Mohon tunggu...
Fandy Arrifqi
Fandy Arrifqi Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Sedang berusaha menjadi manusia

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dakwah Politik: Penggunaan Agama sebagai Instrumen Mobilisasi Politik oleh Partai Keadilan Sejahtera

19 Agustus 2021   14:49 Diperbarui: 19 Agustus 2021   15:00 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena menggunakan afiliasinya dengan KAMMI, maka proses rekrutmen PKS ini terjadi di tingkat kampus. Proses rekrutmen ini dilakukan dengan membentuk kelompok-kelompok kecil dakwah. Kegiatan dakwah ini dikenal dengan nama liqo dan halaqah. Kegiatan liqo dan halaqah ini merupakan adaptasi dari gerakan dakwah yang dilakukan oleh Ikhwanul Muslimin di Mesir. Walaupun begitu, liqo dan halaqah bukan merupakan bagian dari kaderisasi formal KAMMI, karena kaderisasi formal KAMMI bersifat berjenjang dan bernama Daurah Marhalah (Suseno, 2014).

Kelompok liqo dan halaqah terdiri dari 3-12 orang dan dibimbing oleh seorang murabbi atau pembina. Kegiatan yang dilakukan dalam liqo dan halaqah ini adalah mengkaji dan mendiskusikan perihal ajaran-ajaran Islam. Mengenai materi ajaran Islam yang akan dikaji dan didiskusikan, telah diatur dalam sebuah kurikulum atau manhaj. Penentuan kurikulum ini tidak terlepas dari peran kader-kader PKS yang berada di KAMMI (Suseno, 2014).

Peran liqo dan halaqah di sini adalah sebagai instrumen untuk mencari bibit unggul calon kader PKS. Dari kelompok kecil liqo dan halaqah, seorang murabbi akan mengamati anggota-anggotanya. Jika ada yang menurutnya memiliki potensi, murabbi akan merekomendasikan anggota tersebut untuk mengikuti jenjang kaderisasi PKS selanjutnya. Jenjang kaderisasi PKS terdiri dari Training Orientasi Partai 1, Training Orientasi Partai 2, Training Dasar 1, Training Dasar 2, Training Lanjutan 1, Training Lanjutan 2, hingga terakhir yaitu Training Manajemen dan Kepemimpinan Sosial (Suseno, 2014).

Analisis

PKS masih merupakan partai kader. Hal ini dapat dilihat dari sistem rekrutmen kader partai yang kompleks dan ekstensif. Masih berjalannya metode dakwah sebagai wadah rekrutmen kader menunjukan bahwa kader partai masih memiliki signifikansi yang penting bagi PKS. Hal ini sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh Heidar (2006), yaitu kader partai memiliki peran penting untuk melakukan mobilisasi demi kepentingan elektoral.

Mobilisasi kader yang dilakukan oleh PKS dilakukan untuk dua tujuan, yaitu untuk merekrut anggota baru dan menyebarkan gagasan kepartaian. Kader PKS dimobilisasi untuk menjadi murabbi dari sebuah kelompok liqo dan halaqah. Dari kelompok liqo dan halaqah ini, kader PKS yang bertugas menjadi murabbi akan berusaha menginternalisasi nilai-nilai kepartaian kepada anggotanya. Selain itu, murabbi juga sekaligus melakukan seleksi terhadap anggotanya yang memiliki potensi untuk dikader oleh PKS. Oleh karena itu, strategi komunikasi politik kepada masyarakat yang digunakan oleh PKS adalah conversion strategy.

Dengan conversion strategy ini, PKS berusaha untuk meluaskan basis massanya. Usaha meluaskan basis massa ini dilakukan dengan terselubung dibalik kegiatan dakwah. Walaupun dari luar terlihat seperti gerakan menyebarkan ajaran Islam Tarbiyah ala Ikhwanul Muslimin, tetapi di dalamnya diselipkan materi nilai-nilai kepartaian PKS. Akibatnya, usaha perluasan basis massa ini tidak terlihat sebagai suatu gerakan politik sehingga lebih mudah diterima oleh masyarakat.

Salah satu kunci keberhasilan conversion strategy adalah masyarakat harus dikontak oleh tokoh yang mereka percaya. Di sinilah peran penting murabbi sebagai agen partai. Murabbi akan memposisikan dirinya sebagai tokoh agama ketimbang sebagai tokoh politik. Dengan begitu, ia akan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat. Hal ini tidak terlepas dari kepercayaan masyarakat yang tinggi terhadap tokoh agama. Menurut survei yang dilakukan oleh LSI, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap tokoh agama sebesar 85,1% (Gunadha & Aranditio, 2019).

Selain menggunakan metode dakwah, PKS juga menggunakan organisasi underbouw untuk melakukan rekrutmen dan mobilisasi. Melalui Garuda Keadilan dan KAMMI, PKS melakukan rekrutmen dan pembinaan kader. Proses pembinaan ini dilakukan melalui kegiatan training yang dilakukan di Garuda Keadilan maupun melalui kegiatan liqo dan halaqah di KAMMI. Melalui organisasi underbouw ini pula PKS memobilisasi kadernya untuk menyebarkan nilai-nilai kepartaian serta merekrut kader baru.

Dengan organisasi underbouw juga PKS bisa melebarkan sayap partai. Lingkungan kampus yang tidak bisa dimasuki langsung oleh partai politik dapat dimasuki oleh PKS melalui afiliasi informalnya dengan KAMMI. Begitu juga dengan Garuda Keadilan. Karena segmentasi Garuda Keadilan adalah pemuda tingkat SMA sampai mahasiswa, maka PKS dapat memasuki lingkungan sekolah yang seharusnya bebas dari praktik politik praktis.

Walaupun memiliki basis kader yang kuat, PKS tetap tidak bisa menghindar dari tren pergeseran partai politik menjadi partai catch-all. Demi persaingan elektoral, PKS tidak bisa hanya memanfaatkan suara dari basis gerakan Tarbiyah saja. Oleh karena itu, PKS juga harus menarik simpati dari segmentasi masyarakat yang lain. Walaupun begitu, tidak seperti partai Islam lainnya, PKS dapat tetap menjaga idealismenya mengenai gagasan keislaman yang dianut oleh partai (Mayrudin & Akbar, 2019). Hal ini berkat adanya sistem kaderisasi yang berjenjang dan kompleks. Dengan begitu, quality control terhadap calon kader tetap bisa berjalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun