Aaah pakai diapers aja gak ribet, nanti kalau dah besar pasti bisa melakukan aktivitas kamar mandi sendiri. Apakah bunda-bunda ada yang berpikir seperti ini? No,,,no,,,no Ingat ya bunda bahwa anak harus diberikan stimulasi pada setiap perkembangan agar dapat meraih kemampuan yang optimal.
 Nah pada kasus toilet training ini juga harus di dtimulasi sesuai usianya yaitu umur 2-3 tahun, karena pada masa itu anak berada pada fase anal. Pada fase ini ditandai dengan matangnya syaraf-syaraf bagian anus sehingga, anak mulai dapat mengendalikan beraknya atau buang air besar.Â
Kenikmatan atau kepuasan anak terletak pada fungsi pembuangan (anal). Aktivitasnya berupa pengeluaran feses atau kotoran untuk menghilangkan sumber ketidaknyamanan (mules karan ingin BAB atau karna ingin pipis) dan menimbulkan perasaan lega. Dalam perkembangannya, pengeluaran feses dianggap penting maka muncullah aktivitas toilet training.
Jadi bunda, usia 2-3 tahun adalah waktu yang tepat untuk mengajarkan anak anda bagaimana melakukan buang air besar atau buang air kecil. Karena di usia berikutnya anak harus berada difase berbeda, dengan stimulasi yang berbeda pula dan tentunya dengan tantangan yang berbeda pula.
Anak yang dibiasakan untuk membersihkan diri setelah melakukan BAB/BAK akan cenderung memiliki kepribadian yang bersih, menjaga kerapian dan teratur (anal compulsive), sedangkan anal expulsive adalah kebalikannya yaitu kurang mampu mengendalikan diri, berantakan dan ceroboh.
Toilet training bisa diawali dengan membiasakan anak untuk BAB/BAK dikamar mandi jadi tidak lagi di diapers. Seringnya anak melakukan kegiatan pipis atau pup dikamar mandi dapat memunculkan rangsangan pada bagian anal untuk mengeluarkan fases atau kotoran. Semisal anak terlanjur BAB/BAK dicelana maka orang tua harus segera membersihkan, sehingga anak kembali dengan kondisi bersih dan merasa nyaman.Â
Orang tua tidak boleh menunda atau mebiarkan anak dalam keadaan kotor seperti mengompol, kenapa? Karena jika anak terlalu lama merasakan kondisi basah dicelananya itu membuat anak malah terbiasa dalam kondisi tersebut dan itu memengaruhi perilaku kebersihan dikemudian hari atau bisa menjadi kepribadian yang jorok. Orang tua atau pengasuh dapat mengajak anak untuk pipis sebelum tidur, peka terhadap gerak-gerik anak ketika akan pipis.
Nah saya akan memberikan ilustrasi bagaimana pengaruh fase anal dalam kehidupan anak. Semisal bunda tengah berlibur ditempat wisata bersama anak, kemudian di tengah perjalanan anak berkata ingin pipis maka bunda bisa berhenti sebentar ditempat dimana ada toilet, jangan sesekali mengajarkan anak untuk pipis sembarangan.Â
Hal tersebut bukan hanya tidak baik tetapi juga secara tidak langsung membentuk kebiasaan buruk. Katakan kepada anak untuk menahan pipis sebentar sampai menemukan toilet, keluarnya fases akan membuat anak merasa lega dan kembali nyaman beraktivitas.
Orang tua diharapkan memberi respon positif jika anak mengutarakan keinginannya untuk BAB/BAK ditempat manapun dan kapanpun itu terjadi. Karena jika anak mendapat respon negatif seperti dimarahin atau dipaksa untuk menahan fases sampai rumah. Hal tersebut dapat membentuk persepsi bahwa dia hanya boleh BAB/BAK di rumah dan selalu menahannya dan itu juga tidak baik bagi kesehatan.