Mohon tunggu...
Fandi Umar
Fandi Umar Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Gondrong Usang

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Pelita Kelam

17 Maret 2020   01:19 Diperbarui: 17 Maret 2020   01:59 566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengawali keresahan pada malam menuju gelap. Pelita yang ada, kini hampir saja padam. Terlalu banyak dosa yang aku panjatkan, sementara do'a hampir tak pernah aku ucapkan.

Aku hanyalah sesuatu yang menjijikan, sebelum diangkat dan disucikan oleh tangan yang begitu lembut juga menenangkan. Dia yang menuntun aku, menuju terang dunia. Kini hampir saja pergi. 

Tak pernah terbayang dalam benakku, bagaimana jika saat itu aku tidak pernah kau temui di simpang jalan. Mungkin kini, aku telah bersama rongsokkan di sudut malam. Serupa anjing lapar di tengah keramaian.

Maafkan aku yang tak mampu membalas budi baikmu, wahai pelita kehidupan. Semoga tuhan selalu memberikan kesehatan di tubuh mulia itu.

Banyak yang ingin aku tuliskan, namun terlalu malu pada perbuatan. Maaf selalu terucap berulang kali, meski memang tak akan mampu merubah apapun dari kita, yang mulai asing.

Kemarin dan hari-hari yang telah lalu akan menjadi hal yang tidak mungkin terlupakan. Kau, akan selalu hidup dalam ingatan. Bukan sekedar pernah, tetapi kau akan abadi dalam langkah dan juga tindakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun