Kamis, 24 Desember 2020 aku berencana menghubungi seseorang untuk membantu memenuhi tugas aku, sebelumnya kita pernah ketemu sekali dan bahkan sempet ngobrol ringan tentang perkuliahan. Awalnya aku khawatir jika bapaknya sangat sibuk sedangkan tugasku harus segera dikerjakan. Ternyata bapaknya bersedia bahkan merasa senang bisa membantuku, selain itu bapaknya sangat welcome, interaktif, pokoknya seru banget. Bahkan aku ngerasanya kayak bukan wawancara tapi diskuis bareng gitu. Saat proses wawancara bapaknya juga sering manggil aku dengan nama panggilan gitu, jadi kesannya kayak akrab banget gitu. Jujur saja aku sedikit trauma dengan laki-laki, bahkan untuk ngobrolpun kadang aku harus menghindar karena ya aku gak terbiasa gitu bicara dengan lawan jenis. Tapi untuk berbincang dengan bapak ini aku sangat santai bahkan gak merasa gugup, bapaknya bisa gitu loh bawa wawancara ini dengan santai.
Sebelum berangkat aku sudah menyiapkan semuanya dari berkas hingga oleh-oleh, namun karna ditengah jalan harus menukar motor dengan mbak saya, jadi keperluan yang sudah saya siapkan tertinggal deh, akhirnya saya harus mampir-mampir untuk beli roti dan print berkas lagi. Pulangnya pun aku harus kehujanan dan cemas ketika naik prahu karena licin habis hujan. Tapi meskipun banyak sekali perjuangannya, saya malah merasa senang, saya merasa puas sekali.Â
     Entah kenapa perasaan ku bisa seseneng ini, meskipun kegiatannya cuman satu jam setengan tapi aku sangat seneng sekali. Aku gak tau apa yang membuat hatiku bisa sebahagia ini. Entah karna akhirnya aku punya kenalan seorang psikolog, punya kenalan seorang dosen, punya kenalan orang yang hebat, bapaknya yang asik banget pas ngobrol, atau karna aku melihat laki-laki yang memainkan peran ayah dengan baik.
Jujur saja aku menulis ini tuh hampir meneteskan air mata, gak tau kenapa aku Bahagia sekali setelah bertemu dengan Beliau, aku jadi tambah semangat kuliah, motivasiku bertambah. Senengnya itu juga karna bapaknya welocome banget. Banyak sekali yang di sharing-kan, pokoknya saya seneng banget, setiap kali aku melihat foto diatas aku langsung inget bagaimana situasinya saat itu bagaimana perasaan dan betapa senangnya diriku saat itu. maka dari itu aku menuliskan perasaanku ini agar nantinya aku bisa membacanya lagi dan bisa terus memupuk semangatku. Aku berharap diriku bisa menjadi partner beliau.
Dan setelah aku identifikasi perasaan aku ini, ternyata aku merasa diterima dan mampu berdiskusi bersama orang yang berintelektual. Jujur aku dan keluargaku hanya orang biasan yang pembahasannya lebih banyak studi kualitatif tentang hidup orang lain alias ghibah haha, bukan pembahasan yang berbobot gitu aku merasa seperti orang berintelektual juga gitu bisa berdiskusi layaknya rapat para pejabat.
Aku juga berharap suatu saat nanti beliau menghubungiku lagi untuk mengadakan diskusi bareng. Akhir kata aku senang sekali .
Dan ternyataaaa sebulan kemudian aku dihubungi dan minta bantuan untuk jadi administrator psikotes di projek beliau, I am so very happy for e new experience.
Next aku akan cerita pengalamanku sebagai asisten psikolog .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H