Mohon tunggu...
Dila Rahma
Dila Rahma Mohon Tunggu... Penulis - Psikologi

SD N 1 Kacangan Kec. Malo Kab. Bojonegoro SMP Negeri 1 Purwosari Bojonegoro SMA Negeri 1 Padangan Bojonegoro Universitas Airlangga Fakultas Psikologi Angkatan 2018

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Kaum Mending jadi PTPS daripada KPPS

8 Januari 2024   18:58 Diperbarui: 8 Januari 2024   19:02 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Halo, aku Dila usia ku sekarang 23 Tahun. Pemilu tahun 2024 yang akan datang adalah kali kedua aku akan menggunakan suaraku untuk andil menentukan siapa pemimpin Indonesia 5 tahun mendatang. 

Pemilu tahun 2019 adalah pemilu pertama untuk aku sekaligus pengalaman pertama menjadi petugas KPPS. Jujur saja ya, sebenarnya aku tidak tidak ada minat untuk menjadi petugas KPPS, bahkan aku tidak begitu ingin tahu proses kepanitiaannya sehingga tidak ada minat, waktu itu aku hanya berpikir senang akan keikutsertaan pemilu atau pencoblosan pertama bagi aku. 

Selain itu, aku masih sibuk kuliah dan menempuh semester 2 di Surabaya, sedangkan kota asalku dari Bojonegoro, jadi kupikir ngapain ikut jadi petugas KPPS, yang ada malah kuliahku terganggu.

Terus gimana ceritanya kok akhirnya jadi petugas KPPS? Katanya gak minat. Nah, jadi ceritanya desaku itu termasuk desa yang pelosok, masih banyak masyarakat yang pendidikan terakhirnya belum sampai SMA sederajat, selain itu banyak yang tidak mau ribet kerjaan yang menggunakan otak alias lebih memilih pekerjaan secara fisik, hingga akhirnya banyak TPS yang belum terpenuhi jumlah petugas KPPS dan pada akhirnya saya ditawari dan diajak oleh teman sebaya saya yang 2 tahun diatas saya, saya tanyaklah kerjaanya ngapain aja kemudian dijelaskan segala macamnya hingga di iming-imingi besaran gaji petugas KPPS. 

Kemudian saya lihatlah kalender, aku masih ingat sekali pemilu tahun 2019 jatuh pada hari Rabu tanggal 17 April dan ternyata hari jumat tanggal 19 tanggal merah, nah pas banget kan hari kamisnya HarPitNas alias Hari Kejepit Nasional. Maka aku memutuskan untuk ambil aja deh kesempatannya toh kan dapat bayar, gapapa deh bolos matkul hari kamis, jatah bolosku juga masih penuh.

Tapi eh tapi ternyata kerjaan petugas KPPS tak semudah yang tak bayangkan. Awalan pemilu sih masih enak santai-santai, tapi sesuah perhitungan suara eh mumet-mumetnya tuh bikin laporan sana-sini. 

Laporan tiap partai, laporan hasil perhitungan presiden, DPRD kota hingga DPR RI. Dari 7 petugas KPPS kita full sehari semalam kerja. Aku pikirkan cuman sampe sore, ini malah subuh aku baru pulang, itupun kerjaan belum selesai.

Sampai jam 3 dini hari aku belum pulang dan ibuku kebangun kok aku gak ada dirumah, eh malah kakak-kakakku dimarahin padahal gak salah kan ya. Akhirnya ibuku nyusul aku di TPS. Tak lama kemudian akunikutan pulang, inget banget pokoknya sholat subuh jam setengah 5 baru tidur deh. 

Lalu jam 6 aku dah dibangunin temenku untuk lanjut kerja lagi, buset dah gini amat jadi petugas KPPS. Ya meskipun gajinya lumayan bagi aku yang seorang mahasiswa, tapi capeknya ngalah-ngalahin begadang ngerjain tugas. 

Pokoknya gak mau lagi dah ikutan lagi, nih kalo dinget-inget beh mata ngantuk berat, kepala pusing, punggung pegel semua dah lah pokoknya trauma jadi petugas KPPS. 

Tapi aku tidak melarang atau menakut-nakuti kalian yang mau mencoba menjadi petugas KPPS di pemilu 2024 loh ya, silahkan aja tahun ini gajinya naik banyak loh hehe.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun