Mohon tunggu...
Fandi Umar
Fandi Umar Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Gondrong Usang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Mengenang; hari-hari yang Telah Hilang

22 Desember 2019   19:45 Diperbarui: 22 Desember 2019   21:54 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial. Berada dalam lingkungan organisasi terkecil dalam masyarakat yaitu keluarga. Keluarga sebagai wadah pertama yang menyediakan segala sesuatu menuju dewasa. Artinya, dari sanalah kita belajar segala hal, mulai dari membaca, makan, bahkan mengucap.

Di dalamnya menyediakan kehangatan, keharmonisan, pun kasih sayang yang begitu hangat. Ayah, ibu, kakak, adik dan orang paling istimewa ialah kakek dan nenek. Orang-orang tersebut yang paling dirindukan saat pulang. Berkumpul dengan mereka, seolah menciptakan rasa aman.

Ketika libur tiba, semua bergegas kembali ke kampung halaman masing-masing. Tetapi bagi sebagian orang, pulang adalah luka paling dalam. Sebab; mereka kembali untuk mengenang hari-hari yang telah berlalu. Sudut kamar yang masih tersisa bau Ayah dan Ibu, pastilah akan menjadi bagian yang paling dirindukan dari rumah kenang. Mungkin ada penyesalan-penyesalan yang tidak mungkin lagi dapat diubah.

Momentum perayaan hari Ibu, adalah hari di mana banyak anak-anak menyampaikan kasih sayang mereka pada sang Ibu, dengan berbagai bentuk dan cara. Tetapi pada saat itu juga ada ribuan tetes air mata, baik sebagai bentuk penyesalan atau sekadar mengenang hari yang tidak bisa kembali dinikmati, bersama orang-orang tersayang yang telah terpisah, pun yang telah tiada.

Meski tubuh, terpisah oleh jarak atau bahkan terkubur bersama waktu. Namun; ingatan akan hari-hari lalu bersama mereka akan tetap tumbuh subur dan abadi di sini.

Selamat hari Ibu, untuk semua Ibu dan selamat mengenang hari-hari yang telah hilang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun