Mohon tunggu...
Fandy Arrifqi
Fandy Arrifqi Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Sedang berusaha menjadi manusia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apa yang Salah dengan Valentine?

14 Februari 2019   23:56 Diperbarui: 29 November 2021   11:47 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sebuah fenomena dimana mayoritas rakyat Indonesia mengkampanyekan untuk menolak merayakan hari valentine yang jatuh pada setiap tanggal 14 Februari. Ya, mayoritas yang dimaksud disini ialah kelompok mayoritas yang ada di Indonesia. Setiap tahunnya mereka selalu mengkampanyekan anti-valentine dengan alasan bukan merupakan budaya mereka dan bertentangan dengan syariat.

Mari kita bahas sedikit mengenai sejarah hari valentine. Menurut detik.com, terdapat 2 versi sejarah hari valentine. Yang pertama adalah versi Saint Valentine yang dihukum mati oleh pemerintah Romawi karena diam-diam menikahkan tantara-tentara Romawi yang saat itu dilarang untuk menikah.

Yang kedua adalah hari valentine diciptakan untuk menandingi hari Lupercalia. Hari Lupercalia merupakan tradisi bangsa Romawi Kuno yang tidak beradab dimana para wanita akan dicambuk dengan harapan akan mendatangkan kesuburan. Lalu, tradisi ini diganti dengan tradisi yang mengedepankan kasih saying dan cinta.

Yang menjadi "halangan" dari perayaan valentine di Indonesia adalah yang pertama bid'ah. Dikatakan bid'ah karena perayaan ini tidak terdapat terdapat di dalam syariat Islam maupun pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW. Perlu diketahui, bid'ah sendiri terbagi menjadi 2 yaitu bid'ah hasanah (baik) dan bid'ah dhalalah (sesat).

Mengenai valentine masuk kategori bid'ah yang mana tergantung kepada pelakunya. Jika dengan merayakan ia dapat memberi manfaat kepada orang lain maka itu bid'ah hasanah. Sebaliknya, jika dengan merayakan membawa banyak mudharat maka termasuk bid'ah dhalalah.

Mengenai cara perayaan valentine, kita bisa menyesuaikannya dengan ajaran Islam. Tujuan dari hari valentine adalah merayakan hari kasih sayang dan agama Islam pun mengajarkan kasih sayang. Kasih sayang tidak harus selalu berhubungan dengan seks dan zina sebagaimana yang selama ini dituduhkan kaum muslim terhadap hari valentine. Inilah "halangan" yang kedua.

Tujuan dari hari valentine adalah untuk memperingati kasih sayang, bukan untuk memperingati seks dan nafsu syahwat! Jika memang dalam perayaannya banyak yang melakukan zina, maka yang harus disalahkan adalah pelakunya, bukan harinya. Ingat, musuhi penyakitnya, bukan orangnya. Kita pun sebagai muslim bisa ikut merayakan hari kasih sayang ini dengan cara-cara yang islami karena tidak ada Batasan mengenai perbuatan kasih sayang itu sendiri.

"Halangan" yang ketiga adalah valentine dianggap merupakan bagian dari agama Kristen. Banyak yang mengkampanyekan dalil mengenai peringatan untuk tidak mengikuti ajaran agama Yahudi dan Nasrani (Q.S al-Baqarah: 120). Jika kita perhatikan pada sejarah hari valentine, dapat kita lihat bahwa hari valentine bukanlah bagian dari kepercayaan maupun peribadatan agama Kristen. Hari valentine adalah hasil buah kebudayaan. Yang dilarang oleh Allah SWT adalah meniru kegiatan yang menyangkut akidah seperti kepercayaan dan tata peribadatan.

Lantas, mengapa kita sangat memusuhi budaya ini ? Wali Songo pun, yang sangat berjasa menyebarkan agama Islam di tanah Nusantara, tidak pernah memusuhi budaya-budaya masyarakat Indonesia walaupun budaya-budaya itu bertentangan dengan syariat Islam. Mereka memodifikasi budaya-budaya itu supaya sesuai dengan syariat Islam sehingga banyak orang tertarik untuk masuk agama Islam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun