Sampah masih menjadi masalah yang serius bagi pemerintah Indonesia. Indonesia menempati urutan ketiga dunia sebagai negara penghasil sampah makanan terbesar setelah Amerika Serikat dan Arab Saudi pada 2023 juga menjadi penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia.
Kita mulai dari yang terkecil dahulu, gunungan sampah yang singgah di tepian sepanjang jalan perkampungan, menyakitkan mata setiap orang memandang. Sebut saja kampung Angkuhan, di tepi jalanan menuju persawahan sebelum orang-orang pemalas menyerang terdapat sebuah papan nama berisi 2 baris kata yang ditancapkan di sana bertuliskan 'DILARANG MEMBUANG SAMPAH' bercetak tebal, kata DILARANG dipoles merah pekat, sedang MEMBUANG SAMPAH dipoles hitam.
Tetapi dalam beberapa bulan, papan kalimat larangan berubah menjadi kalimat perintah. Lunturnya karena guyuran air hujan dan teriknya panas matahari.
Seperti pada potret yang saya bidik ketika lari pagi.
Di bawah papan itu, terdapat sampah yang menggunung. Mulai dari plastik dan sisa makanan. Inilah kekeliruan yang kasat mata. Warna merah pada kalimat larangan  menjadikan mereka berani melakukan tindakan yang keliru.
Orang-orang menjadi tak awas dengan lingkungan sekitarnya. Rupanya mereka lebih menyukai menghirup aroma busuk dari sampah di pagi buta, ketimbang menghirup aroma basah embun.
Mari kita bergotong-royong menyehatkan lingkungan, dengan bijak mengajak mereka untuk peduli terhadap kebersihan dan menyapu nama buruk Ibu Pertiwi dari jejak digital dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H