Mohon tunggu...
Fandia AnandaPutra
Fandia AnandaPutra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Memiliki hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Cross-check video Sebelum Melakukan Penyebaran Terkait dengan Issue Pemukulan Anjing Pelacak

18 Juni 2024   21:52 Diperbarui: 18 Juni 2024   22:01 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sosial media digemparkan oleh sebuah video yang beredar yaitu seorang satpam mall yang memukul anjing pelacak, video tersebut menjadi sorotan para awak media yang terjadi pada 6 Juni 2024. Awal mula video berasal dari salah satu akun sosial media yaitu instagram, yang dikenal sebagai public figure sekaligus penata rias artis yang melakukan pemostingan video (Bustomi, 2024). "Guys tolong dong tolong banget.. ini ga wajar banget, kepalanya loh yg dipukul, dari videopun itu kenceng banget!! Mall besar loh Plaza Indonesia!". Persuasi merupakan suatu upaya verbal maupun non verbal untuk mempengaruhi opini bersifat kata-kata yang menyentuh emosional kepada orang lain (Paul & Elder, 2013). Berikut dari penjelasan yang diberikan oleh perekam yang memberikan kata-kata dengan menggiring opini belum mengetahui fakta dan kejadian yang dialami sebenarnya. Membuat warganet saat melihat video terserbut menjadi emosional terutama kepada orang-orang yang mempunyai peliharaan yang sama.

Dalam video terlihat seorang security sedang memukul anjing pelacaknya tetapi yang merekam video tersebut tidak mengetahui penyebabnya kenapa anjing pelacak tersebut dipukul, menjadikan orang-orang yang melihat video tersebut menjadi murka dan mengomentari hal-hal buruk kepada security tersebut. Dapat disimpulkan orang-orang yang melihat video tersebut terlihat tidak berpikir krtitis saat mendapatkan informasi video pendek, masuk kedalam ethical reasoning merupakan proses berpikir kritis untuk menentukan suatu tindakan itu benar atau salah serta melihat dampak kedepannya, dampak yang dilihat bukan hanya umtuk diri sendiri tetapi bisa melibatkan orang lain atau tidak (Susanti, et al., 2022). Dilihat dari kejadian diatas seseorang yang merekam video tersebut kemudian dipostingkan di salah satu media sosial  bahwa orang tersebut tidak mencari tahu terlebih dahulu penyebab yang dilakukan oleh security tersebut, dan tidak memikirkan hal apa yang akan terjadi dikemudian hari. Pada keesokan harinya dikejutkan dengan adanya berita terbaru bahwa security beserta vendornya pemutusan kontrak yang dilakukan oleh pihak Plaza Indonesia sehingga tidak adanya kerja sama lagi dikarenakan munculnya video pemukulan tersebut, bahkan pemecatan itu belum adanya jawaban dari security.

Pada awalnya warganet menerima video secara mentah-mentah dan langsung menyerang pihak security tersebut karena dianggap melakukan kekerasan terhadap hewan. Tidak sedikit pula warganet yang memiliki hewan peliharaan merasa kesal dan marah dengan adanya video tersebut. Selain warganet terdapat pula public figure yang ikut serta mengomentari berita ini yang menjadikan berita tersbut semakin tersebar ke para orang-orang di beberpa public figure. Setelah banyak nya komentar negative dari warganet, pihak Mall langsung memberhentikan pihak security tersebut tanpa adanya penjelasan kronologi yang sebenarnya terjadi dari pihak security. Setelah dilakukan pemutusan kontrak, muncul sebuah video rekaman CCTV pada saat kejadian yang menjelaskan security dalam video tersebut sedang memberikan penolongan terhadap kucing ingin digigit oleh anjing pelacak yang sedang dipegang oleh security (Rahman, 2024). Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa warganet sangat mudah menelan informasi secara mentah-mentah dengan sebuah video yang beredar dimedia tanpa mencari tahu lebih lanjut. Menjadikan banyaknya asumsi yang bermunculan disetiap orang-orang menuduh security sebagai pelaku pemukulan dan memberikan penilaian buruk pada pelayanan di salah satu mall di Jakarta.

Setelah bukti video rekaman CCTV beredar, pihak security pun segera membuat klarifikasi kejadian yang sebenarnya. Bahwa security tersebut tidak semata-mata menganiaya hewan tanpa penyebab. Fakta nya bahwa security memukul kepala anjing tersebut disebabkan karena anjing tersebut berlari dan menggigit seekor kucing. Sehingga dengan cepat security langsung menghukum anjing dengan memukulnya. Dikarenkan dengan cara itu lah hewan penjaga bisa mematuhi apa yang diperintah. Setelah klarifikasi dan video rekaman bukti CCTV beredar, para warganet pun beralih mendukung security tersebut dan justru berbalik menyudutkan si pembuat video karena sudah merugikan pihak security. Setelah diserang balik oleh warganet public figure tersebut mengunggah video klarifikasi untuk meminta maaf dan menyesali perbuatannya tersebut karena telah menyebarkan video tanpa berpikir panjang yang membuat kesalahpahaman terjadi antara pihak Plaza Indonesia dengan security yang bekerja, dari kesalahannya ia bersedia untuk bertanggung jawab kedepannya.

Sebagai akibat dari perbuatannya public figure tesebut harus menerima konsekuensinya dan siap menghadapi kesalahannya, kesiapan untuk menghadapi kesalahan ini berarti menyadari diri sendiri sebgai manusia biasa yang mungkin bisa salah, sehingga ketika menydari kesalahan yang dilakukan ia siap untuk mengakui dan menerima yang lebih benar dan lebih tepat (Faiz, 2012). J. Sudarminta mengutip dari pandangan Moritz Schlick untuk menilai suatu tindakan, seseorang perlu memahami motivasi yang sebenarnya terjadi, dan tidak tidak cukup hanya dengan pemahaman yang dangkal (Sihotang, 2019). Jadi, perekam sebelum melakukan penyebaran disalah satu sosial media seharusnya mencari tahu terlebih dahulu tujuan serta motivasi satpam melakukan pemukulan untuk menjadikan bukti yang nyata sehingga tidak terjadi kesalah pahaman antara perekam dan yang melakukan pemukulan terhdap hewan tersebut, dikarenakan perekem merupakan salah satu public figure yang seharusnya lebih berhati-hati dalam konten videonya karena tidak semua bisa diterima oleh khlayak umum, dari kejadian seperti ini dapat diambil kesimpulan untuk semua public figure berhati-hati dalam pengambilan keputusan dalam pembuatan video mau itu disengaja ataupun tidak disengaja harus mengetahui apakah dapat merugikan orang lain atau diri sendiri.

            Setelah dari beberapa laporan yang melibatkan pihak kepolisian dengan dilakukan penyelidikan terkait masalah yang terjadi tidak adanya luka-luka yang membahayakan terhadap hewan tersebut serta bukti-bukti CCTV yang menjadikan sebagai fakta bahwa security tidak bersalah (Sukma, 2024). Menjadikan sebagai bukti dari security untuk menyelesaikan permasalahan bahwa dirinya hanya memberikan hukuman pada anjing pelacaknya. Dari hal tersebut pihak Plaza Indonesia, security dan perekam menyatakan masalah ini sudah selesai secara damai, dengan tidak adanya pemutusan pekerjaan pada security, tetapi belum adanya kejelasan ada atau tidaknya pemutusan kerja sama vendor dengan pihak Plaza Indonesia. Sebagai kesalahan yang dilakukan oleh pembuat video dan penyebaran video sebagai pelajaran dan evaluasi pada diri sendiri kesalahan yang telah terjadi.

Dalam proses berpikir kritis diperlukan dalam mengembangkan serta memilki strategi dalam mengambil suatu keputusan dengan mengidentifikasi tujuan, memperkirkan kemungkinan untuk kesalahan, menentukan waktu untuk pengambilan suatu keputusan dan mengenali suatu faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan (Efendi, Rahmat, & Lustyantie, 2022). Berpikir kritis tidak menjamin akan tercapainya suatu kebenaran atau kesimpulan yang benar. Pertama, mungkin tidak punya semua informasi yang sesuai, mungkin informasi yang penting tidak diketahui. Kedua, kemungkinan karena bias seseorang dalam menemukan dan mengevaluasi informasi. Tetapi, jika proses berpikir telah dilatih dan dipahami dalam kehidupan ketidak adanya informasi yang bias. Proses berpikir tersebut dapat terpenuhi hal-hal serta informasi yang bermunculan tidak menjadikan berita-berita besar dan tidak mendorong opini kepada orang-orang yang melihat dan membacanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun