Mohon tunggu...
Fanda Puspitasari
Fanda Puspitasari Mohon Tunggu... Lainnya - Pejuang Pemikir - Pemikir Pejuang

Karakter terbaik lahir dari tantangan dan pergolakan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Orangtua sebagai Sepasang Pendidik yang Sempurna

18 Desember 2020   16:02 Diperbarui: 18 Desember 2020   16:24 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Baik ayah maupun ibu memiliki porsi pentingnya masing-masing dalam melakukan proses ajar kepada anak. Anak membutuhkan didikan dari tangan seorang laki-laki yaitu ayah, dan dari tangan seorang perempuan yaitu ibu. Ayah dan ibu harus bekerjasama untuk menanamkan karakter yang baik kepada anak. Pendidikan dari perspektif ayah dan ibu, merupakan kombinasi yang sempurna dalam proses pendidikan anak, dan memiliki pengaruh yang sangat besar bagi proses tumbuh kembangnya.

Ketika ayah dan ibu bekerjasama secara total dalam melakukan pendidikan kepada anak, maka menjadi keniscayaan, anak akan memiliki khazanah keilmuan, pengetahuan, dan  pengalaman yang sangat luas. Sehingga, pada proses menuju kedewasaan, seorang anak memiliki khazanah keilmuan dan pengetahuan yang akan menyertai langkahnya dalam menentukan sikap dan cara hidup dengan baik di kemudian hari.

Kerjasama antara ayah dan ibu sangat penting dilakukan, lantaran pada perjalanan dalam mendidik anak, salah satu dari mereka tidak akan melakukan tindakan pendidikan yang selalu benar, tepat dan bisa diterima dengan baik oleh anak. Ada kalanya seorang ayah luput dan keliru dalam melakukan pendidikannya, begitu pula sebaliknya. Ada kalanya juga, ibu bertindak lebih tegas dan keras, atau lebih emosional daripada seorang ayah, begitupun sebaliknya. Kemudian apa yang diketahui ayah belum tentu diketahui oleh ibu, begitupula sebaliknya. Sebab, baik ayah maupun ibu, memiliki limitasi pengetahuan dan pengalaman yang berbeda. Maka, peran optimal dari keduanya menjadi hal penting untuk ditunaikan.

Kita tidak bisa menyerahkan pendidikan anak sepenuhnya hanya kepada ibu, karena dapat mengakibatkan kepincangan dalam proses pendidikan itu sendiri. Sebab apa yang menjadi kekurangan ibu, dapat menjadi hambatan bagi terbentuknya kualitas anak. Ayah dan ibu memiliki peran untuk saling memberikan kontrol dan batasan satu sama lain, serta saling berbagi peran dalam hal siapa dan kapan waktunya untuk bertindak tegas atau lembut kepada anak. Ketika ayah dan ibu bisa bekerjasama, saling mengisi, saling melengkapi kekurangan masing-masing dan bertukar peran satu sama lain, serta fleksibel dalam mendidik anak, maka anak akan menerima didikan yang paripurna dari kedua orang tuanya. Untuk itu, ayah dan ibu memiliki peran fundamental dalam mendidik anak, agar terbentuk pondasi berpikir dan kepribadian yang luhur, kuat, dan tangguh.

Pendidikan orang tua kepada anak tidak hanya seputar pendidikan intelektual. Seperti, bagaimana anak dapat membaca, berhitung, ataupun menghafal nama-nama binatang. Lebih dari itu, orang tua seyogyanya memberikan pendidikan yang dapat membentuk kepribadian dan pola pikir yang baik kepada anak. Hal itu dapat dilakukan dengan menjadikan pendidikan karakter sebagai agenda utama dalam proses mendidik seorang anak. Pendidikan karakter tersebut harus diberikan sejak dini, karena untuk mempersiapkan generasi penerus bangsa yang berbudi luhur dan berkualitas, harus dimulai sedini mungkin. Pasalnya, jika seorang anak nantinya mulai bersosialisasi dengan lingkungan luar seperti lingkungan sekolah dan masyarakat, karakter anak dapat berubah akibat pengaruh lingkungan tersebut.

Menurut Ki Hajar Dewantara, karakter terwujud karena perkembangan dasar yang telah terkena pengaruh ajar. Sementara kata ajar diartikan segala sifat pendidikan dan pengajaran yang di mulai sejak anak dalam kandungan ibu, lalu dapat mewujudkan tabiat yang dipengaruhi oleh kematangan berpikir. Untuk itu, orang tua perlu melakukan usaha membangun karakter dan menjaganya sejak dini dengan memikirkan pengajaran yang tepat kepada anaknya.

Kemudian, pendidikan anak yang mengedepankan pada aspek intelektual (kognitif) belaka, hanya akan menjauhkan anak dari masyarakat dan nilai-nilai sosial lainnya. Sementara, pendidikan kepada anak tidak cukup hanya mengembangkan daya cipta, namun juga harus mengembangkan olah rasa dan karsa. Jika olah rasa dan karsa tidak dikuatkan, maka besar kemungkinan akan terbentuk kualitas kepribadian yang kurang baik dan kurang humanis.

Pendidikan yang dilakukan orang tua, sepatutnya diorientasikan untuk membentuk pemikiran dan kepribadian seorang anak yang tidak hanya "pintar", namun juga "benar". Sebab, pendidikan tidak hanya sebatas persoalan transfer of knowledge, namun juga transfer of value. Pada hakikatnya, pendidikan adalah proses humanisasi, yang mengandung implikasi bahwa tanpa pendidikan, manusia tidak akan menjadi manusia dalam artian yang sebenarnya. Pendidikan humanistik tersebut bertujuan untuk membentuk pribadi yang memiliki kesadaran, pemahaman, dan tanggungjawab sebagai insan manusia yang memiliki kewajiban menjadi 'rahmatan lil alamin', rahmat bagi seluruh alam.

Penulis

Fanda Puspitasari

Wakil Ketua Bidang Pergerakan Sarinah DPP GMNI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun