, sekaligus menelusuri kembali jejak-jejak historis seni dan budaya terutama yang berasal dari tanah Sunda (Jawa Barat). Dalam buku ini, dipaparkan beberapa artikel tentang seni pertunjukan, dari mulai masih berbentuk sandiwara, seperti Miss Tjitjih, Miss Riboet Orion, dan Dardanella, film bisu, hingga film modem. Juga tentang seni tradisional lokal yang sudah hampir punah, seperti reng-kong, kuda renggong, sintren, obrog, reog, nyadran, cikeruhan, panjat pinang, topeng monyet, dan gasing. Juga beberapa riwayat hidup orang-orang yang ikut terlibat dalam sejarah seni dan budaya di masa lalu. Disajikan dengan paparan yang jelas, singkat, dan padat, buku ini penting dibaca mengurai kembali kekayaan budaya bangsa yang indah dikenang, patut dibanggakan sekaligus dilestarikan. (Nia K. Suryanegara, Pusat Data Redaksi)**

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun